Anda di halaman 1dari 31

POSTMATUR

Kelompok 3
Kehamilan postmatur
1.DEFINISI (postterm) disebut juga
kehamilan lewat waktu/bulan
merupakan kehamilan yang
berlangsung sampai 42 minggu
(294 hari) atau lebih, dihitung
dari hari pertama haid terakhir
menurut rumus Naegele dengan
siklus haid rata-rata 28 hari
(Prawirohardjo, 2008).
Definisi standar untuk
kehamilan lewat bulan adalah
294 hari setelah hari pertama
menstruasi terakhir, atau 280
hari setelah ovulasi. Istilah
lewat bulan (postdate)
digunakan karena tidak
menyatakan secara langsung
pemahaman mengenai lama
Berdasarkan beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan kehamilan dan maturitas janin
bahwa kehamilan postmatur adalah kehamilan lebih dari 40 (Helen, 2007).
minggu.
2. ETIOLOGI
Penyebab terjadinya kehamilan postterm/ postmature sampai saat ini masih belum diketahui secara jelas.
Menurut (Sarwono,2010) beberapa teori yang diajukan di antaranya
Pengaruh
progesteron
Teori
oksitosin

Teori kortisol

Teori kortisol/ATCH janin

Saraf uterus

Herediter
3 MANIFESTASI KLINIS
Gerakan janin yang jarang, yaitu secara subjektif kurang dari 7 kali/ 20 menit atau
secara objektif dengan KTG (karditopografi) kurang dari 10 kali/ 20menit. (Echa,
2012)
Postterm dapat di bagi dalam 3 stadium (Sarwono,2010) :
1. Stadium I: Kulit menunjukkan kehilangan verniks kaseosa dan maserasi berupa
kulit kering, rapuh dan mudah mengelupas.
2. Stadium II: Gejala di atas disertai pewarnaan mekonium (kehijauan) pada kulit
3. Stadium III: Terdapat pewarnaan kekuningan pada kuku, kulit dan tali pusat
Menurut Bayu, 2009 manifestasi yang ditunjukkan yaitu bayi
postmature :
 Biasanya lebih berat dari bayi matur ( > 4000 gram)
 Tulang dan sutura kepala lebih keras dari bayi matur
 Rambut lanugo hilang atau sangat kurang
 Verniks kaseosa di bidan kurang
 Kuku-kuku panjang
 Rambut kepala agak tebal
 Kulit agak pucat dengan deskuamasi epitel
4 PATOFISIOLOGI
• Sindrom posmatur
Bayi postmatur menunjukkan gambaran yang khas, yaitu berupa kulit keriput,
mengelupas lebar-lebar, badan kurus yang menunjukan pengurasan energi, dan
maturitas lanjut karena bayi tersebut matanya terbuka. Kulit keriput telihat sekali
pada bagian telapak tangan dan telapak kaki. Kuku biasanya cukup panjang.
• Disfungsi plasenta
Kadar eritroprotein plasma tali pusat meningkat secara signifikan sehingga terjadi
penurunan oksigen pada janin yang postterm. Janin posterm mungkin terus
bertambah berat badannya sehingga bayi tersebut luar biasa berat pada saat lahir.
• Gawat janin dan Oligohidramnion
Alasan utama meningkatnya resiko pada janin posterm adalah bahwa dengan
diameter tali pusat yang mengecil, diukur dengan USG, bersifat prediktif terhadap
gawat janin intrapartum, terutama bila disertai dengan oligohidramnion.
• Pertumbuhan janin terhambat
Pertumbuhan janin terhambat menyertai kasus lahir mati pada usia gestasi 42
minggu atau lebih, demikian juga untuk bayi lahir aterm. Morbiditas dan
mortalitas meningkatkan secara signifikan pada bayi yang mengalami
hambatan pertumbuhan.
• Serviks yang tidak baik
Sulit untuk menunjukan serviks yang tidak baik pada kehamilan memanjang
karena pada wanita dengan umur kehamilan 41 minggu mempunyai serviks
yang belum berdilatasi.
5 PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Beberapa pemeriksaan yang dapat dilakukan pada ibu dengan kehamilan
postmatur (Prawirohardjo, 2008), antara lain:

1. Ultrasonografi (USG): untuk menentukan berat janin, keadaan air ketuban,


ataupun keadaan plasenta yang sering berhubungan dengan kehamilan
postmatur, tetapi sulit untuk memastikan usia kehamilan.
2. Pemeriksaan radiologi: usia kehamilan ditentukan dengan melihat pusat
penulangan. Cara ini sekarang jarang digunakan karena pengenalan pusat
penulangan seringkali sulit dan radiologic mempunyai pengaruh yang kurang
baik terhadap janin.
3. Pemeriksaan laboratorium: Pada pemeriksaan laboratorium ini meliputi
pemeriksaan kadar lesitin/ spingomielin, aktivitas tromboplastin cairan amnion
(ATCA), sitologi cairan amnion, dan sitologi vagina.
6 PENATALAKSANAAN
Menurut Sarwono Prawirohardjo (2008) dalam pengelolaan kehamilan postmatur
ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, antara lain:

• Menentukan apakah kehamilan memang telah berlangsung lewat bulan atau


bukan. Dengan demikian, penatalaksanaan ditujukan pada dua variasi dari
postmatur ini.
• Identifikasi kondisi janin dan keadaan yang membahayakan janin.
• Periksa kematangan serviks dengan skor Bishop. Kematangan serviks ini
memegang peranan penting dalam pengelolaan kehamilan postmatur. Sebagian
besar kepustakaan sepakat bahwa induksi persalinan dapat segera dilaksanakan
baik pada usia 41 maupun 42 minggu bilamana serviks telah matang.
• Menurut Arif Mansjoer (2000) penatalaksanaan kehamilan lewat waktu bila
keadaan janin baik dapat dilakukan dengan cara:
• Tunda pengakhiran kehamilan selama 1 minggu dengan menilai gerakan janin
dan tes tanpa tekanan 3 hari kemudian, Bila hasil positif, segera lakukan seksio
sesarea.
Penatalaksanaan pada bayi postmatur antara lain :
Bila bayi mengalami ketidakefektifan termoregulasi tindakan yang dapat
diberikan antra lain :
1) Hangatkan inkubator atau penghangat radian sebelumnya, pastikan bahwa
handuk dan atau selimut yang tipis yang telah dihangatkan telah tersedia.
Pertahankan suhu ruang bersalin pada suhu 22 C, dengan kelembaban relatif
60%-65%.
2) Bersihkan bayi baru lahir, dari darah dan verniks yang belebihan, khususnya
yang ada di kepala, dengan handuk yang telah dihangatkan sebelumnya
3) Letakkan bayi baru lahir di bawahpenghangat radian
4) Bungkus bayi dengan selimut yang telah dihangatkan dan pindahkan bayi ke
ibu
5) Rangkul bayi sehingga menempel pada dada ibu dan dibedong dengan
selimut yang hangat
7 KOMPLIKASI
Pada kondisi postmatur ini dapat terjadi beberapa komplikasi, yaitu:
Menurut Prawirohardjo (2008), komplikasi yang terjadi pada kehamilan serotinus
yaitu komplikasi pada janin. Komplikasi yang terjadi pada janin seperti gawat
janin, gerakan janin berkurang, kematian janin, asfiksia neonaturum dan kelainan
letak.
Menurut Achdiat (2004), komplikasi yang terjadi seperti kelainan kongenital,
sindroma aspirasi mekonium, gawat janin dalam persalinan, bayi besar
(makrosomia) atau pertumbuhan janin terlambat, kelainan jangka pangjang
pada bayi.
ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS
1. PENGKAJIAN
• Identitas klien : nama, umur, ras, gravida, alamat, dan nomor telepon,
agama,status perkawinan, pekerjaan, dan tanggal anamnesis.
• Keluhan Utama
Menurut Manuaba (1998) dalam bukunya Ilmu Kebidanan, keluhan ibu pada
kasus postmatur adalah :
1) Kehamilan belum lahir setelah melewati 42 minggu.
2) Gerak janin makin berkurang dan kadang-kadang berhenti sama sekali.
3) Berat badan ibu mendatar atau menurun.
4) Air ketuban terasa berkurang.
5) Gerak janin menurun.
• Alasan datang : alasan wanita datang ke tempat bidan/klinik, yang
diungkapkan dengan kata –kata sendiri.
• Riwayat kehamilan sekarang.
Mengkaji keluhan yang yang dirsakan pasien selama kehamilan ini.
