(ARTHROPODA) MATERI : INDRIANI NURRIZQI (E1A015018) ARTHROPODA Arthropoda diklasifikasikan menjadi 4 kelas, yaitu: • a) Crustacea atau Udang-udangan • b) Insecta atau serangga (Hexapoda) • c) Myriapoda atau lipan (kaki seribu) • d) Arachnida atau labah-labah Ciri-ciri Arthropoda secara umum : • Adapun ciri-ciri umum dari Arthropoda antara lain adalah sebagai berikut: 1. Tubuh beruas-ruas yang terbagi atas kepala (caput), dada (thoraks), dan badan belakang (abdomen). Beberapa diantaranya ada yang memiliki kepala dan dada yang bersatu (cephalothoraks). 2. Bentuk tubuh simetris bilateral 3. Rangka luar keras tersusun atas zat kitin 4. Sifat hidup ada yang parasit, heterotropik, dan hidup secara bebas 5. System peredaran darah terbuka (system lakuner) dan alat peredarannya berupa jantung dan pembuluh-pembuluh darah terbuka 6. Alat pernapasan berupa trakea, insang, dan paru-paru yang merupakan lembaran (paru-paru buku) 7. Alat pencernaan makanan lengkap terdiri atas mulut, kerongkongan usus, dan anus 8. Sistem reproduksi terpisah, artinya ada hewan jantan dan ada hewan betina. Reproduksi terjadi secara seksual dan aseksual (partenogenesis dan paedogenesis) 9. System saraf berupa tangga tali dan alat peraba berupa antena 10. Hidupnya di darat, air tawar dan laut. KEPITING BAKAU (CRUSTACEA) KLASIFIKASI KEPITING BAKAU • Phylum : Arthropoda • Classis : Crustacea • Subclassis : Malacostraca • Ordo : Decapoda • Sub ordo : Branchyura • Familia : Portunidae • Genus : Scylla • Spesies : Scylla sp. S. serrata, S. tranquebarica, S. Paramamosain , S. Olivacea. MORFOLOGI DAN ANATOMI KEPITING BAKAU Ciri- ciri kepiting bakau menurut Kasry (1996) adalah sebagai berikut: • karapas berwarna sedikit kehijauan, • pada kiri-kanannya terdapat Sembilan buah duri- duri tajam, dan pada bagian depannya diantaranya tangkai mata terdapat enam buah duri, • sapit kanannya lebih besar dari sapit kiri dengan warna kemerahan pada kedua ujungnya, • mempunyai tiga pasang kaki pejalan dan satu kaki perenang yang terdapat pada ujung abdomen dengan bagian ujungnya dilengkapi dengan alat pendayung. SYSTEM EKSKRESI DAN OSMOREGULASI • Ekskresi adalah sistem pembuangan proses metabolisme tubuh (berupa gas, cairan, dan padatan) melalui ginjal, dan saluran pencernaan. • Sistem Osmoregulasi : sistem pengaturan keseimbangan tekanan osmotik cairan tubuh (air dan darah) dengan tekanan osmotik habitat (perairan). • Organ-organ dalam sistem ekskresi : saluran pencernaan, dan ginjal. • Organ-organ sistem osmoregulasi : ginjal, insang, lapisan tipis mulut. • Fungsi Ginjal: menyaring sisa-sisa proses metabolisme untuk dibuang, zat-zat yang diperlukan tubuh diedarkan lagi melalui darahdan mengatur kekentalan urin yang dibuang untuk menjaga keseimbangan tekanan osmotik cairan tubuh. PROSES OSMOREGULASI DAN EKSKRESI PADA KEPITING BAKAU • Kepiting merupakan hewan osmoregulator • Memiliki organ-organ sistem osmoregulasi yaitu, ginjal, insang, dan lapisan tipis mulut. • Fungsi dari ginjal di sini menyaring sisa-sisa proses metabolisme untuk dibuang, zat-zat yang diperlukan tubuh diedarkan lagi melalui darah dan mengatur kekentalan urin yang dibuang untuk menjaga keseimbangan tekanan osmotik cairan tubuh. • Kepiting memerlukan transportasi aktif, terutama pompa Na – K – ATPase, untuk mempertahankan gradien osmotik dalam tubuh bergerak normal. • Tekanan osmotik dalam sel akan mempengaruhi komposisi protein pada kondisi stress osmotik, juga terhadap penggunaan energi akibat aktivitas transportasi aktif, sehingga terjadi gradasi bahan- bahan yang kaya energi seperti lemak, dan karbohidrat. • Protein juga akan mengalami gradasi, karena turut berperan dalam sistem pompa ion pada membran sel (protein membran sel/carrier) dan biokatalisator (enzim Na – K ATP ase). • Dua macam enzim yang membantu transport ion melewati insang krustasea adalah karbonat anhidrase dan arginin kinase. • Karbonat anhidrase berfungsi untuk menyediakan ion H+ dan HCO3- sebagai lawan ion na+ dan Cl- untuk pertukaran zat, dengan mengkatalisis hidrasi CO2 di dalam sel insang. • Aktifitas dari karbonat anhidrase dalam sitoplasma insang akan bertambah secara drastis ketika kepiting berpindah dari tempat yang bersalinitas yang tinggi ke tempat yang bersalinitas rendah, • Proses penggunaan ATP dalam rangka transpor ion tergantung pada kerja enzim arginin kinase. • Kepiting yang berpindah dari salinitas yang tinggi ke salinitas rendah, akan menyebabkan aktifitas enzim arginin kinase bertambah dua kali lipat di dalam insang. • Jika salinitas terlalu tinggi, kepiting mengalami kondisi hipoosmotik, air dari dalam tubuh cenderung bergerak keluar secara osmosis. Sehingga, kepiting akan berusaha mempertahankan keseimbangan cairan tubuh dengan mencegah agar cairan urin tidak lebih pekat dari hemolimfenya. • Kepiting harus mengekstrak H2O dalam tubuhnya • Air dalam media cendrung menembus masuk ke dalam tubuh, lewat lapisan kulit tipis kepiting. Kepiting mengantisipasinya dengan mengeluarkan air lewat kelenjar eksresi (kelenjar antena), juga memompa keluar air melalui urin. • Kepiting merupakan organisme laut tipe osmoregulator-eurihaline yang memiliki pengaruh langsung terhadap salinitas media, tepatnya pada kemampuan pencernaan serta absorbsi sari pakan. Pengaruh salinitas yang tidak kalah penting yaitu dapat meningkatkan laju konsumsi oksigen, serta perubahan pola respirasi. Sehingga, pertumbuhan akan efektif bila kepiting hidup pada media yang tidak jauh dari titik isoosmotik. • Organ-organ dalam sistem ekskresi : saluran pencernaan, dan ginjal. • Fungsi Ginjal: menyaring sisa-sisa proses metabolisme untuk dibuang, zat-zat yang diperlukan tubuh diedarkan lagi melalui darah dan mengatur kekentalan urin yang dibuang untuk menjaga keseimbangan tekanan osmotik cairan tubuh.