Anda di halaman 1dari 89

BAHAN AJAR KULIAH

JEMBATAN BETON BERTULANG


DAN
JEMBATAN BETON PRATEKAN

Ibnu Pudji Rahardjo


BEBAN JEMBATAN

AKSI AKSI AKSI AKSI


TETAP LALU – LINTAS LINGKUNGAN LAINNYA

AKSI KOMBINASI
FAKTOR BEBAN
SEMUA BEBAN HARUS DIKALIKAN DENGAN
FAKTOR BEBAN YANG TERDIRI DARI :
-FAKTOR BEBAN KERJA
-FAKTOR BEBAN ULTIMATE (Pembesaran)
-FAKTOR BEBAN ULTIMATE (Terkurangi)
Bila Ada
CONTOH TABEL FAKTOR BEBAN
BERAT SENDIRI (Tetap / Permanen)

FAKTOR BEBAN

JENIS MATERIAL
s
KMS u
KMS

Normal Terkurangi

Baja, Alumunium 1.0 1.1 0.90


Balok Pracetak 1.0 1.2 0.85

Beton Cor Setempat 1.0 1.3 0.75

Kayu 1.0 1.4 0.70


BEBAN LALU LINTAS LAJUR ‘ D ’
(Transient)
FAKTOR BEBAN
s u
KTD KTD

1.0 2.0

GAYA ‘ REM ‘ (Transient)

FAKTOR BEBAN

s u
KTB KTB

1.0 2.0
AKSI TETAP

1. BEBAN SENDIRI
2. BEBAN MATI TAMBAHAN
3. BEBAN PENGARUH SUSUT DAN RANGKAK
4. BEBAN PENGARUH PRATEGANG
5. BEBAN TEKANAN TANAH
6. BEBAN PENGARUH PELAKSANAAN TETAP
AKSI LALU LINTAS

BEBAN ‘ D ‘ BEBAN ‘ T ‘

BEBAN ‘ UDL ‘ BEBAN ‘ KEL ‘


MERATA GARIS

Perlu Dikalikan
‘ DLA ‘
DLA = Dynamic Load Allowance /
Faktor Kejut
BEBAN ‘D’ MERATA ( UDL )
BESARNYA BEBAN ‘D’ MERATA ADALAH SEBESAR :
UNTUK L < 30 m q = 8.0 kPa
UNTUK L > 30 m q = 8.0 (0.5 + 15/L) kPa

q
½q

1m

5.5 m
½ (b - 5.5) m
b
GRAFIK BEBAN UDL

10

8
UDL (kPa)

4
10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110
BENTANG JEMBATAN
(METER)
BEBAN ‘D’ GARIS ( KEL )
BESARNYA BEBAN ‘D’ GARIS ADALAH SEBESAR :

p = 44 kN/m
- Beban KEL dapat dijumlahkan dengan Beban UDL
- Beban KEL harus dikalikan dengan Faktor Dynamic
Load Allowance (DLA)

p
½p

5.5 m

b
GRAFIK FAKTOR DYNAMIC LOAD ALLOWANCE ( DLA )

50

40
DLA ( % )

30

20

10

0
10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 120 130 140 150 160
BENTANG
POSISI BEBAN UDL DAN KEL
Posisi Beban pada saat menghitung kekuatan gelagar
memikul momen

q
½q

1m

5.5 m
½ (b - 5.5) m
b
POSISI BEBAN UDL DAN KEL
Posisi Beban pada saat menghitung kekuatan gelagar
memikul beban geser

p
GAYA GESER

q
MAX

5.5 m (b - 5.5) m

b
CARA MELETAKKAN BEBAN UDL DAN
KEL SEPANJANG JEMBATAN
Pada arah memanjang jembatan, cara meletakkan beban UDL
dan KEL harus diatur sedemikian rupa sehingga mendapatkan
reaksi yang maksimum

KEL
UDL

KEL
UDL

KEL
UDL
BEBAN TRUK ‘T’ TERPUSAT

‘T‘
‘ T ’ TERPUSAT TERPUSAT

4m - 9 m 5m 0.5 m 1.75 m 0.5 m


500 mm

100 kN 100 kN 500 mm 500 mm

125 mm
25 kN
1.75m

100 kN 100 kN
25 kN
500 mm

125 mm

200 mm
200 mm 200 mm
BEBAN REM
600

500
GAYA REM (kN)

400

300

200

100
10 20 40 60 80 100 120 140 160 180 200 200
BENTANG (m)
FAKTOR BEBAN ‘ T ‘ (Transient)

s u
KTT KTT

1.0 2.0

FAKTOR BEBAN REM (Transient)

s u
KTB KTB

1.0 2.0
GAYA SETRIFUGAL
TTR = 0.006 (V2/r) TT

TTR = Gaya Setrufugal yang bekerja pada bagian jembatan


TT = Pembebanan Lalu - lintas total yang bekerja pada bagian yang
sama
V = Kecepatan Lalu - lintas rrencana ( km / jam)
r = Jari – jari lengkungan (m)

FAKTOR BEBAN GAYA SENTRUFUGAL (Transient)

s u
KTR KTR

1.0 2.0
PEMBEBANAN UNTUK PEJALAN KAKI
6 Beban Pejalan Kaki yang berdiri sendiri
dengan bangunan atas jembatan
5

4
kPa

0
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 120
Luas yang dibebani (m2)
PEMBEBANAN UNTUK PEJALAN KAKI
Semua elemen dari trotoar atau Jembatan
Penyebrangan yang langsung memikul pejalan kaki
harus direncanakan memikul beban sebesar 5 kPa
Jembatan Pejalan kaki atau trotoar pada Jembatan
Jalan Raya harus direncanakan berdasarkan luas yang
dibebabni

FAKTOR BEBAN UNTUK PEJALAN KAKI (Transient)

s u
KTP KTP

1.0 2.0
BEBAN TUMBUKAN PADA
PENYANGGA JEMBATAN
Pada PILAR jembatan jalan raya harus diperhitungkan
beban tumbukan sebesar 100 kN yang bekerja
membentuk sudut 10o dengan sumbu jalan
Untuk tumbukan dengan KA atau Kapal, dapat
diperhitungkan menurut peraturan/ketentuan dari
Instansi yang bersangkutan

FAKTOR BEBAN TUMBUKAN PADA PILAR (Transient)

s u
KTC KTC

1.0 1.0
AKSI LINGKUNGAN

1. AKIBAT TERJADINYA PENURUNAN


2. PERUBAHAN TEMPERATUR
3. ALIRAN AIR DAN BENDA HANYUTAN
4. TEKANAN HIDROSTATIS DAN GAYA
APUNG
5. BEBAN ANGIN
6. BEBAN GEMPA
AKIBAT PENURUNAN
DALAM MERENCANAKAN BALOK JEMBATAN, HARUS
MEMPERHITUNGKAN KEMUNGKINAN TERJANINYA PENURUNAN
ATAU PERBEDAAN PENURUNAN PADA PONDASI - PONDASI
JEMBATAN KHUSUSNYA PADA JEMBATAN – JEMBATAN MENERUS
YANG MENYATU ATAU YANG TIDAK MENYATU DENGAN PILAR

PENGARUH TEMPERATUR

ADANYA PERUBAHAN TEMPERATUR DAPAT MENGAKIBATKAN


TERJADINYA DEFORMASI PADA BALOK JEMBATAN YANG
MENYEBABKAN ADANYA GAYA TAMBAHAN PADA PERLETAKAN
SECARA HORIZONTAL YANG PADA AKHIRNYA AKAN
MEMPENGARUHI DEFORMASI PADA PILAR ATAU ABUTMEN.
CARA PERHITUNGANNYA DIATUR DALAM BMS ’92.
TUMBUKAN BENDA HANYUTAN
AKIBAT ADANYA BENDA ATAU BATANG KAYU YANG
HANYUT DIMUNGKINKAN DAPAT MENUMBUK PILAR.
SEHINGGA HARUS DIPERHITUNGKAN DENGAN RUMUS :
TEF = M (VS)2 / d
M = Masa Batang Kayu atau = 2 ton
d = dapat dilihat pada tabel 2.8 BMS ’92

TIPE d (m)
PILAR
Pilar Beton Masif 0.075
Tiang Beton Perancah 0.150
Tiang Kayu Perancah 0.300
FAKTOR BEBAN UNTUK KEADAAN BEBAN
KERJA = 1.0
FAKTOR BEBAN UNTUK KEADAAN BATAS

PERIODE ULANG
KEADAAN BATAS FAKTOR BEBAN
BANJIR
DAYA LAYAN UNTUK
SEMUA JEMBATAN 20 TAHUN 1.0

ULTIMATE :

JEMBATAN BESAR DAN 100 2.0


PANJANG TAHUN
JEMBATAN PERMANEN 50 TAHUN 1.5
GORONG – GORONG 50 TAHUN 1.0
JEMBATAN SEMENTARA 20 TAHUN 1.5
TEKANAN HIDROSTATIS DAN GAYA
APUNG
ADANYA PERBEDAAN TINGGI MUKA AIR YANG
MUNGKIN TERJADI SELAMA UMUR BANGUNAN, AKAN
MENYEBABKAN TIMBULNYA TEKANAN HIDROSTATIS
DAN GAYA APUNG PADA BANGUNAN YANG HARUS
DIPERHITUNGKAN DALAM PERENCANAAN.

FAKTOR BEBAN TEKANAN HIDROSTATIS DAN GAYA


APUNG (Transient)
s u biasa u terkurangi
KEU KEU KEU

1.0 1.0 (1.1) 1.0 (0.9)


BEBAN ANGIN

BEBAN ANGIN
YANG LANGSUNG
BEBAN ANGIN YANG
BEKERJA PADA BEKERJA PADA
KONSTRUKSI KONSTRUKSI LEWAT
KENDARAAN YANG BERADA
DI ATAS JEMBATAN

TEW1 = 0.0006 CW (VW)2 Ab kN

TEW2 = 0.0012 CW (VW)2 kN/m


BEBAN GEMPA
DALAM SUATU PERENCANAAN JEMBATAN, HARUS MEM-PERHITUNGKAN BEBAN
AKIBAT PENGARUH TERJADINYA GEMPA.
BEBAN GEMPA HANYA DIPERHITUNGKAN UNTUK KONDISI BATAS ULTIMATE
BEBAN GEMPA BIASANYA BERAKIBAT LANGSUNG PADA PERENCANAAN PILAR.
KEPALA JEMBATAN DAN PONDASI
BESARNYA BEBAN GEMPA DAPAT DIPERHITUNGKAN SEBAGAI BERIKUT :

T’EQ = Kh . I . WT Kh = C . S
T’EQ = Gaya Geser Dasar dalam arah yang ditinjau (kN)
Kh = Koefisien Beban Gempa Horizontal
C = Koefisien Geser Dasar
I = Faktor Kepentingan
S = Faktor Tipe Bangunan
WT = Berat Total Nominal Bangunan termasuk beban mati tam-
bahan
RUMUS :KOEFISIEN GESER DASAR (C) DITENTUKAN DENGAN
MENGGUNAKAN GRAFIK HUBUNGAN WAKTU GETAR BANGUNAN ( T )
DAN (C) YANG ADA DI BMS ’92, DIMANA BESARNYA WAKTU GETAR
BANGUNAN ( T ) DAPAT DIHITUNG DENGAN

T = WTP / g KP (detik)

WTP = Berat Total Jembatan termasuk Beban Mati


Tambahan ditambah setengah berat pilar (kN)
g = Percepatan Gravitasi (m/det)
KP = Kekakuan Gabungan sebagai gaya horizontal
yang diperlukan untukm menimbulkan satu
satuan lendutan pada bagian atas pilar (kN/m)
FAKTOR BEBAN GEMPA (Transient)

s u
KEQ KEQ

Tidak Digunakan 1.0


ABUTMENT & PILAR
ABUTMENT & PILAR
 Menentukan Center Line Abutmen & Pilar
 Perencanaan Bagian Abutment & Pilar
 Perencanaan Pondasi Tiang Pancang
– Menentukan Dimensi
– Load Case I
– Load Case II
– Load Case III
– Load Case IV
LOAD CASE I
DL+LL Upper Struktur
Gaya Rem

PA 17

PA 16

DL Abutment
Y H Ka q Ka
LOAD CASE II
DL+LL Upper Struktur
Gaya Rem

0.3 EQ Dari
Upper Stuktur

PA 17

0.3 EQ Dari
PA 16
Abutment

DL Abutment
Y H Ka q Ka
LOAD CASE III
DL+LL Upper Struktur
Gaya Rem

0.3 EQ Dari
Upper Stuktur

PA 17

0.3 EQ Dari
PA 16
Abutment

DL Abutment
Y H Ka q Ka
LOAD CASE I
PDL Kiri PDL Kanan +PLL Kanan

Gaya Rem Kanan


LOAD PDL
CASE
Kiri
II
PDL Kanan

Gaya Rem Kiri Gaya Rem Kanan


LOAD PDL
CASE
Kiri
III
PDL Kanan
0.3 EQ Dari Upper
Struktur kanan
0.3 EQ Dari Upper
Struktur Kiri

0.3 EQ Dari Pilar


LOAD PDL
CASE
Kiri
IV
PDL Kanan
0.3 EQ Dari Upper
Struktur kanan
0.3 EQ Dari Upper
Struktur Kiri

0.3 EQ Dari Pilar


BANGUNAN PELENGKAP
 Wing Wall
Menentukan besaran dimensi
Analisa pembebanan
Menentukan Tulangan
 Plat Injak
Menentukan besaran dimensi
Analisa pembebanan
Menentukan Tulangan
PERHITUNGAN PELAT LANTAI
PERHITUNGAN PELAT LANTAI
KONTROL GESER

Roda Kendaraan

d4 Gaya Geser (V) =


KUTT x 100 x (1+0.3)
Luas Bidang Kritis (AK) =
2 x (b0+d0) x d4
d4 / 2 Kemampuan Geser (VU) =
d0 20
d4 / 2 AK x Teg Geser Beton
d4 / 2 d4 / 2 Gaya Geser harus < VU
50
b0
PERHITUNGAN PELAT LANTAI
BEBAN MATI
Beban sendiri Pelat Beton = d3 x gbeton x KMS
U

Beban Aspal = d4 x gaspal +


qMU = ……………….

BEBAN HIDUP ‘T’


Beban hidup ‘T” diperhitungkan sebesar 100 kN yang
U
harus dikalikan dengan faktor beban ( KTT ) sebesar 2
dan tambahan faktor kejut (DLA) sebesar 0.3.
Beban ‘ TU’ = 100 x (1+0.3) X 2 = ……………..
PERHITUNGAN PELAT LANTAI
PERHITUNGAN MOMEN

-1/10 -1/10 -1/10


+1/10 +1/10

B. MATI : (1/10) x qMU x (b1)2


B. HIDUP : 0.8 X (S + 0.6)TU / 10 +
MU = ……………
Untuk Komposit S < b1
Untuk Non Komposit S = b1
Setelah MU dihitung, maka dilanjutkan perhitungan
demensi dengan menggunakan aturan yang berlaku
PERENCANAAN GELAGAR
BETON BERTULANG
PERENCANAAN GELAGAR
BETON BERTULANG
 Menentukan besaran dimensi
 Analisa pembebanan
– Beban Mati
– Beban Hidup
 Momen & Geser
 Menentukan Tulangan
PERENCANAAN BALOK
DIAFRAGMA BETON
BERTULANG
 Menentukan besaran dimensi
 Analisa pembebanan
– Beban Mati
 Momen & Geser
 Menentukan Tulangan
Dasar-dasar asumsi :
(untuk kasus lentur)

 Penampang dari elemen lentur tetap datar


sebelum maupun sesudah terjadi momen
lentur.
 Tegangan tarik beton diabaikan.
 Diagram stress-strain dari baja tulangan
diketahui.
 Diagram stress-strain dari beton diketahui.
a b c
a b c
C
d C C

Cross section pada berbagai kondisi pembebanan :


a. Pada saat dibebani dengan Momen lentur yang kecil, penampang
masih dalam kondisi elastis diagram tegangan tekan berbentuk segi tiga.
b. Pada saat M diperbesar, penampang sudah tidak dalam kondisi
elastis, diagram tegangan tekan parabolik.
c. Pada saat M diperbesar sampai ultimate, penampang dalam kondisi
tegangan batas (ultimate).
penampang balok beton bertulang tunggal :

ecu’ = 0,003 k3.fc’ 0,85.fc’

b.Ku.d
Ku.d
Cc’
Mu/f Cc’
d h

As As
Tu Tu
b e su’ >=ey
Cc’ = Tu
Tu = As.fy SH=0
b.Ku.d = As.fy /( 0,85.fc’.b )
Cc’ = 0,85.fc’.b. b.Ku.d

Mudesign > Mubeban /f


penampang balok beton bertulang rangkap :

ecu’ = 0,003 k3.fc’ 0,85.fc’

Cs’ Cs’
b.Ku.d
Asc
es’ Ku.d
Cc’
Mu/f Cc’
d h

As As
Tu Tu
b e su’ >=ey
SH=0
Tu = As.fy
Cc’ + Cs’= Tu
Cc’ = 0,85.fc’.b. b.Ku.d
b.Ku.d = (As.fy-Asc.fs’) /( 0,85.fc’.b )
Cs’ = Asc.fs’
es’= (Kud-d”).ecu’/(Ku.d) b = 0.85-0.0004xfc’ > 0.65
fs’ = (Kud-d”).600/(Ku.d)< fsy
Mudesign > Mubeban /f
GELAGAR BETON PRATEKAN
TAHAP – TAHAP PEMBEBANAN
GELAGAR BETON PRATEKAN

1. Sebelum Komposit
 Initial Fase
a) Analisa pembebanan
b) Kehilangan Gaya Prategang
 Pengangkuran / Slip

 Perpendekan elastis beton

 Woble Efek

c) Kontrol Penampang
 Construction Fase
a) Analisa pembebanan
b) Kontrol Tegangan
2. Sesudah Komposit

 Analisa Pembebanan
 Kehilangan Gaya Prategang
 Akibat Susut Beton
 Akibat Rangkak Beton
 Akibat Relaksasi baja
 Kontrol Tegangan
Gambar Jacking (Penarikan Tendon)
PRINSIP DASAR BETON PRATEGANG

Ada 3 konsep untuk menjelaskan dan analisis sifat


dasar beton prategang, yaitu :

 Konsep 1 :
Prategang sebagai pengubah beton menjadi
bahan yang elastis. (Eugene Freyssinet)