Digunakan sebagai identifikasi masalah pasien. Banyaknya pemeriksaan
antenatal yang dilakukan.
• Riwayat kesehatan masa lalu.
Penyakit kronis yang dapat mempengaruhi terjadinya Postterm
1) Penyakit waktu kecil dan imunisasi.
2) Tes laboratorium akhir-akhir ini terhadap penyakit infeksi.
3) Penyakit berat misal pneumonia, hepatitis, damam rematik, difteri, dan
polio.
4) Masuk rumha sakit.
5) Kecelakaan : fraktur, luka, dan lain –lain.
6) Transfusi darah.
7) Kebiasan : pengguanaan alkohol,merokok
8) Pola tidur.
9) Diet.
10) Aktifitas.
11) Resiko dalam pekerjaan :posisi, tarikan, ventilasi, paparan racun
kimiawi.
12) Penyakit spesifik.
13) Pengobatan yang didapat.
• Riwayat keluarga.
1) Usia ayah dan ibu, juga statusnya.
2) Adakah anggota keluarga yang pernah mengalami gangguan
persalinan yang sama.
• Riwayat mestruasi
1) Umur menarche.
2) Frekuensi, jarak/siklus jika normal.
3) Lamanya.
4) HPHT, lama dan jumlah normalnya.
5) Disminore.
6) Perdarahan uterus disfungsional, misalnya spotting, menoragia, dan lain-lain.
• Riwayat Obstetri.
1) Gravida/para
2) Tipe golongan darah (ABO dan Rh)
3) Kehamilan yang lalu.
• Tanggal terminasi
• Usia genital
• Tempat lahir
• Masalah obstetrik, medis dan sosial yang lain, dalam kehamilan, dalam
persalinan.
• Riwayat ginekologi
1) Infeksi vagina.
2) Penyakit menular seksual
• Riwayat seksual.
Pola hubungan seksual, rekuensi berhubungan, dan masalah seksual lainya.
• Riwayat pernikahan.
1) Nikah atau tidak.
2) Berapa kali menikah.
3) Berapa lama menikah.
• Riwayat keluarga berencana
Untuk mengetahui apakah pasien pernah ikut KB dengan kontrasepsi jenis apa,
berapa lama, adakah keluhan selama menggunakan kontrasepsi dan apakah
ada kegagalan dalam menjalankan program berKB (Sutjiati, 2010).
• Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
1) Kehamilan
Untuk mengetahui berapa umur kehamilan, bagaimana letak janin dan berapa
tinggi fundus uteri, apakah sesuai dengan umur kehamilan atau tidak.
2) Persalinan
Spontan atau buatan, lahir aterm atau prematur, ada atau tidak perdarahan,
waktu persalinan ditolong oleh siapa, dimana tempat melahirkan, ada atau
tidak riwayat persalinan prematur sebelumnya.
3) Nifas
Apakah ada luka episiotomi atau robekan jalan lahir yang telah dijahit.
4) Anak
Jenis kelamin, hidup atau mati, kalau sudah meninggal pada usia berapa dan
sebab meninggal, berat badan dan panjang badan waktu lahir.
• Pola kebiasaan sehari-hari
Pola kebiasaan sehari–hari yang perlu dikaji adalah :
1) Pola nutrisi
Makan teratur 3 kali sehari, 1 piring nasi, lauk, sayur dan buah, minum kurang
lebih 8 gelas per hari, susu, teh dan air putih.
2) Pola Aktivitas
Apa aktivitas sehari-hari yang dilakukan ibu.
3) Pola Seksual
Untuk mengetahui apakah hubungan seksual berlangsung dengan normal
dan ada keluhan atau tidak.
4) Pola eliminasi
Untuk mengetahui frekuensi BAB dan BAK serta output cairan
5) Perokok dan pemakai obat-obatan.
Untuk mengetahui apakah ada kebiasaan merokok dan mengkonsumsi obat-
obatan serta alkohol.
2. PEMERIKSAAN
 PEMERIKSAAN UMUM
1) Keadaan umum.
Untuk mengetahui keadaan umum ibu apakah baik, sedang atau buruk.
2) Kesadaran.
Untuk mengetahui tingkat kesadaran yaitu composmentis, apatis, samnolen,
atau koma. Normalnya kesadaran composmentis
3) Tekanan darah.
Untuk mengetahui tekanan darah ibu, normal tekanan darah adalah 120/80
mmHg.
4) Suhu.
Apakah ada peningkatan suhu atau tidak. Normalnya suhu tubuh adalah
35,6 0 C – 37,60C .
5) Denyut nadi.
Untuk mengetahui nadi pasien yang dihitung dalam menit. Batas normal 60-
100x/menit.
6) Respirasi.
Untuk mengetahui frekuensi pernafasan yang dihitung dalam 1 menit. Batas
