Anda di halaman 1dari 24

HIV PADA KEHAMILAN

OLEH :
AYU GADUH CANDRA FRISKA
17710076

PEMBIMBING :
dr. Pramudyo Dwiputro, Sp.OG (K)
BAB I PENDAHULUAN

Acquired immunodeficiency syndrome (AIDS) adalah


penyakit yang disebabkan oleh infeksi human immun
odeficiency virus (HIV)

AIDS dikarakteristikkan sebagai penyakit imunosupr


esif berat yang sering dikaitkan dengan infeksi opo
rtunistik dan tumor ganas serta degenerasi susuna
n saraf pusat
Pada tahun 2011 diperkirakan terdapat 34 juta orang hidup
dengan HIV

sebanyak 2,5 juta sebanyak 1,8 juta orang


orang baru terinfeksi HIV meninggal akibat AIDS

330 230
ribu ribu

2,2 1,5
juta juta

USIA DEWASA ANAK-ANAK <15TH USIA DEWASA ANAK-ANAK <15TH


LATAR BELAKANG

Penyebaran HIV ini berkembang dengan cepat dan


mengenai wanita dan anak-anak. Departemen Kese
hatan
. RI memperkirakan jika di Indonesia setiap ta
hun terdapat 9.000 ibu hamil positif HIV yang mela
hirkan bayi, berarti akan lahir sekitar 3.000 bayi de
ngan HIV positif tiap tahun

Resiko penularan HIV dari ibu ke bayi berkisar 24


-25%. Penularan infeksi HIV dari ibu ke bayi meru
pakan penyebab utama infeksi HIV pada bayi usia
di bawah 15 tahun
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
DEFINISI

HIV/AIDS adalah
disebabkan oleh de
suatu sindrom defi
fisiensi imun primer
siensi imun yang di
atau sekunder atau
tandai oleh adanya
infeksi kongenital o
infeksi oportunistik
leh human immuno
dan atau
deficiency virus
keganasan
EPIDEMIOLOGI
Di banyak negara berkembang, HIV merupakan penyebab utama kematian
perempuan usia reproduksi
UNAIDS/WHO (2009)
Memperkirakan 22.000
• Pada tahun 2010 anak di wilayah Asia-Pa
sifik terinfeksi HIV dan
DI ASIA diperkirakan tanpa pengobatan,
terdapat 57.000 ibu setengah dari anak
TENGGARA yang terinfeksi tersebut
hamil terinfeksi HIV akan meninggal sebelu
m ulang tahun
kedua
ANATOMI
Penyebab dari virus ini adalah dari retr
ovirus golongan retroviridae. HIV terdiri
dari HIV-1 dan HIV-2. Dimana HIV-1 m
emiliki 10 subtipe yang diberi dari kod
e A sampai J. Dan subtype yang paling
ganas di seluruh dunia adalah grup HI
V-1.

Secara morfologik, virus ini berbentuk


bulat, terdiri dari bagian inti (core) yang
berbentuk silindris dan selubung (envelo
pe) yang berstruktur lipid bilayer yang
membungkus bagian core
PATOFISIOLOGI
Virus HIV menempel pada sel penj
amu yaitu molekul CD4 pada sel li
mfosit-T
Reverse
Transcriptase RNA HIV memasuki inti sel, ter
bentuklah DNA provirus
DNA provirus memasuki inti se
l dan akan berikatan dengan D
NA sel penjamu
DNA provirus disatukan denga
n DNA penjamu, lalu DNA yan
g terbentuk mengalami polime
risasi menjadi dua untai RNA
DNA yg terbentuk pindah ke p
ermukaan sel yang baru dan m
asih imatur
Terbentuklah sel virus baru
lanjutan...

Provirus yang terbentuk ini tinggal dalam keadaan l


aten atau dalam keadaan replikasi yang sangat lambat, ter
gantung pada aktivitas dan deferensiasi sel pejamu (T-CD
4) yang diinfeksinya, sampai kelak terjadi suatu stimulasi y
ang dapat memicu dan mamacu terjadinya replikasi deng
an kecepatan tinggi.
Selanjutnya, perlu dikemukakan bahwa infeksi HIV p
ada sel limfosit T-CD4 tidak saja berakhir dengan replikasi
virus tetapi juga berakibat perubahan fungsi sel T-CD4 da
n sitolisis, hingga populasinya berkurang.
TRANSMISI
Angka Penularan HIV Pada Masa Kehamilan

5-10% 10-20% 30-45%

• kehamilan • persalinan •menyusui


Penularan HIV ibu ke bayi
penatalaksanaan

pasca
antepartum intrapartum
persalinan

Pemberian
Persalinan
konseling obat anti sectio secaria ASI ekslusif
pervaginam
virus
Cara persalinan berdasarkan status HIV- AIDS ibu hamil
No. Cara Persalinan Rekomendasi
1. Wanita hamil yang terinfeksi HIV-AIDS yang datang Wanita hamil yang terinfeksi HIV-AIDS dilakukan :
:  Konseling tentang seksio sesarea untuk mengurangi r
esiko transmisi dan resiko komplikasi pascaoperasi, a
 Kehamilan ≥ 36 minggu
nestesi dan resiko operasi lain padanya.
 Belum dapat ARV
 Jika diputuskan seksio sesarea, seksio direncanakan p
 Sedang menunggu hasil pemeriksaan kadar HI ada minggu ke-38.
V dan CD4 yang diperkirakan ada sebelum per  Selama seksio, wanita hamil yang terinfeksi HIV-AI
salinan. DS mendapat zidovudin IV yang dimulai 3 jam sebel
umnya dan bayi mendapat zidovudin sirup selama 6
minggu.
 Keputusan akan meneruskan antiretrovirus setelah m
elahirkan atau tidak, tergantung pada hasil pemeriksa
an kadar virus dan CD4.
2. Wanita hamil yang terinfeksi HIV-AIDS yang datan  Terapi ARV yang digunakan tetap diteruskan.
g:  Konseling bahwa kadar HIV-nya mungkin tidak turun
 Pada kehamilan awal sampai kurang dari 1000 kopi/mL sebelum persalinan
 Sedang mendapat kombinasi antiretrovirus , sehingga dianjurkan untuk melakukan seksio sesare
 Kadar HIV tetap di atas 1000 kopi/mL pada mi a.
nggu ke 36 kehamilan  Demikian juga dengan resiko komplikasi seksio yang
meningkat, seperti infeksi pascaoperasi, anestesi dan
operasi.
 Jika diputuskan seksio sesarea, seksio direncanakan p
ada minggu ke-38 kehamilan.
 Selama seksio, wanita hamil yang terinfeksi HIV-AI
DS mendapat zidovudin intravena yang dimulai mini
mal 3 jam sebelumnya. antiretrovirus lain tetap diteru
skan sebelum dan sesudah persalinan. Bayi mendapat
zidovudin sirup selama 6 minggu.
3. Wanita hamil yang terinfeksi HIV-AIDS yang: Wanita hamil yang terinfeksi HIV-AIDS diberikan:
 Sedang mendapat kombinasi antiretrovirus  Konseling bahwa kemungkinan transmisi jika kadar
 Kadar HIV tidak terdeteksi pada minggu ke 36 HIV tidak terdeteksi mungkin kurang dari 2 %, bahka
kehamilan. n pada persalinan pervaginam.
 Pemilihan cara persalinan harus mempertimbangkan
keuntungan dan resiko komplikasi seksio.

4. Wanita hamil yang terinfeksi HIV-AIDS yang:  Zidovudin IV segera diberikan.


 Sudah direncanakan seksio sesarea elektif  Jika kemajuan persalinan cepat, wanita hamil yang te
 Namun datang pada awal persalinan atau setela rinfeksi HIV-AIDS ditawarkan untuk menjalani persa
h ketuban pecah. linan pervaginam.
 Jika dilatasi serviks minimal dan diduga persalinan ak
an berlangsung lama, dapat dipilih antara zidovudine
intravena dan melakukan seksio sesarea atau member
ikan pitosin untuk mempercepat persalinan.
 Jika diputuskan untuk menjalani persalinan pervagina
m, elektrode kepala, monitor invasife dan alat bantu l
ain sebaiknya dihindari. Bayi sebaiknya mendapat zid
ovudin sirup selama 6 minggu.
ART pada kehamilan

Tujuan utama pemberian antiretrovirus pada kehamilan adala


h menekan perkembangan virus, memperbaiki fungsi imunologis, mem
perbaiki kualitas hidup, mengurangi morbiditas dan mortalitas penyakit
yang menyertai HIV
Hal ini berdasarkan bahwa resiko transmisi perinatal meningk
at sesuai dengan kadar HIV ibu dan resiko transmisi dapat diturunkan h
ingga 20% ( dari 25% menjadi 8%) dengan terapi antiretrovirus
N O Situasi klinis Rekomendasi pengobatan
(paduan untuk ibu)
 Zidofudine (AZT) + Lamivudine (3TC) +Nevirapine (N
ODHA dengan indikasi Terapi ARV dan VP) atau
1
kemungkinan hamil atau sedang hamil  Tenofovir DF (TDF) + Lamivudine (3TC) + Nevirapine
(NVP) Hindari Efavirenz (EFV) pada trimester pertama
 Lanjutkan paduan (ganti dengan NVP atau golongan
ODHA sedang menggunakan Terapi AR PI jika sedang menggunakan EFV pada trimester I)
2
V dan kemudian hamil  Lanjutkan dengan ARV yang sama selama dan sesud
ah persalinan
ODHA hamil dengan jumlah CD4 >350/ ARV mulai pada minggu ke 14 kehamilan
3
mm3 atau dalam stadium klinis 1. Paduan sesuai dengan butir 2
ODHA hamil dengan jumlah CD4 < 350/
4 mm3 atau dalam stadium klinis 2, 3 atau Segera Mulai Terapi ARV
4
OAT yang sesuai tetap diberikan
5 ODHA hamil dengan Tuberkulosis aktif Paduan untuk ibu, bila pengobatan mulai trimester II dan III:
 AZT (TDF) + 3TC + EFV
6  Tawarkan tes dalam masa persalinan; atau tes setelah p
Ibu hamil dalam masa persalinan dan tid ersalinan.
ak diketahui status HIV  Jika hasil tes reaktif maka dapat diberikan paduan pada
butir 2
7 ODHA datang pada masa persalinan dan
Paduan pada butir 2
belum mendapat Terapi ARV
Pemberian ARV Pada Ibu Menyusui:

1. Bayi dari ibu yang mendapatkan ARV dan sedang menyus


ui harus mendapatkan terapi profilaksis dengan NVP haria
n selama enam minggu. Jika bayi menerima makanan pen
gganti, mereka harus diberikan terapi profilaksis harian sel
ama empat sampai enam minggu dengan NVP harian (ata
u AZT dua kali sehari). Profilaksis pada bayi harus dimulai
pada saat lahir atau ketika didapatkan HIV saat postpartu
m.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai