Anda di halaman 1dari 26

F.20.

0
Skizofrenia
paranoid

Oleh: Dimas F. Wijaya, S.Ked

Pembimbing:
dr. Elisabeth Meyni, Sp.KJ
IDENTITAS
 Nomor Catatan Medik : 0002813
 Nama : Tn. Wagiso
 Jenis Kelamin : Laki-laki
 Tempat/Tanggal Lahir : Klaten, 22 Juli 1983
 Umur : 35 tahun
 Pendidikan : SD
 Status Pernikahan : Sudah menikah
 Suku Bangsa : Jawa
 Agama : Islam
 Pekerjaan : Swasta (montir bengkel)
 Alamat : Jl. Ternate - rumah sewa
widya no. 01 Kab. Merauke

 Ruang Perawatan : GMO


 Tanggal Pemeriksaan : 2 Februari 2018
 Yang Mengantar ke RSJ : Keluarga Pasien
 Pemberi Informasi : Ny. Nyiarsih (Istri)
LAPORAN KASUS
Keluhan Utama :
 Heteroanamnesa
 Autoanamnesa (dengan istri pasien) :
(dengan pasien) :  “pasien susah tidur,
 “Saya gelisah, merasa kepala berat, dada
kepala saya berat
sekali, pusing, dan dada terasa sesak, pusing,
sesak. Saya juga bicara-bicara sendiri,
mendengar suara dengar-dengar suara,
seperti ada yang
membisikan sesuatu bongkar barang
ditelinga saya. Saya dalam rumah dan
juga melihat bayangan- pukul saya juga
bayangan putih. tetangga.”
Kadang saya bisa baca
pikiran orang-orang dan
punya indera ke-6”.
RPS
Autoanamnesa (dengan pasien):

 Pasien mengatakan bahwa dirinya gelisah, merasa kepala saya berat sekali,
pusing, dan dada sesak jadi susah tidur.

 Pasien juga mendengar suara seperti ada yang membisikan sesuatu ditelinga
dan lihat bayangan-bayangan putih”. Bisikan-bisikan tersebut muncul
berulang-ulang dan tidak menentu waktunya, kadang sewaktu bangun tidur
atau saat pasien sedang duduk sendirian. Saat mendengar bisikan-bisikan
tersebut pasien ingin menyampaikan apa yang dia dengar tetapi tidak jelas
apa yang didengarkan dari bisikan.

 Pasien juga stress usaha bengkel nya mau digusur di merauke jadi merasa
banyak tanggungan hidup keluarga, ada anak dan istri.

 Pasien mengaku bisa baca pikiran orang, dan punya indera ke 6”.

Keadaan ini dialami pasien sekitar 1 minggu yang lalu sebelum masuk rumah sakit.
Heteroanamnesa (dengan istri pasien) :
 Pasien mengalami sakit seperti ini dimulai sejak kurang lebih 1 minggu yang lalu. Sebelum
sakit, pasien adalah pribadi yang suka bergaul dengan orang-orang disekitar rumah dan
ditempat usahanya (bengkel).

 Menurut istri, pasien mulai merasa tertekan sejak usaha bengkel suaminya mau digusur di
merauke sehingga menjadi banyak tanggungan dan pikiran pada suaminya, belum lagi
ada anak dan istri, sehingga pasien jadi mudah emosi dan marah-marah. Sampai
membongkar-bongkar barang dalam rumah. Pasien juga diketahui pernah memukul
tetangga dan saya (istri).

 Pasien juga melihat bayangan-bayangan, namun tidak pernah mencoba menyakiti diri
sendiri, atau mencoba untuk bunuh diri. Makan minum baik, hubungan dengan tetangga
baik, berinteraksi seperti pada orang normal.

 Pasien tidak merasa pikirannya seperti dikendalikan oleh orang lain tapi bias membaca
pikiran orang dan punya indera ke 6. Pasien tidak merasa takut di tempat keramaian, tidak
merasa takut akan sesuatu atau rasa cemas yang berlebihan. Pasien sering mendengar
bisikan-bisikan yang orang lain tidak dengarkan seperti yang pasien rasakan. Setelah
mendengar bisikan tersebut pasien kemudian bergumam dan berbicara yang tidak jelas.
Pasien juga melihat bayangan-bayangan putih.

 Aktivitas sehari-hari pasien yaitu montir sepeda motor. Pasien riwayat merokok sudah dari
remaja dan gemar minum kopi. Keseharian pasien lebih banyak bekerja dibengkel. Pasien
juga sudah menikah sah. Namun 1 minggu SMRS pasien merasa gelisah, kepala terasa
berat, pusing dan susah tidur, mudah emosi. Pada tanggal 2 Februari 2018, pasien datang
ke Rumah Sakit Jiwa Daerah (RSJD) Abepura di antar oleh istri.

Pasien masih dapat berkomunikasi dengan baik jika di ajak berbicara. Pasien juga makan dan minum teratur dan cukup tidur pada malam
hari. (GAF : 80-71)
RPD
Pasien merupakan pasien baru di RSJD Abepura.
Riwayat penyakit yang lain disangkal

Riwayat Penggunaan Zat


Rokok (+), Kopi (+), alkohol (-), pinang (-), riwayat
penggunaan narkoba dan ganja disangkal

Riwayat Sosial
Pasien tinggal di Merauke bersama istri dan
seorang anak laki-lakinya
Riwayat Kehidupan Pribadi
 Selama masa kehamilan dalam keadaan baik

 Hubungan pasien dan keluarga saat masa kanak-kanak


awal baik, tidak ada masalah makan atau tidur

 Keadaan pasien pada masa sekolah dan prasekolah dalam


batas normal, punya banyak teman main.

 Pasien mengaku mulai merokok dan


mengkonsumsi kopi sejak remaja
Masa Dewasa
 Pendidikan terakhir pasien adalah SD.

 Pasien memiliki kebiasaan merokok, dihabiskan ±1 bungkus,


kebiasaan mengkonsumsi kopi.

 Pasien sudah menikah sah dan memiliki sorang anak laki-laki

 Pasien mengaku bergaul seperti biasa dengan keluarga dan


lingkungan sekitar.
 Pasienmengaku rajin tidak beribadah
saat belum sakit seperti ini

 Pasien belum pernah berurusan dengan


hukum

 Pasien
sama sekali tidak pernah
mengalami masalah psikoseksual.
Riwayat Keluarga
Kakak pasien mengatakan bahwa didalam
keluarganya ada yang mengalami penyakit seperti
dirinya (istri).

Genogram :
Persepsi /Tanggapan
Pasien Terhadap
Dirinya:

Pasien mengetahui
STATUS
secara sadar bahwa
GENERALISATA:
dirinya memiliki
gangguan, sehingga - Pemeriksaan dalam
pasien merasa perlu batas normal
untuk berobat,
namun pasien tidak
memahami
penyebab sakitnya.
Status psikiatri
Diagnosis Multiaksial
 Diagnosis Multiaksial
 Axis I : F20.0 Skizofrenia Paranoid
 Axis II : F60.0 Gangguan kepribadian paranoid
 Axis III : Tidak ada diagnosis
 Axis IV : Masalah dengan primary support group
(keluarga)
 Axis V : GAF 70-61 beberapa gejala ringan dan
menetap disabilitas ringan dalam fungsi, secara
umum masih baik

Diagnosis Banding
 F22.0 Gangguan Waham (Paranoia)
 F22.8 Gangguan waham lainnya
 RENCANA TERAPI
 Terapi non-Farmakologis : Rawat inap
 Terapi Farmakologis : Obat Anti-Psikosis

Farmakoterapi:
 Terapi Farmakologis selama rawat inap :
 Haloperidol 5 mg (1-0-1)
 Trihexiphenidyl 2 mg (1-0-1)
 Merlopam 2 mg (0-1/2-1)

PROGNOSIS
 Ad vitam : dubia at bonam
 Ad fungsionam : dubia at bonam
 Ad sanationam : dubia at bonam
PEMBAHASAN
Bagaimana Cara Mendiagnosa Pasien Dalam
Kasus?
Pedoman diagnostik F20.0 Skizofrenia
paranoid
 Memenuhi kriteria umum untuk diagnosis
skizofrenia
 thought echo (isi pikiran yang berulang-ulang),
thought insertion or withdrawal (isi pikiran asing
dari luar masuk kedalam atau pikiran dari dalam
diambil keluar), thought broadcast (isi pikiran
tersiar keluar).
 delusion of control (waham dirinya dikendalikan
sesuatu), delusion of influence (waham dirinya
dipengaruhi suatu kekuatan), delusion of passivity
(waham dirinya tak berdaya dan pasrah),
delusional perception (pengalaman indrawi yang
tak wajar atau bersifat mistik).

 Tambahan:
 Halusinasi dan/atau waham harus menonjol
- suara-suara halusinasi yang mengancam atau
memberi perintah, atau halusinasi auditorik
tanpa bentuk verbal berupa bunyi pluit,
mendengung atau tawa.
- halusinasi pembauan atau pengecapan, atau
halusinasi visual mungkin ada tapi jarang
menonjol.
- waham dapat berupa hampir semua jenis

Tambahan untuk Skizofrenia Paranoid


1. Halusinasi atau waham harus menonjol
2. Gangguan afektif
Penatalaksanaan
Non-Farmakologis
 Rawat Inap / Hospitalisasi
 Pasien yang mengalami gejala-gejala gangguan mental dan perilaku
akibat skizofrenia paranoid harus dirawat di rumah sakit. Perawatan di
rumah sakit menurunkan stress pada pasien dan membantu mereka
menyusun aktivitas harian mereka. Lamanya perawatan di rumah sakit
tergantung pada keparahan penyakit pasien dan tersedianya fasilitas
pengobatan rawat jalan. Rawat inap diindikasikan terutama untuk :

 Tujuan diagnostik
 Stabilisasi pengobatan
 Keamanan pasien karena adanya ide bunuh diri atau pembunuhan,
maupun mengancam lingkungan sekitar
 Untuk perilaku yang sangat kacau atau tidak pada tempatnya,
termasuk, ketidakmampuan mengurus kebutuhan dasar, seperti
pangan, sandang dan papan
 Tidak adanya dukungan dan motivasi sembuh dari keluarga maupun
lingkungan
 Timbulnya efek samping obat yang membahayakan jiwa
Farmakoterapi:

Terapi Farmakologis selama rawat


inap :
 Haloperidol 5 mg (1-0-1)
 Trihexiphenidyl 2 mg (1-0-1)
 Merlopam 2 mg (0-1/2-1)
Haloperidol 5 mg
 Haloperidol merupakan obat anti psikotik tipikal golongan Butyrophenone, yang
diindikasikan untuk mengatasi gejala sasaran (target syndrom) atau sindrom
psikosis. Efektif terhadap sindrom psikosis fungsional; seperti Skizofrenia, Psikosis
paranoid, Psikosis afekstif dan lain-lain. Sindrom psikosis terjadi berkaitan dengan
aktivitas neurotransmiter Dopamine yang meningkat (hiperaktivitas sistem
dopaminergik sentral). Sehingga pemberian obat golongan anti psikosis tipikal
seperti haloperidol merupakan pilihan yang tepat. Mekanisme kerja obat anti-
psikosis tipikal adalah mem-blokade Dopamine pada reseptor pasca-sinaptik
neuron di otak, khususnya di sistem limbik dan sistem ekstrapiramidal (Dopamine
D2 receptor atagonists) sehingga efektif untuk gejala positif seperti waham,
halusinasi, bicara kacau dan perilaku tak terkendali. Pada dasarnya semua obat
anti-psikosis mempunyai efek primer (efek klinis) yang sama pada dosis ekivalen,
perbedaan terutama pada efek sekunder (efek samping: sedasi, otonomik, dan
ekstrapiramidal)

 Haloperidol merupkan golongan Butyrophenone yang memiliki efek samping


ekstrapiramidal paling kuat dibanding obat anti-psikosis lainnya. Haloperidol
memiliki efek sedatif lemah diunakan terhadap sindrom psikosis dengan gejala
dominan; seprti apatis, menarik diri, waham, halusinasi, dll. Penggunaan dosis
perlu mempertimbangkan;

 Onset efek primer (efek klinis) : sekitar 2-4 minggu


 Onset efek sekunder (efek samping) : sekitar 2-6 jam
 Dosis pagi dan malam dapat berbeda untuk mengurangi dampak dari efek
samping (dosis pagi lebih kecil), sehingga tidak begitu menggu kualitas hidup
pasien. Pada kasus ini pasien diberikan siang1tablet dan malam 1 tablet ( 1-0-1).
Trihexyphenidyl Hcl 2 mg
 Pemakaian obat psikotik seperti CPZ dan HLP tanpa penggunaan THP
cenderung menimbulkan sindrom parkinson. Pemberian obat
Trihexyphenidyl selalu disertakan pada sebagian besar terapi
antipsikotik untuk pasien skizofrenia. Pemberian obat Haloperidol
pada pasien skizofrenia memiliki efek samping berupa efek
ekstrapiramidal paling kuat.

 Sindrom ekstrapiramdal merupakan suatu gejala yang ditimbulkan


karena terjadinya inhibisi transmisi dopaminergik di ganglia basalis.
Adanya gangguan transmisi di korpus stratum yang mengandung
banyak reseptor D1 dan D2 menyebabkan depresi fungsi motorik
sehingga menimbulkan reaksi berupa distonia akut atau kekakuan
otot-otot alat gerak, hipersalivasi atau gerakan tak terkontrol pada
otot rahang. Trihexilphenidyl merupakan senyawa piperidin, termasuk
obat golongan antikolinergik yang digunakan sebagai obat
tambahan antipsikotik. Daya anti kolinergik dan efek sentralnya mirip
atropin namun lebih lemah, bekerja dengan cara mengurangi
aktifitas kolinergik di kaudatus dan puntamen yaitu dengan memblok
reseptor asetilkolin.

 Berdasarkan alasan inilah diberikannya obat THP sebagai antidotum


antipsikotik yang memiliki efek ekstrapiramidal kuat seperti
haloperidol, dengan tujuan mengurangi efek samping yang tidak
diinginkan, sebab efek samping yang ditimbulkan cukup serius.
Lorazepam (Merlopam) 2 mg
 Lorazepam merupakan oabt golongan Benzodiazepine yang memiliki efek
terhadap gejala sasaran; syndrom ansietas. Adanya persaan cemas atau
khawatir yang tidak realistik terhadap 2 atau lebih hal yang dipresepsi sebagai
ancaman, perasaan ini menyebabkan individu tak mampu istirahat dengan
tenang (susah tidur). Hendaya fungsi kehidupan sehar-hari, bermanifestasi
dalam gejala; penurunan kemampuan bekerja, hubungan sosial dan melakukan
kegiatan rutin. Mekanisme kerja obat anti-anxietas bendzodiazepine yang
bereaksi dengan reseptornya (benzodiazepine receptor) akan meng-reinforce
“the inhibitory action of GABA-ergenic neuron” (GABA Re-uptake inhibitor)
sehingga hiperaktivitas dari sistem limbik SSP yang terdiri dari “dopaminergic,
noradrenergic, serotoninnergic neuron” yang merupakan sindrom anxietas
dapat mereda.

 Efek samping obat ini dapat berupa sedasi (rasa mengantuk, kewaspadaan
berkurang, kinerja psikomotor menurun), efek relaksasi otot (rasa lemas dan
cepat lelah). Obat golongan benzodiazepine berpotensi menimbulkan
ketergantungan lebih rendah dari narkotika. Ketergantungan relatif lebih sering
terjadi pada individu dengan riwayat minum alkohol dan penyalagunaan obat,
sehingga obat golongan benzodiazepine tidak dianjurkan diberikan pada
pasien-pasien tersebut. Untuk mengurangi resiko ketergantungan obat,
maksimum lama pemberian 3 bulan (100 hari) dalam rentang dosis terapeutik.

 Menurut teori pentalaksanaan pada gangguan cemas menyeluruh yang disertai


gangguan agorafobia adalah kombinasi antara kemoterapi dengan
farmakoterapi. Pada pengobatan farmakoterapi golongan obat anti-psikotik
tipikal menjadi obat pilihan (lini pertama) karena efektif pada gejala positif
sindrom psikosis, seperti pada kasus ini.
PROGNOSIS
 Quo ad vitam (hidup) :
dubia ad bonam

 Quo ad functionam (fungsi) :


dubia ad bonam

 Quo ad sanamtionam (sembuh) :


dubia ad bonam
TERIMA KASIH
Semoga bermanfaat…

Anda mungkin juga menyukai