normal dalam 1 menit adalah 16-24 x/menit
7) Berat badan.
Untuk mengetahui adanya kenaikan berat badan selama hamil. Penambahan
berat badan rata-rata 0,3-0,5 kg/ minggu. Tetapi nilai normal untuk
penambahan berat badan selama kehamilan 9-12 kg
8) Tinggi badan.
Untuk mengetahui tinggi badan ibu hamil, kurang dari 145 cm atau tidak,
termasuk resiko tinggi atau tidak
9) Lila.
Untuk mengetahui lingkar lengan atas ibu, normalnya 23,5 cm
PEMERIKSAAN FISIK
1) Kepala
Rambut : Untuk menilai warna, ketebalan, distribusi merata atau tidak
Muka : Keadaan muka pucat atau tidak, adakah kelainan atau tidak,
adakah oedema atau tidak.
Mata : Conjungtiva warna pucat atau kemerahan, skelera putih atau tidak
Hidung : Untuk mengetahui ada tidaknya polip
Telinga : Bagaimana keadaan daun telinga, liang telinga, bentuk
telinga, dan posisinya
Mulut : Untuk mengetahui apakah mulut bersih dan kering, ada carries, dan
karang gigi atau tidak
2) Leher
Untuk mengetahui apakah ada pembesaran vena juguluris, pembesaran
kelenjar limfe dan tyroid
3) Dada dan axilla
Mamae : Untuk mengetahui bentuk payudara dan pigmentasi
puting, puting susu menonjol, benjolan abnormal dan kolostrum
Axilla : Adakah tumor atau benjolan, adakah nyeri tekan atau tidak
4) Ekstremitas
Untuk mengetahui apakah ada oedema atau tidak, terdapat varicess
atau tidak, reflex patella + / -
PEMERIKSAAN KHUSUS OBSTETRI
1) Inspeksi
Untuk mengetahui pembesaran perut sesuai usia kehamilan, bentuk
abdomen, linea alba / nigra, striae albkan / lividae, kelainan dan pergerakan
janin.
2) Palpasi
• Tinggi fundus uteri
Untuk mengetahui TFU dengan cara menggunakan pita ukur, dilakukan
pengukuran dengan menempatkan ujung pita ukur pada tepi atas sympisis
pubis dan tetap menjaga pita ukur agar tetap menempel pada dinding
abdomen da diukur jaraknya kebagian atas fundus uteri.
• Leopold I : Menentukan TFU dan bagian apa yang terdapat pada fundus
ibu
• Leopod II : Menentukan apa yang terdapat disebelah kanan dan kiri perut
ibu
• Leopold III : Menentukan bagian apa yang terdapat dibawah perut ibu dan
apakah sudah masuk PAP atau belum
• Leopold IV : Menentukan seberapa jauh bagian terendah janin masuk PAP
(pada primipara masuk PAP pada usia kehamilan 36 minggu dan pada
multipara saat persalinan)
• HIS / Kontraksi
Pada ibu post matur tidak ada his walaupun kehamilan sudah mencapai 42
minggu
• Tafsiran berat
Untuk memperkirakan berat badan janin. Pada ibu dengan partus prematurus
iminens tafsiran berat janin adalah > 2500 gram
PEMERIKSAAN DALAM ANOGENITAL
1) Vulva/vagina
Untuk mengetahui adakah edema, varises, luka, kemerahan atau
tidak, pembesaran kelenjar bartolini, ada pengeluarann pervaginam
atau tidak, ada pembukaan atau tidak, penipisan, presentasi, selaput
ketuban masih utuh atau tidak dan sudah sejauh mana penurunan
kepala.
2) Perineum.
Untuk mengetahui ada bekas luka atau tidak, ada keluhan atau tidak
3) Anus.
Untuk mengetahui ada hemoroid atau tidak, ada kelainan atau tidak.
3. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Menurut Mansjoer (2001), pemeriksaan penunjang yang perlu
dialkukan adalah :
1) USG untuk menilai usia kehamilan, oligohidramnion, derajat maturitas
plasenta.
2) KTG untuk menilai ada tidaknya gawat janin
3) Penilaian warna air ketuban dengan amnioskopi atau
amniotomi (tes tanpa tekanan, dinilai apakah reaktif atau tidak dan
tes tekanan oksitosin ). Salah satu tanda dari postmaturitas adalah air
ketuban yang berwarna kehijauan yang berasal dari mekonium,
menunjukkan bahwa terjadi gawat janin.
4) Pemeriksaan sitologi vagina dengan indeks kariopiknotik > 20%
4. DIAGNOSA KEPERAWATAN