 Beton sebagai bahan yang getas diberi


tekanan terlebih dahulu, sehingga pada saat
beton menerima beban yang menyebabkan
terjadinya tegangan tarik akan dapat dipikul
karena sudah ada tekanan sebelum ada
beban.
 Diagram tegangan untuk F konsentris

Tendon konsentris dengan gaya F

M.y /I F/A + M.y /I


(tekan) (tekan)

+ =

F/A M.y /I F/A - M.y /I


(tekan) (tarik) (tarik)
Akibat gaya prategang Akibat beban luar Tegangan akibat
prategang & beban
 Diagram tegangan untuk F eksentris

Tendon eksentris dengan gaya F

F.e.y /I F/A -F.e.y /I M.y /I


(tekan) F/A + F.e.y /I (tekan) + M.y/I
(tarik) (tarik)

+ = + =

F/A F.e.y /I F/A + F.e.y /I M.y /I F/A + F.e.y /I (tekan) – M.y/I


(tekan) (tekan) (tekan) (tarik)
Akibat gaya prategang Akibat beban luar Tegangan akibat
prategang & beban
q

cgc cgc
e 800mm cgs e
cgs
A B
500mm L

 Contoh soal :
 Balok beton pratekan post tension dengan penampang persegi
seperti gambar di atas, L = 8m , eksentrisitas kabel e = 150mm.
 g beton = 2,5 t/m3, fc’ = 40 Mpa.
 Gaya prategang efektif dalam tendon Fef = 1600 kN.
 q beban luar = 37,5 kN/m’.

 Periksa tegangan yang terjadi pada penampang di tengah


bentang (sisi atas, sisi bawah, di cgc, di cgs)
 Penyelesaian :
I = 1/12x500x800^3 = 21.333.333.333 mm4
A = 500 x 800 = 400.000 mm2
q berat sendiri = 0,4 x 2,5 x10 = 10 kN/m’
q total = 10 + 37,5 = 47,5 kN/m’
M total = 1/8 x 47,5 x 8^2 = 380 kN-m

Tegangan beton sisi atas : ftop = Feff /A – Feff .e.y / I + M.y / I


ftop = 1 600 000 / 400 000 – 1 600 000 x 150 x 400 / 21 333 333 333 + 380 000 000 x 400 / 21 333 333 333

ftop = 4 – 4,5 + 7,125 = 6,625 Mpa.


Tegangan beton sisi bawah : fbot = Feff /A + Feff .e.y / I - M.y / I
fbot = 4 + 4,5 – 7,125 = 1,375 Mpa.
Tegangan beton di cgc : fcgc = Feff / A
fcgc = 4 Mpa.
Tegangan beton di cgs : fcgs = Feff /A + Feff .e.e / I - M.e / I
fcgs= 4 + 1,6875 – 2,61875 = 3,015625 Mpa.
 Konsep 2 :
Prategang sebagai kombinasi kerja baja mutu
tinggi dengan beton

 Merupakan kombinasi kerja antara beton sebagai penahan tegangan


tekan dan baja mutu tunggi sebagai penahan tarik, dengan
demikian resultan gaya pada kedua bahan membentuk kopel
momen yang akan digunakan menahan beban luar.

C C

T T
Akibat beban luar M = 1/8. L^2.q
T = C = A steel . fs = F prategang
Jarak kopel gaya x = M / T
Selanjutnya dapat dilakukan kontrol terhadap tegangan beton
yang terjadi.

f = F/A + M y /I
q

cgc cgc
e 800mm cgs e
cgs
A B
500mm L

 Contoh soal :
 Balok beton pratekan post tension dengan penampang persegi
seperti gambar di atas, L = 8m , eksentrisitas kabel e = 150mm.
 g beton = 2,5 t/m3, fc’ = 40 Mpa.
 Gaya prategang efektif dalam tendon Fef = 1600 kN.
 q beban luar = 37,5 kN/m’.

 Periksa tegangan yang terjadi pada penampang di tengah


bentang (sisi atas, sisi bawah)
 Penyelesaian :

I = 1/12x500x800^3 = 21.333.333.333 mm4


A = 500 x 800 = 400.000 mm2
q berat sendiri = 0,4 x 2,5 x10 = 10 kN/m’
q total = 10 + 37,5 = 47,5 kN/m’
M total = 1/8 x 47,5 x 8^2 = 380 kN-m

Resultan gaya yang terjadi pada bagian beton tekan Cc = Feff = 1600 kN.
Gaya ini bekerja dengan lengan momen kopel = M /Cc = M / Feff
= 380 000 / 1600 = 237,5 mm ,
Letak Feff terhadap sisi bawah = 400mm-150mm = 250 mm,
sehingga posisi Cc terhadap sisi bawah = 250 + 237,5 = 487,5 mm
Dengan demikian posisi Cc terhadap cgs = 487,5 – 400 = 87,5mm

Tegangan beton pada sisi bawah penampang :


ftop = Feff /A + Feff.c.y / I
= 1600 000 / 400 000 + 1600 000 x 87,5 x 400 / 21 333 333 333 = 4 + 2,625 = 6,625 Mpa.
 Konsep 3 :
Prategang sebagai penyeimbang beban (load
ballancing)
( T Y Lin – Ned H Burns)
 Konsep ini memanfaatkan prategang sebagai cara untuk membuat
seimbang beban dan gaya pada batang/balok.
 Penerapannya dengan menganggap beton sebagai benda bebas
yang didukung oleh suatu beban sebagai pengganti tendon yang
bekerja sepanjang bentang. F
q
h tinggi parabola

Gaya angkat merata


akibat prategangan
berbentuk parabolik
q = 8.F.h / L^2
P F
a

Gaya angkat terpusat


akibat prategangan
berbentuk parabolik

P = 2 F.Sin a
TAHAP TAHAP PEMBEBANAN
 Tahap awal : terdiri atas
• tahap sebelum di prategang,
• saat diberi prategang,
• saat transfer gaya prategang,
• saat desentering dan penarikan kembali.

 Tahap antara : terdiri atas


• handling,
• Transporting

 Tahap akhir ( service) : pada saat beton


pratekan dimanfaatkan.
SYARAT TEGANGAN IJIN
 Tegangan baja :
• Akibat gaya dongkrak (jacking) = 0,80 fpu atau
0,94 fpy
• Tendon pratarik segera setelah transfer gaya
pratekan atau tendon pasca-tarik setelah
penjangkaran (pengakuran)
= 0,70 fpu

 Tegangan beton :
• Sesaat setelah transfer gaya prategang (sebelum
kehilangan), tegangan pada serat terluar :
tekan = 0,6 fc’ dan
tarik = - 0,25.(fc’)^0.5 kecuali pada tumpuan = -
0,5 (fc’)^0,5
• Saat beban bekerja setelah semua kehilangan
terjadi :
KEHILANGAN GAYA PRATEGANG
 Tahapan analisis tegangan yang biasa dilakukan adalah :

 Tahapan segera setelah terjadi transfer gaya prategang dari baja


ke beton, pada tahapan ini biasanya umur beton masih muda
sehingga kekuatan beton fci’ belum mencapai fc’, demikian juga
modulus elastisitas beton Eci’ belum mencapai Ec’, oleh
karenanya kehilangan gaya / tegangan prategang juga banyak
dipengaruhi oleh umur itu dan tegangan pada beton perlu
diperiksa.

 Tahapan saat memikul beban kerja, pada tahapan ini biasanya


semua kehilangan gaya prategang sudah terjadi (akibat creep,
shrinkage beton & relaxation baja masih terjadi, tetapi sudah
diperhitungkan). Gaya prategang yang sudah diperhitungkan
semua kehilangan gayanya disebut Gaya Prategang Efektif ( Feff)
dan pada tahap ini perlu diperiksa tegangan pada beton untuk
tolok ukur kekuatan dan perilaku struktur.
KEHILANGAN GAYA PRATEGANG

 Pemendekan Elastis Beton (4)


 Creep Beton (5)
 Shrinkage Beton (6)
 Relaksasi Baja (7)
 Slip pada Angkur (3)
 Lenturan Komponen (2)
 Wobble & Gesekan kabel postension
(1)
 1&2 , 3 , 4 , 5-6-7
SUMBER-SUMBER
KEHILANGAN
PRATEGANG
PERPENDEKAN RANGKAK
ELASTIS

TOTAL
GESEKAN KEHILANGAN SUSUT

SLIP
ANGKER RELAKSASI
PREDIKSI AWAL (Lump Sum)

Sumber ACI-ASCE Pratarik Pasca tarik


Perpendekan elastis 4% 1%
Rangkak/creep 6% 5%
Susut 7% 6%
Relaksasi 8% 8%
Jumlah 25% 20%
Kehilangan Akibat Gesekan Kabel

Kehilangan ini sangat terjadi akibat adanya gesekan


tendon dengan media yang ada di sekelilingnya pada saat
penarikan kabel.

Kehilangangan ini secara umum dapat dibedakan atas 2


penyebab yaitu :
Akibat kelengkungan layout tendon.

Akibat efek wobble yang terjadi karena adanya berat


sendiri selubung tempat kabel yang secara tidak langsung
membentuk kelengkungan.
Kehilangan ini secara praktis dapat dihitung dengan rumus
sebagai berikut :

(F2 - F1) / F1 = - ( K.L+ m .a )


Di mana :
F2 = gaya pratekan di tendon di suatu titik arah angkur mati
F1 = gaya pratekan di tendon di suatu titik arah angkur hidup
K = Koef. Wobble ( /m)
m = Koef. Kelengkungan
L = panjang kabel diukur dari titik 1 dan 2 yang ditinjau (m)
a = sudut yang terbentuk dari garis singgung di titik 1 dengan garis
singgung di titik 2 (radian)
a/2 y a/2
m
a

x/2
x

Untuk sudut kecil y ~ m/2

tan a/2 = m / (x/2) ~ a (radian)

a (radian) = 8y / x
Tabel Koefisien Gesekan untuk Tendon Post- Tension

Tipe Tendon Koef.Wobble Koef.kelengkungan


per m m

Tendon pada selubung logam fleksibel


Tendon kawat 0.0033 - 0.0049 0.1500 - 0.2500
7 wire strand 0.0016 - 0.0066 0.1500 - 0.2500
Baja mutui tinggi 0.0003 - 0.0020 0.0800 - 0.3000

Tendon pada selubung logam kaku

7 wire strand 0.0007 - 0.1500 - 0.2500

Tendon yang diminyaki lebih dahulu


Tendon kawat dan 7 wire strand 0.0010 - 0.0066 0.0500 - 0.1500

Tendon yang diberi lapisan


Tendon kawat dan 7 wire strand 0.0033 - 0.0066 0.0500 - 0.1500
Kehilangan Akibat Pengangkuran
(SLIP ANCHOR)
Kehilangan ini sangat tergantung pada jenis anchor yang
dipakai dan juga tergantung ketelitian pada saat
pengangkuran.

Kehilangangan ini secara umum dapat dirumuskan sebagai


berikut :
ANC = D fs = Da . Es / L
Di mana :
Da : adalah panjang slip pada kabel sesaat setelah
pengangkuran
Pemendekan Elastis Beton
 Pre Tension ( pra tarik)

 Prategangan konsentris
Pada struktur ini , mula-mula baja di tarik sampai dengan ketegangan
tertentu, kemudian beton di cetak, sampai pada umur beton tertentu
dilakukan transfer gaya prategang dari baja ke beton, dan pada saat
ini komponen struktur akan memendek , karenanya terjadilah
kehilangan gaya prategang pada baja.

Fo Fo

Perpendekan beton ec’ = dc / L ec’ = fco / Ec


Perpendekan baja es = ds / L = Fo / (Ac.Ec)
= ec’
Kehilangan tegangan pada baja ES = es. Es
= Fo.Es / (Ac.Ec)
ES = n. Fo / Ac
Fo adalah gaya prategangan sesaat setelah terjadi transfer gaya dari
baja ke beton.
Nilai Fo sulit diketahui dengan tepat, maka digunakan nilai Fi yaitu
gaya prategangan awal, sehingga rumus elastisitas berikut dapat
dipakai :
d = Fi / (Ac.Ec + As.Es)
ES = d.Es = Es.Fi /(Ac.Ec + As.Es)
ES = n.Fi / (Ac + n As)
dimana n = Es/Ec

 Prategangan eksentris
Untuk struktur dengan gaya prategang yang eksentris terhadap garis
netral (cgc) , maka sesaat setelah terjadinya transfer gaya prategang
dari baja ke beton terjadilah camber (defleksi ke atas) sehingga
pengaruh berat sendiri muncul.
(lihat gambar)
cgc
e cgs

Pada gambar di atas tampak struktur prategang yang mengalami


camber dan kondisi ini di modelkan sebagai struktur di atas 2 tumpuan
sederhana, sehingga timbul lenturan (momen, lintang dan defleksi
akibat berat sendiri).

Tegangan beton di serat pada posisi cgs, sesaat setelah transfer gaya
dari baja ke beton :
fcir = Fo / A + Fo.e2/ I – Mg.e / I

dimana : Mg = M akibat brt. Sendiri = qg.l2 / 8 dan Fo = 0,9 Fi

ES = n . fcir maka kehilangan


gaya pratekan  F(es) = Aps.ES
Post Tension ( pasca tarik)
Pada sistem post tensioning, kejadian kehilangan prategangan agak
berbeda dibandingkan dengan pre tensioning.
 Umur beton pada sistem post tension lebih tinggi daripada pre
tension.
 Bila penarikan tendon dilakukan berurutan satu per satu, maka
kehilangan prategang tendon ke-1 dan tendon2 berikutnya berbeda-
beda, karena saat tendon ke-2 ditarik terjadi kehilangan pratekan pada
tendon ke-1 dan saat tendon ke-3 ditarik terjadi kehilangan pada
tendon ke-1 dan ke-2 dan seterusnya.

Karena perhitungannya kurang praktis maka diambil pendekatan


sebesar 50% dari kehilangan pada tendon ke-1 untuk pendekatan
seluruh kehilangan pada semua tendon bila semua tendon ditarik
dengan gaya yang sama.
Menurut ACI – ASCE :

 ES = Kes.Es.fcir / Eci

Dimana : Kes = 1 untuk pre tension (pra tarik)

Kes = 0,5 untuk post tension (pasca tarik) bila ditarik


dengan gaya yang sama
 Contoh soal :

1000mm
cgc
e = 350 mm
cgs
Fo
400mm
12m
 Beton prategang post tension
 Mutu beton pada umur awal fci’ = 30 MPa. Mutu beton pada umur
28 hari fc’ = 40 MPa.
 Fi = 1700 kN.
 Berat volume beton gc = 2,5 t/m3
 Hitung kehilangan pratekanan pada struktur
tersebut.
 Hitung tegangan beton di sisi atas dan bawah di
tengah bentang sesaat setelah transfer gaya
prategang .
 Penyelesaian :

 Luas penampang Ac = 400 x 1000 = 400 000 mm2


 Momen Inersia I = 1/12 x 400 x 10003 = mm4
 Berat sendiri qg = 0,4 x 1 x 25 = 10 kN /m’
 M berat sendiri Mg = 10 x 122 / 8 = kN-m.
 Fo = 0,9 x 1700 kN = kN.
 fcir = Fo / Ac + Fo.e2 / I – Mg.e / I
 fcir = Mpa.
 ES = Kes.Es. fcir / Eci
 ES = Mpa
 fbot = Fo / Ac + Fo.e. ybot / I – Mg.e / I
 fbot = Mpa
 ftop = Fo / Ac - Fo.e. ytop / I + Mg.e / I
 ftop = MPa
Creep (Rangkak Beton)
Creep :
Merupakan salah satu sifat beton yang akan mengalami
pemendekan yang bersifat non elastis akibat adanya
tekanan yang kontinu dan permanen.

Sifat ini akan menyebabkan terjadinya kehilangan gaya


prategang sebesar :
CR = Kcr .Es / Ec . (fcir –fcds)
Di mana :
Kcr = 2,0 untuk pretension & Kcr = 1,6 untuk posttension.
fcir = tegangan beton di posisi cgs akibat pratekanan dan
berat sendiri.
fcds = tegangan beton di posisi cgs akibat semua bbn mati.
Shrinkage (Susut Beton)
Shrinkage :
Merupakan salah satu sifat beton yang akan mengalami
pemendekan yang bersifat non elastis akibat adanya
penyusutan volume beton.

Sifat ini akan menyebabkan terjadinya kehilangan gaya


prategang sebesar :

SH = 8,2x10-6.Ksh .Es (1-0,06.V/(Sx25,4))(100-RH)


Di mana :
Ksh = untuk posttension.

Waktu curing s/d pratekanan 1 3 5 7 10 20 30 60


Ksh 0,92 0,85 0,80 0,77 0,73 0,64
0,58 0,45
Steel Relaxation
Relaxation :
Merupakan salah satu sifat baja yang akan mengalami
pemuluran yang bersifat non elastis akibat adanya
tegangan tarik yang kontinu dan permanen.

Sifat ini akan menyebabkan terjadinya kehilangan gaya


prategang sebesar :
RE = [Kre – J.(SH+CR+ES)].C

Di mana :
Kre , J dan C tergantung pada tipe tendon, fpi / fpu yang di
pakai.
Nilai-nilai Kre dan J

Tipe Tendon Kre (Mpa) J

Strand atau kawat stress-relieved 1860MPa 138 0.150

Strand atau kawat stress-relieved 1720MPa 128 0.140

Kawat stress-relieved 1655MPa atau !620 MPa 121 0.130

Strand relaksasi rendah 1860 Mpa 35 0.040

Kawat relaksasi rendah 1720MPa 32 0.037

Kawat relaksasi rendah 1655MPa atau 1620MPa 30 0.035

Batang stress-relieved 1000MPa atau 1100MPa 41 0.050


Nilai - nilai C
fpi / fpu strand atau kawat stress-relieved batang stress-relieved atau
strand atau kawat relaksasi rendah
0.80 1.280
0.79 1.220
0.78 1.160
0.77 1.110
0.76 1.050
0.75 1.450 1.000
0.74 1.360 0.950
0.73 1.270 0.900
0.72 1.180 0.850
0.71 1.090 0.800
0.70 1.000 0.750
0.69 0.940 0.700
0.68 0.890 0.660
0.67 0.830 0.610
0.66 0.780 0.570
0.65 0.730 0.530
0.64 0.680 0.490
0.63 0.630 0.450
0.62 0.580 0.410
0.61 0.530 0.370
0.60 0.490 0.330

Anda mungkin juga menyukai