Lapkas Psikiatri
Lapkas Psikiatri
0
Skizofrenia
paranoid
Pembimbing:
dr. Elisabeth Meyni, Sp.KJ
IDENTITAS
Nomor Catatan Medik : 0002813
Nama : Tn. Wagiso
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tempat/Tanggal Lahir : Klaten, 22 Juli 1983
Umur : 35 tahun
Pendidikan : SD
Status Pernikahan : Sudah menikah
Suku Bangsa : Jawa
Agama : Islam
Pekerjaan : Swasta (montir bengkel)
Alamat : Jl. Ternate - rumah sewa
widya no. 01 Kab. Merauke
Pasien mengatakan bahwa dirinya gelisah, merasa kepala saya berat sekali,
pusing, dan dada sesak jadi susah tidur.
Pasien juga mendengar suara seperti ada yang membisikan sesuatu ditelinga
dan lihat bayangan-bayangan putih”. Bisikan-bisikan tersebut muncul
berulang-ulang dan tidak menentu waktunya, kadang sewaktu bangun tidur
atau saat pasien sedang duduk sendirian. Saat mendengar bisikan-bisikan
tersebut pasien ingin menyampaikan apa yang dia dengar tetapi tidak jelas
apa yang didengarkan dari bisikan.
Pasien juga stress usaha bengkel nya mau digusur di merauke jadi merasa
banyak tanggungan hidup keluarga, ada anak dan istri.
Pasien mengaku bisa baca pikiran orang, dan punya indera ke 6”.
Keadaan ini dialami pasien sekitar 1 minggu yang lalu sebelum masuk rumah sakit.
Heteroanamnesa (dengan istri pasien) :
Pasien mengalami sakit seperti ini dimulai sejak kurang lebih 1 minggu yang lalu. Sebelum
sakit, pasien adalah pribadi yang suka bergaul dengan orang-orang disekitar rumah dan
ditempat usahanya (bengkel).
Menurut istri, pasien mulai merasa tertekan sejak usaha bengkel suaminya mau digusur di
merauke sehingga menjadi banyak tanggungan dan pikiran pada suaminya, belum lagi
ada anak dan istri, sehingga pasien jadi mudah emosi dan marah-marah. Sampai
membongkar-bongkar barang dalam rumah. Pasien juga diketahui pernah memukul
tetangga dan saya (istri).
Pasien juga melihat bayangan-bayangan, namun tidak pernah mencoba menyakiti diri
sendiri, atau mencoba untuk bunuh diri. Makan minum baik, hubungan dengan tetangga
baik, berinteraksi seperti pada orang normal.
Pasien tidak merasa pikirannya seperti dikendalikan oleh orang lain tapi bias membaca
pikiran orang dan punya indera ke 6. Pasien tidak merasa takut di tempat keramaian, tidak
merasa takut akan sesuatu atau rasa cemas yang berlebihan. Pasien sering mendengar
bisikan-bisikan yang orang lain tidak dengarkan seperti yang pasien rasakan. Setelah
mendengar bisikan tersebut pasien kemudian bergumam dan berbicara yang tidak jelas.
Pasien juga melihat bayangan-bayangan putih.
Aktivitas sehari-hari pasien yaitu montir sepeda motor. Pasien riwayat merokok sudah dari
remaja dan gemar minum kopi. Keseharian pasien lebih banyak bekerja dibengkel. Pasien
juga sudah menikah sah. Namun 1 minggu SMRS pasien merasa gelisah, kepala terasa
berat, pusing dan susah tidur, mudah emosi. Pada tanggal 2 Februari 2018, pasien datang
ke Rumah Sakit Jiwa Daerah (RSJD) Abepura di antar oleh istri.
Pasien masih dapat berkomunikasi dengan baik jika di ajak berbicara. Pasien juga makan dan minum teratur dan cukup tidur pada malam
hari. (GAF : 80-71)
RPD
Pasien merupakan pasien baru di RSJD Abepura.
Riwayat penyakit yang lain disangkal
Riwayat Sosial
Pasien tinggal di Merauke bersama istri dan
seorang anak laki-lakinya
Riwayat Kehidupan Pribadi
Selama masa kehamilan dalam keadaan baik
Pasien
sama sekali tidak pernah
mengalami masalah psikoseksual.
Riwayat Keluarga
Kakak pasien mengatakan bahwa didalam
keluarganya ada yang mengalami penyakit seperti
dirinya (istri).
Genogram :
Persepsi /Tanggapan
Pasien Terhadap
Dirinya:
Pasien mengetahui
STATUS
secara sadar bahwa
GENERALISATA:
dirinya memiliki
gangguan, sehingga - Pemeriksaan dalam
pasien merasa perlu batas normal
untuk berobat,
namun pasien tidak
memahami
penyebab sakitnya.
Status psikiatri
Diagnosis Multiaksial
Diagnosis Multiaksial
Axis I : F20.0 Skizofrenia Paranoid
Axis II : F60.0 Gangguan kepribadian paranoid
Axis III : Tidak ada diagnosis
Axis IV : Masalah dengan primary support group
(keluarga)
Axis V : GAF 70-61 beberapa gejala ringan dan
menetap disabilitas ringan dalam fungsi, secara
umum masih baik
Diagnosis Banding
F22.0 Gangguan Waham (Paranoia)
F22.8 Gangguan waham lainnya
RENCANA TERAPI
Terapi non-Farmakologis : Rawat inap
Terapi Farmakologis : Obat Anti-Psikosis
Farmakoterapi:
Terapi Farmakologis selama rawat inap :
Haloperidol 5 mg (1-0-1)
Trihexiphenidyl 2 mg (1-0-1)
Merlopam 2 mg (0-1/2-1)
PROGNOSIS
Ad vitam : dubia at bonam
Ad fungsionam : dubia at bonam
Ad sanationam : dubia at bonam
PEMBAHASAN
Bagaimana Cara Mendiagnosa Pasien Dalam
Kasus?
Pedoman diagnostik F20.0 Skizofrenia
paranoid
Memenuhi kriteria umum untuk diagnosis
skizofrenia
thought echo (isi pikiran yang berulang-ulang),
thought insertion or withdrawal (isi pikiran asing
dari luar masuk kedalam atau pikiran dari dalam
diambil keluar), thought broadcast (isi pikiran
tersiar keluar).
delusion of control (waham dirinya dikendalikan
sesuatu), delusion of influence (waham dirinya
dipengaruhi suatu kekuatan), delusion of passivity
(waham dirinya tak berdaya dan pasrah),
delusional perception (pengalaman indrawi yang
tak wajar atau bersifat mistik).
Tambahan:
Halusinasi dan/atau waham harus menonjol
- suara-suara halusinasi yang mengancam atau
memberi perintah, atau halusinasi auditorik
tanpa bentuk verbal berupa bunyi pluit,
mendengung atau tawa.
- halusinasi pembauan atau pengecapan, atau
halusinasi visual mungkin ada tapi jarang
menonjol.
- waham dapat berupa hampir semua jenis
Tujuan diagnostik
Stabilisasi pengobatan
Keamanan pasien karena adanya ide bunuh diri atau pembunuhan,
maupun mengancam lingkungan sekitar
Untuk perilaku yang sangat kacau atau tidak pada tempatnya,
termasuk, ketidakmampuan mengurus kebutuhan dasar, seperti
pangan, sandang dan papan
Tidak adanya dukungan dan motivasi sembuh dari keluarga maupun
lingkungan
Timbulnya efek samping obat yang membahayakan jiwa
Farmakoterapi:
Efek samping obat ini dapat berupa sedasi (rasa mengantuk, kewaspadaan
berkurang, kinerja psikomotor menurun), efek relaksasi otot (rasa lemas dan
cepat lelah). Obat golongan benzodiazepine berpotensi menimbulkan
ketergantungan lebih rendah dari narkotika. Ketergantungan relatif lebih sering
terjadi pada individu dengan riwayat minum alkohol dan penyalagunaan obat,
sehingga obat golongan benzodiazepine tidak dianjurkan diberikan pada
pasien-pasien tersebut. Untuk mengurangi resiko ketergantungan obat,
maksimum lama pemberian 3 bulan (100 hari) dalam rentang dosis terapeutik.