• Ansietas berhubungan dengan kurang


pengetahuan
• Resiko Cidera pada ibu berhubungan dengan
bayi yang besar dan tidak ada dilatasi serviks
• Resiko cedera pada janin berhubungan dengan
persalinan yang lama
5. INTERVENSI KEPERAWATAN
• Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan
Tujuan : meningkatkan pengetahuan keluarga klien
Kriteria hasil :
- Klien merasa tenang dan optimis dengan persalinannya
- Klien dapat menggunakan teknik relaksasi distraksi atau nafas dalam dengan
efektif
- Klien mengungkapkan pemahaman situasi individu dan kemungkinan hasil akhir
klien tampak rileks
Intervensi:
1) Memberikan HE tentang kondisi klien dan penatalaksanaan
Rasional : Mengurangi ansietas
2) Berikan penguatan atas upaya keluarga untuk merawat klien
Rasional : Menyadarkan bahwa mereka telah melakukan yang etrbaik dan untuk
mempermudah proses adaptasi
3) Memberikan kesempata kepada keluarga untuk mendiskusikan perasaan
mereka
Rasional : Dengan mengungkapkan perasaan keluarga dapat melakukan
penyesuaian secara realistis terhadap masalah klien
• Resiko Cidera pada ibu berhubungan dengan bayi yang besar dan tidak ada
dilatasi serviks
Tujuan : tidak terjadi cedera pada ibu
Kriteria Hasil : terdapat kontraksi uterus yang reguler, terjadi pembukaan serviks
Intervensi :
1) Tinjau ulang riwayat persalinan, awitan dan durasinya
Rasional : membantu dalam mengidentifikasi kemungkinan penyebab,
kebutuhan pemeriksaan diagnostik dan intervensi yang tepat
2) Kaji pola kontraksi uterus secara manual atau secara elektronik.
Rasional : disfungsi kontraksi memperlemah persalinan, meningkatkan resiko
komplikasi maternal atau janin.
3) Catat kondisi serviks , Pantau tanda amnionitis
Rasional : serviks kaku atau tidak siap tidak akan dilatasi akan menghambat
penurunan janin.
4) Tetap bersama klien, berikan lingkungan yang tenang sesuai indikasi.
Rasional : reduksi rangsangan dari luar mungkin perlu untuk memungkinkan tidur
dan menurunkan tingkat ansietas pada ibu
5) Induksi persalinan dengan oksitosin
Rasional : Oksitosin memberikan rangsangan terjadinya His
• Resiko cedera pada janin berhubungan dengan persalinan yang lama
Tujuan : resiko cedera pada janin akan berkurang
Kriteria Hasil : tidak ada distres janin, bayi lahir tanpa trauma
Intervensi :
1) Kaji DJJ secara manual atau electronic
Rasional : Mendeteksi respon abnormal, seperti bradikardi,thakikardi yang
mungkin disebabkan stress, hipoksia dan asidosis
2) Kaji malposisi dengan menggunakan maneuver Leopold dan temuan
pemeriksaan internal.
Rasional : menentukan letak janin, posisi dan persentasi ddapat mengidentifikasi
faktor –faktor yang memperberat disfungsional persalinan.
3) Siapkan metode untuk melahirkan yang paling layak, bila janin pada
presentase kening, wajah atau dagu.
Rasional : presentase ini meningkatkan resiko CPD , karena diameter lebih besar
dari tengkorak janin masuk ke pelvic karena kegagalan kemajuan dan pola
persalinan memerlukan kelahiran secara sesarea.
4) Perhatikan warna dan jumlah cairan amnion bila pecah ketuban.
Rasional: kelebihan cairan amnion menyebabkan distensi uterus berlebihan yang
berhubungan dengan anomaly janin.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai