Anda di halaman 1dari 39

Andini Dita Utami, S.Farm.

173202075
Adelina Siregar, S. Farm. 173202077
Demam tifoid disebut juga demam enterik, yang
merupakan penyakit sistemik yang diakibatkan
oleh infeksi bakteri Salmonella enterica
subspecies enterica, serotype Typhi atau
serotypes Paratyphi A, B or C dengan rasio
10:1(World Health Organization, 2011)
Carl Joseph Eberth who discovered the typhoid
bacillus in 1880.

Georges Widal who described the ‘Widal


agglutination reaction’ of the blood in 1896.
Manusia adalah satu-satunya
penjamu yang alamiah dan
merupakan reservoir untuk
Salmonella typhi

Pada daerah endemik, infeksi


paling banyak terjadi pada
musim kemarau atau permulaan
musim hujan

Infeksi dapat ditularkan melalui


makanan atau air yang
terkontaminasi oleh feses
Demam tifoid diperkirakan menyebabkan 21,6 juta
kasus dengan 216.500 kematian pada tahun 2000.
Insiden demam tifoid tinggi (>100 kasus per 100.000
populasi per tahun) dicatat di Asia Tengah dan Selatan,
Asia Tenggara, dan kemungkinan Afrika Selatan; yang
tergolong sedang (10-100 kasus per 100.000 populasi
per tahun) di Asia lainnya, Afrika, Amerika Latin, dan
Oceania (kecuali Australia dan Selandia Baru); serta
yang termasuk rendah (<10 kasus per 100.000
populasi per tahun) di bagian dunia lainnya (Nelwan,
2102).
Rentang Insiden Demam Tifoid dan Usia Pasien di
Beberapa Negara Asia

Bulletin of the World Health Organization | April 2008, 86 (4)


Demam Tifoid di Indonesia

• Prevalensi demam tifoid di Indonesia mencapai 1,7%.


Riskesdas Distribusi prevalensi tertinggi adalah pada usia 5–14
tahun (1,9%), usia 1–4 tahun (1,6%), usia 15–24 tahun
2007 (1,5%) dan usia <1 tahun (0,8%).

RS besar di • Jumlah kasus tifoid dari tahun ke tahun meningkat


Indonesia, dengan rata-rata kesakitan 500/100.000 penduduk dan
kematian diperkirakan sekitar 0,6–5%
2006
• Indonesia dilaporkan sebesar 81,7 per 100.000
WHO Bulletin, penduduk, dengan sebaran menurut kelompok umur
0,0/100.000 penduduk (0–1 tahun), 148,7/100.000
2008 penduduk (2–4 tahun), 180,3/100.000 (5-15 tahun), dan
51,2/100.000 (≥16 tahun)
• Higiene perorangan
yang rendah
Higiene
• Higiene makanan dan
minuman yang rendah

• Penyediaan air bersih


kurang memadai
• Jamban tidak
Lingkungan
memenuhi syarat
• Kebersihan lingkungan
yang buruk

• Pasien atau carrier tidak


Pengobatan diobati secara
dan sempurna
pencegahan • Program imunisasi
kurang dijalankan
Penularan Salmonella typhi
3. FOMITUS
2. FINGERS 4. FLY
5. FESES

1. FOOD

5F
Air/makanan terkontaminasi
kuman

Sebagian dimusnahkan di dalam


lambung

Sebagian lolos ke usus dan


berkembang

Bila respon imun <<  kuman


menembus sel epitel ( sel M)
Menembus lamina propria  difagosit
oleh makrofag

Dibawa oleh makrofag ke plak payeri


ileum

Menjalar ke KGBmesentrika

Melalui duktus torasikus  alirandarah


sistemik (bakteriemia I =asimptomatik)
Menyebar ke seluruh sistem RES(TU hati &
limfa)

Berkembang di dalam organ hati danlimfa

Masuk ke aliran darah kembali (bakteriemia II


=simptomatik )  gejala klinis sistemik

Dari hati  empedu sebagian dikeluarkan


dikeluarkan bersama feses, sebagian di serap
kembali (proses berulang)
Di Plak payeri  sistem imun
(hipersensitifitas tipe IV)  hiperplasia
jaringan  nekrosis jaringan

Erosi pembuluh darah  perdarahan

Perkembangan limfonodi meningkat 


Perforasi
DIAGNOSIS TIFOID
• Peningkatan enzim • Leukopenia/
lipase dan amilase leukositosis ringan
akibat bakteri • Trombositopenia
menginvasi • Anemia
pankreas

Enzim Lipase Gambaran


dan Amilase darah tepi

Enzim Pemeriksaan
Transminase bakteriologis

• Peningkatan enzim • Menurut spesimen


SPGT dan SGOT • Biakan bakteri
akibat peradangan • Serologis widal
sel hati • PCR dan Typhi dot
EIA
PEMERIKSAAN BAKTERIOLOGIS

Cairan
empedu Titer widal
Urin 1/32, positif PCR dan
tifoid
dan
feses
1/64,
1/160, titer O
Typhi
1/320, 1/320 Dot EIA
Darah 1/640

spesimen Serologis widal Pemeriksaan lain


Bebas Gejala

Eradikasi
Total Bakteri Tujuan Mencegah
Komplikasi

Menghindari
Kematian
1. Perawatan Umum dan Nutrisi

• Mencegah komplikasi
Tirah Baring • Mempercepat kesembuhan

• Cairan
Nutrisi • Diet (rendah serat, diet cair, bubur
lunak)

• Roboransia/vitamin
Terapi • Antipiretik
Simptomatik • Antiemetik
2. Anti Mikroba
• Telah dikenal sensitif dan potensial untuk tifoid
1.
• Mempunyai sifat farmakokinetik yang dapat
2 berpenetrasi dengan baik ke jaringan

• Berspektrum sempit
3
• Cara pemberian mudah dan dapat ditoleransi dengan
4 baik oleh penderita

• Efek samping minimal


5

• Tidak mudah resisten dan efektif mencegah karier


6
Antibiotik yang Diberikan pada Demam Tifoid, WHO 2003
Antibiotik yang Diberikan pada Demam Tifoid, WHO 2003
Antibiotik pada Demam Tifoid, Kepmenkes RI 2006

Restriksi Fornas
Kaps 250 dan 500 mg,
4 kapsul /hari selama 10 hari
Susp 125 mg/5 ml, 1 btl/kasus
Serb inj 1000 mg, 3 g/hari selama 14
hari

Serb injeksi 1000 mg, 2 g/hari selama 7


hari

Ampicillin: serb injeksi 250 mg dan


1000 mg, 10 hari.
Amoksisilin: tab 250 mg dan 500 mg,
10 hari
Drops dan sirup kering 1 botol/kasus

4 tablet/hari selama 10 hari


Susp 240 mg/ 5 ml, 1 btl/kasus
Siprofloksasin inf 2 mg/ ml, 4
botol/hari
Ofloksasin 200 dan 400 mg, 10
hari

Sebelumnya sudah
mendapatkan sefalosporin
generasi 3.
Tablet 100 dan 200 mg, 10 hari
Sir 100 mg/ 5 ml, 1 btl/kasus
Strategi
Pemberian
Anti Mikroba

Lini Pertama

Trimetoprin-
Kloramfenikol Ampisilin/Amoksisilin
Sulfametoksazol

Bila pemberian salah satu anti mikroba lini pertama


dinilai tidak efektif, dapat difanti anti mikroba lini
kedua
Strategi
Pemberian
Anti Mikroba

Lini Kedua

Quinolon (Tidak
Cefixim (Efektif
Seftriakson dianjurkan untk
untuk anak)
anak <18 thn)

Pertimbangkan secara matang efikasi, tingkat


kepekaan, harga serta efek samping yang ditimbulkan
Pengobatan dan Perawatan Komplikasi

Tifoid Toksik Syok Septik


•Antimikroba pemberian parenteral •Penderita dirawat secara intensif
•Kombinasi Ampisilin dan •Kegagalan hemodinamik diatasi
Kloramfenikol secara optimal
•Kortikosteroid : •Antimikroba pemberian parenteral
Deksametason 4x10 mg i.iv (dosis •Obat-obatan vasoaktif (Dopamin)
anak : 1-3 mg/kg bb/hari selama 3- bila syok mengarah irreversible
5 hari
Dirawat secara intensif
Pengobatan dan Perawatan Komplikasi

Perdarahan dan Perforasi Komplikasi Lain


•Penderita dirawat secara intensif •Obati sesuai indikasi + perawatan
•Transfusi darah bila telah indikasi untuk tifoid

Bila perforasi
•Operasi cito bila indikasi
•Antimikroba pemberian parenteral
•Ampisilin+Kloramfenikol+Metronid
azol
•Diet Parenteral
•Monitor keseimbangan cairan
Kontrol dan Monitor
Suhu tubuh (status demam)
Nadi, nafas, tekanan darah diukur secara
berkala
Keseimbangan cairan
Deteksi dini terhadap timbulnya komplikasi
Adanya infeksi atau komorbid dengan penyakit
lainnya
Efek samping atau efek toksik obat
Resistensi anti mikroba
Kemajuan pengobatan secara umum
Imunisasi Demam Tifoid

