Anda di halaman 1dari 14

Kelompok 10 :

Annisaturrauuf
Tina Tri Yuli Madriyana
Mia Melawati
Atresia ani adalah suatu kelainan kongenital
tanpa anus atau anus tidak sempurna, termasuk
didalamnya agenesis ani, agenesis rektum dan atresia
rektum.Insiden 1:5000 kelahiran yang dapat muncul
sebagai sindroma VACTRERL (Vertebra, Anal, Cardial,
Esofageal, Renal, Limb) (Faradilla, 2009).
Etiologi
Atresia ani memiliki etiologi yang multifaktorial.Salah
satunya adalah komponen genetik. Pada tahun 1950an,
didapatkan bahwa risiko malformasi meningkat pada bayi
yang memiliki saudara dengan kelainan atresia ani yakni 1
dalam 100 kelahiran, dibandingkan dengan populasi umum
sekitar 1 dalam 5000 kelahiran. Penelitian juga
menunjukkan adanya hubungan antara atresia ani dengan
pasien dengan trisomi 21 (Down's syndrome). Kedua hal
tersebut menunjukkan bahwa mutasi dari bermacam-
macam gen yang berbeda dapat menyebabkan atresia ani
atau dengan kata lain etiologi atresia ani bersifat
multigenik (Levitt M, 2007).
Klasifikasi
Klasifikasi menurut Melbourne, atresia ani
dibedakan menjadi tiga, yaitu atresia anus letak tinggi,
yaitu rectum berakhir di atas m. levator ani (m.
pubokoksigeus); atresia anus letak intermediet, yaitu
rectum berakhir di bawah m. levator ani; serta atresia
anus letak rendah, yaitu rectum berakhir di bawah m.
levator ani. Menurut Gross (1966 sit. Ngastiyah, 2005),
Patofisiologi
Atresia ani terjadi akibat kegagalan penurunan septum
anorektal pada kehidupan embrional.Manifestasi klinis
diakibatkan adanya obstruksi dan adanya fistula.Obstruksi ini
mengakibatkan distensi abdomen, sekuestrasi cairan, muntah
dengan segala akibatnya. Apabila urin mengalir melalui fistel
menuju rektum, maka urin akan diabsorbsi sehingga terjadi
asidosis hiperkloremia, sebaliknya feses mengalir kearah traktus
urinarius menyebabkan infeksi berulang.
Pada keadaan ini biasanya akan terbentuk fistula antara
rektum dengan organ sekitarnya. Pada perempuan, 90% dengan
fistula ke vagina (rektovagina) atau perineum
(rektovestibuler).Pada laki-laki umumnya fistula menuju ke
vesika urinaria atau ke prostat (rektovesika) bila kelainan
merupakan letak tinggi, pada letak rendah fistula menuju ke
uretra (rektouretralis) (Faradilla, 2009).
Manifestasi Klinik
Gejala itu dapat berupa :
1. Perut kembung.
2. Muntah.
3. Tidak bisa buang air besar.
4. Pada pemeriksaan radiologis dengan posisi tegak
serta terbalik dapat dilihat sampai dimana terdapat
penyumbatan (FK UII, 2009).
Pemeriksaan Diagnostik
a) Pemeriksaan radiologis
b) Sinar X terhadap abdomen
c) Ultrasound terhadap abdomen
d) CT Scan Digunakan untuk menentukan lesi.
e) Pyelografi intra vena
f) Pemeriksaan fisik rectum
g) Rontgenogram abdomen dan pelvis
Komplikasi
a. Asidosis hiperkioremia.
b. Infeksi saluran kemih yang bisa berkepanjangan.
c. Kerusakan uretra (akibat prosedur bedah).
d. Komplikasi jangka panjang.
- Eversi mukosa anal
- Stenosis (akibat kontriksi jaringan perut dianastomosis)
e. Masalah atau kelambatan yang berhubungan dengan toilet
training.
f. Inkontinensia (akibat stenosis awal atau impaksi)
g. Prolaps mukosa anorektal.
h. Fistula kambuan (karena ketegangan diare pembedahan
dan infeksi)
(Ngustiyah, 1997 : 248)
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan atresia ani tergantung klasifikasinya.
Pada atresia ani letak tinggi harus dilakukan kolostomi
terlebih dahulu. Pada beberapa waktu lalu penanganan
atresia ani menggunakan prosedur abdominoperineal
pullthrough, tapi metode ini banyak menimbulkan
inkontinen feses dan prolaps mukosa usus yang lebih
tinggi. Pena dan Defries pada tahun 1982 yang dikutip oleh
Faradillah memperkenalkan metode operasi dengan
pendekatan postero sagital anorektoplasti, yaitu dengan
cara membelah muskulus sfingter eksternus dan muskulus
levator ani untuk memudahkan mobilisasi kantong rektum
dan pemotongan fistel (Faradilla, 2009).
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN ATRESIA ANI
A. Pengkajian
1) Biodata klien
2) Riwayat keperawatan
a. Riwayat keperawatan/kesehatan sekarang
b. Riwayat kesehatan masa lalu
3) Riwayat psikologis: Koping keluarga dalam menghadapi masalah
4) Riwayat tumbuh kembang
a. BB lahir abnormal
b. Kemampuan motorik halus, motorik kasar, kognitif dan
tumbuh kembang pernah mengalami trauma saat sakit
c. Sakit kehamilan mengalami infeksi intrapartal
d. Sakit kehamilan tidak keluar mekonium
5) Riwayat social: Hubungan sosial
6) Pemeriksaan fisik
B. Diagnosa Keperawatan
pre operasi
No Diagnosa Kriteria Hasil Intervensi Rasional

1 Konstipasi berhubungan Penurunan distensi abdomen. 1. Lakukan enema atau Evaluasi bowel
dengan aganglion Meningkatnya kenyamanan irigasi rectal sesuai meningkatkan
order kenyaman pada anak.
2. Kaji bising usus dan 2.Meyakinkan
abdomen setiap 4 jam berfungsinya usus
3. Ukur lingkar 3.Pengukuran lingkar
abdomen abdomen membantu
mendeteksi terjadinya
distensi

2 Risiko kekurangan volume Output urin 1-2 ml/kg/jam 1. Monitor intake – 1. Dapat
cairan berhubungan dengan Capillary refill 3-5 detik output cairan mengidentifikasi status
menurunnya intake, muntah Turgor kulit baik 2. Lakukan pemasangan cairan klien
Membrane mukosa lembab infus dan berikan cairan 2.Mencegah dehidrasi
IV 3.Mengetahui
3. Pantau TTV kehilangan cairan
melalui suhu tubuh
yang tinggi

3 Cemas orang tua berhubungan Klien tidak lemas 1. Jelaskan dengan 1.Agar orang tua
dengan kurang pengetahuan istilah yang dimengerti mengerti kondisi klien
tentang penyakit dan prosedur oleh orang tua tentang 2.Pengetahuan
perawatan anatomi dan fisiologi tersebut diharapkan
saluran pencernaan dapat membantu
normal. Gunakan alay, menurunkan
media dan gambar kecemasan
2. Beri jadwal studi 3.Membantu
diagnosa pada orang mengurangi kecemasan
tua klien
3. Beri informasi pada
orang tua tentang
operasi kolostomi
Post Operasi

No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional

1 Kerusakan integritas kulit Klien tidak ditemukan 1. Gunakan kantong 1. Memudahkan pasien
berhubungan dengan terdapat stoma tanda-tanda kerusakan kolostomi yang baik untuk BAB
sekunder dari kolostomi. kulit lebih lanjut
2. Kosongkan kantong
kolostomi setelah terisi 2. Memberikan rasa
¼ atau 1/3 kantong nyaman kepada pasien
dan tetap menjaga
3. Lakukan perawatan kebersihan pasien
luka sesuai order dokter 3. Membantu
mempercepat proses
penyembuhan luka
2 Kurang pengetahuan berhubungan Orang tua dapat 1. Ajarkan pada orang 1. Agar terpenuhinya
dengan perawatan di rumah meningkatkan tua tentang pentingnya kebutuhan nutrisi
pengetahuannya pemberian makan pasien
tentang perawatan di tinggi kalori tinggi
rumah. protein

2. Ajarkan orang tua 2. Menjaga kebersihan


tentang perawatan pada daerah kolostomi
kolostomi. pasien.
C. Evaluasi
Pre Operasi
1. Tidak terjadi konstipasi
2. Defisit volume cairan tidak terjadi
3. Lemas berkurang

Post Operasi
1. Kerusakan integritas kulit tidak terjadi
2. Klien memiliki pengetahuan perawatan di rumah
THANK YOU 

Anda mungkin juga menyukai