Vaksin ini diberikan pada anak dengan usia di atas 2


Vaksin Vi tahun dengan dosis 0,5 ml secara subkutan atau
Polysaccharide intra-muskuler. Vaksin ini efektif selama 3 tahun dan
direkomendasikan untuk revaksinasi setiap 3 tahun

Vaksin oral ini tersedia dalam sediaan kapsul yang


diberikan pada anak usia 6 tahun keatas. Vaksin
Vaksin Ty21a diberikan 4 dosis yang masing-masing diselang 2
hari, hari ke (1-3-5-7). Antibiotik dihindari 7 hari
sebelum dan sesudah vaksinasi

Vaksin ini mengandung sel utuh Salmonella typhi


Vaksin yang dimatikan yang mengandung ± 1 milyar setiap
parenteral sel ml. Dosis dewasa: 0,5 ml; anak 6-12 tahun: 0,25 ml
utuh dan 1-5 tahun 0,1 ml yang diberikan 2 dosis dengan
interval 4 minggu
CONTOH KASUS
Identitas Pasien
Nama : Hari Yayan
Jenis kelamin : Laki-laki
Umur : 9,4 tahun
Berat badan : 25 kg
Keluhan utama : panas
Uraian : + 8 hari SMRS anak tampak lesu,
pusing, dan tidak bersemangat. Sejak + 4 hari SMRS anak mulai
panas, tidak mendadak, muncul perlahan dan tidak terlalu tinggi,
remitten. Setelah minum obat penurun panas, panas turun namun
kemudian naik lagi, terus naik, terutama saat malam hari, mengigau
(+), berkeringat (-), kejang (-). 3 hari SMRS anak mengeluh nyeri di
ulu hati, mual (+), muntah (+), muntah sering dengan frekuensi 2 –
4 X/hari, berisi air atau makanan. Nafsu makan menurun namun
minum tetap kuat. BAB (-) hingga MRS, BAK (+) normal, ikterik (-),
nyeri (-). Tidak ada riwayat keluar kota atau ke hutan.
Pemeriksaan Fisik

Kesadaran umum: Tampak sakit sedang


Kesadaran : Komposmentis
GCS : 4–5–6
Tensi : 100/70 mmHg
Denyut nadi : 86 kali/menit
Pernapasan : 25 kali/menit
Suhu : 37,7 OC
Kulit : Turgor cepat kembali, pucat (-)
Kepala : Mesosefali, UUB dan UUK sudah menutup
Mata : Isokor, cekung (-), anemis (-), ikterik (-)
Telinga : Simetris, sekret (-)
Mulut : Mukosa bibir basah dan merah muda, oral thrush (+)
Toraks / paru : Simetris, sonor, sn. vesikuler, ronkhi (-),wheezing (-)
Jantung : S1 dan S2 tunggal, iktus (-), apeks (-), thrill (-)
Abdomen : Bising usus (+) menurun
Ekstremitas : Akral hangat, edem (-), parese (-)
Susunan saraf : Tidak ada kelainan
Genital : Tidak ada kelainan
Anus : Tidak ada kelainan
DIAGNOSA
Diagnosa banding : Demam tifoid
Campak
Demam berdarah dengue derajat I
Meningitis
Tuberkulose Paru
Malaria
Infeksi saluran kemih
Diagnosa kerja : Suspect demam tifoid
Status gizi : Gizi Normal (standar WHO NCHS)

PENATALAKSANAAN
Istirahat total
IVFD D5 ¼ NS 1625/68/17 tetes makro/menit
Peroral - Kloramphenikol 500 mg 4 x /hari (hari I setengah dosis)
selama 10 – 14 hari
Paracetamol 400 mg 3 x /hari
Diet lunak, rendah serat, tidak merangsang, tinggi kalori, tinggi protein
USUL PEMERIKSAAN
Biakan darah
Pemeriksaan serologis (Tes Widal, IgM)
Tes tourniquet
Biakan LCS
Tes Mantoux
Darah rutin (Hb, WBC, RBC, trombosit, LED, hitung jenis)
Pemeriksaan hapusan darah tepi
Biakan urin

PROGNOSIS
Quo ad vitam : Dubia ad bonam
Quo ad functionam : Dubia ad bonam
Quo ad sanationam : Dubia ad bonam

PENCEGAHAN
Menjaga kebersihan perorangan dan sanitasi lingkungan
Imunisasi aktif
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai