Pembimbing
dr H Awaluddin Noor sp S
dr Hj Sumarmi
PENDAHULUAN
Nama : Ny A
Identitas Jenis kelamin : Perempuan
pasien Usia : 83 tahun
Alamat : Garawangi, kuningan jawa barat
Pekerjaan : IRT
Status perkawinan : Menikah
Suku bangsa : Sunda
Tanggal masuk : 11 Februari 2018 pukul 19.30
Tanggal masuk : 18 Februari 2018
Anamnesis
• Dilakukan secara alloanamnesis pada anak pasien pada tanggal 11 Februari 2018
pukul 19.30.
Keluhan utama
• Penurunan kesadaran sejak 6 jam SMRS
Keluhan tambahan
• Muntah
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
nyeri kepala
nyeri kepala pusing trauma kepala
hebat
kronis (-) berputar (-) (-)
mendadak (-)
penurunan
pandangan
demam (-) kejang (-) berat badan
ganda (-)
drastis (-)
Riwayat penyakit dahulu
• Riwayat hipertensi sejak ± 10 tahun yang lalu, namun jarang memeriksakan diri ke dokter. Riwayat
stroke, diabetes mellitus, dislpidemia, jantung ,hepar, ginjal, hemofilia dan trombositipenia disangkal.
• Pada keluarga Os ada Hipertensi, tidak ada yang menderita Stroke, Dm, dan Jantung.
Riwayat pengobatan
Riwayat Kebiasaan
• OS tidak suka makan makanan yang tinggi lemak seperti jeroan, namun suka makan makanan asin,
pasien tidak merokok dan tidak minum minuman beralkohol. Dan jarang berolahraga.
• Sehari-hari OS bekerja sebagai Ibu rumah tangga. Pasien sudah berkeluarga mempunyai 3 orang anak
dan tinggal serumah dengan anak ke 2 nya. Biaya rumah sakit ditanggung oleh BPJS KIS.
PEMERIKSAAN FISIK
(MINGGU 11 FEBRUARI 2018 JAM 19.30)
• Berat badan : 35 kg
Status gizi • Tinggi badan : 140 kg
• BMI : 17,86 (Underweight)
Mata
• Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil bulat isokor, ø 3mm/ ø 3mm RCL (+/menurun), RCTL
(+/menurun), pergerakan mata ke segala arah sulit dinilai
Hidung
• Sekret (-), pernapasan cuping hidung (-)
Telinga
• Liang telinga lapang (+), dan nyeri tekan (-)
Mulut
• Sianosis (-), bibir pucat (-), bibir kering (-),
Leher
• KGB tidak teraba membesar, kelenjar tiroid tidak teraba membesar,
• JVP 5+2 cm H2O
Thoraks Bentuk normal, simetris, warna kulit sawo matang, ikterik (-), pucat (-),
Inspeksi : sianosis (-), tidak tampak retraksi sela iga, gerakan pernapasan simetris kiri
dan kanan, tidak ada bagian hemithoraks yang tertinggal
Pergerakan dinding dada kiri dan kanan simetris, tidak ada bagian yang
Palpasi : tertinggal, vocal fremitus simetris kiri dan kanan baik di bagian dada
Sonor pada kedua lapang paru, batas paru dan jantung kanan setinggi ICS 3 hingga ICS
5 linea sternalis kanan dengan suara redup, batas paru dan jantung kiri setinggi ICS 5 ±
1 cm medial linea midclavikularis kiri dengan suara redup, batas atas jantung setinggi ICS
Perkusi :
3 linea parasternalis kiri
Auskultasi: Paru : Suara nafas vesikuler (+/+), rhonki (-/-), wheezing (-/-)
Fungsi
Rangsang
Penampilan Kognitif Motorik Sensorik
Meningen
Kaku Kuduk : Kekuatan Anggota
Kepala :
Normocephal (-) badan atas:
• 1/5
• 1/5
sulit dinilai
Brudzinski I,
Collumna vertebra : II, III : (-)
kesan tidak ada
Tidak Trofi :
Batang tubuh:
deformitas dilakukan normotrofi / sulit dinilai
Laseque : (-) normotrofi
Nervus
Nervus VIII Nervus Nervus XII
Nervus VII ( Facialis): IX(Glossofaringeus),
(Vestibulokokhlearis): XI(Accesorius) : (Hipoglossus):
X (Vagus):
• Nasolabial fold : Kiri • Rinne : • Arcus Faring : • Sternocleidomastoid: • Deviasi
terlihat lebih jelas, • Tidak dilakukan • simetris tidak dilakukan : Sulit dinilai
terdapat deviasi • Weber : • Uvula : • Atrofi
kearah kiri • Trapezius : tidak : tidak ada atrofi
• Tidak dilakukan • simetris
• Kerut dahi: Sulit dinilai dilakukan • Fasikulasi
• Swabach: • Gag refleks :
• Memperlihatkan gigi : : Sulit dinilai
• Tidak dilakukan • Sulit dinilai
Sulit dinilai
• Disartria :
• Menutup mata : Sulit
diniali • Sulit dinilai
• Meniup sekuatnya: • Disfonia :
Sulit diniali • Sulit dinilai
• Perasaan lidah (2/3
depan): tidak
dilakukan
REFLEKS
Penurunan
Kesadaran
Nyeri
Kepala
Refleks
Babinski
SIRIRAJ STROKE SCORE
Regularitas reguler,
Axis Normoaksis,
Interval PR 0,16s, Gelombang P normal,
Komples QRS <0,12s ,
R' sekunder pada lead prekordial kanan ( V2-
3) atau rSR' atau "M" Shaped QRS komplek,
T inversi di VI-V3,
Tidak ada ST depresi maupun elevasi,
Tidak ada Q patologis.
Diagnosis Kerja
Diagnosis Banding
CT scan kepala tanpa kontras di IGD pada tanggal 11 Februari 2018 jam 19.40
Diagnosa 1 :
Diagnosa 2 :
NonMedikamentosa Medikamentosa
Ad
sanasionam
Ad
functionam Ad Malam
Ad vitam
Ad Malam
Ad Malam
FOLLOW UP
12 Feb 18 13 Feb 18 14 Feb 18 15 Feb 18
S : kesadaran OS tampak mengantuk dalam, belum bisa S : kesadaran OS tampak mengantuk dalam, S : kesadaran OS tampak mengantuk namun S : kesadaran OS tampak mengantuk namun dipanggil
menggerakan kaki dan tangan kanan sendiri, bicara masih belum bisa menggerakan kaki dan tangan dipanggil sudah membuka mata, belum bisa sudah membuka mata, belum bisa menggerakan kaki
mengerang, muntah (-), kejang (-), demam (-) kanan sendiri, bicara masih mengerang, menggerakan kaki dan tangan kanan sendiri, bicara dan tangan kanan sendiri, bicara masih mengerang,
muntah (-), kejang (-), demam (-) masih mengerang, muntah (-), kejang (-), demam (-) muntah (-), kejang (-), demam (-)
P : IVFD Asering 20 tpm P : IVFD Asering 20 tpm P : IVFD Asering 20 tpm P : IVFD Asering 20 tpm
Inject Citicolin 4x250 mg IV Inject Citicolin 4x250 mg IV Inject Citicolin 4x250 mg IV Inject Citicolin 4x250 mg IV
Infus Manitol 4x125 cc Infus Manitol 4x125 cc Infus Manitol 4x125 cc Infus Manitol 4x125 cc
Amlodipin 1x10 mg PO Amlodipin 1x10 mg PO Amlodipin 1x10 mg PO Amlodipin 1x10 mg PO
Irbesartan 1x 300 mg PO Irbesartan 1x 300 mg PO Irbesartan 1x 300 mg PO Irbesartan 1x 300 mg PO
Diet cair 1300 kkal Diet cair 1300 kkal Diet cair 1300 kkal Diet cair 1300 kkal
FOLLOW UP
16 Feb 18 17 Feb 18 18 Feb 18
S : kesadaran OS tampak mengantuk namun dipanggil S : kesadaran OS tampak kembali mengantuk S : kesadaran OS tampak mengantuk semakin
sudah membuka mata, belum bisa menggerakan kaki dan dalam, belum bisa menggerakan kaki dan tangan dalam, belum bisa menggerakan kaki dan tangan
tangan kanan sendiri, bicara masih mengerang, muntah (-), kanan sendiri, bicara masih mengerang, muntah (- kanan sendiri, bicara masih mengerang, muntah
kejang (-), demam (-) ), kejang (-), demam (-) (-), kejang (-), demam (-)
Gangguan
Anamnesis OS sirkulasi darah
otak
Gejala stroke (+)
Demam (-),
Infeksi
kejang (-)
Penurunan kesadaran
tiba-tiba
Gangguan Riw hepar (-),
Nyeri kepala metabolik ginjal (-) ,DM (-)
Penurunan
kesadaran Nyeri kepala
Bicara Pelo Neoplasma kronis progresif
(-) BB turun(-)
Muntah
Benturan kepala
Lemas bagian tubuh Trauma kepala
(-)
kanan
Gangguan
Riw HT tak terkontrol elektrolit dan
Diare (-)
konstipasi (-)
endokrin
ANALISIS KASUS
EPIDEMIOLOGI
STROKE
47% wanita dan 53% pria
menurut WHO
suatu tanda klinis yang berkembang secara 45 tahun sebesar 11,8%,
cepat akibat gangguan otak fokal maupun
usia 45-64 tahun 54,2%,
global dan gejala-gejala yang berlangsung
selama 24 jam atau lebih dan dapat
usia diatas 65 tahun 33,5%.
menyebabkan kematian tanpa adanya
penyebab lain yang jelas selain vaskular 1,6% tidak berubah; 4,3%
semakin memberat
ANALISIS KASUS
Faktor
Faktor resiko
risiko utama terdiriStroke
dari 3 yaitu
Kelainan Diabetes
Hipertensi
jantung mellitus
ANALISIS KASUS
Klasifikasi Stroke
Berdasarkan Berdasarkan
kelainan lokasi lesi
patologis vaskuler
PemFisik OS
nasolabial fold kanan menghilang
motorik 1/5,
hipertonus/normotonus,
normotrofi/normotrofi, ,
Rontgen Thoraks
Angiografi
Pungsi Lumbal
No Gejala / Tanda Penilaian Indek Skor
Sign
Symptom
Dilatasi pupil
ipsilateral, refleks
negatif
Penurunan tingkat
kesadaran (penekanan
mesencephalon)
Hemiplegia
kontralateral
ANALISIS KASUS
TATALAKSANA UMUM DI IGD
Stabilisasi Jalan Napas dan Pengendalian Peninggian
Stabilisasi Hemodinamik Pemeriksaan Awal Fisik Umu
Pernapasan Tekanan Intrakranial (TIK)
• oksigen dianjurkan pada • Berikan cairan kristaloid atau • Tekanan darah • edema serebral harus
keadaan dengan saturasi koloid intravena • Pemeriksaan jantung memperhatikan perburukan
oksigen < 95% • hindari pernberian cairan • Pemeriksaan neurologi umum gejala dan tanda neurologis
• Intubasi ETT , hipoksia (p02 hipotonik seperti glukosa). awal: • Monitor TIK harus dipasang
<60 mmHg atau pCO2 >50 • Optimalisasi tekanan darah • Derajat kesadaran pada pasien dengan GCS <9
mmHg), • sistolik <120 mmHg dan • TIK kurang dari 20 mmHg
• Pemeriksaan pupil dan
cairan sudah mencukupi, okulomotor dan CPP >70 mmHg
vasopressor dapat • Keparahan hemiparesis • Tinggikan posisi kepala 20 –
diberikan secara titrasi 30 drajat
seperti dopamin dosis • Hindari pemberian cairan
sedang/ tinggi, glukosa atau cairan hipotonik
norepinefrin atau epinefrin • Manitol 0.25 - 0.50 gr/kgBB,
dengan target tekanan selama >20 menit, diulangi
darah sistolik 140 mmHg setiap 4 - 6 jam dengan target
• penyakit jantung kongestif, ≤ 310 mOsrn/L
segera konsultasi Kardiologi • Kortikosteroid tidak
• Hipovolemia ,Hipotensi, direkomendasikan untuk
aritmia jantung harus mengatasi edema otak
dikoreksi
ANALISIS KASUS
TATALAKSANA UMUM DI IGD
Penanganan Transformasi
Pengendalian Kejang Pengendalian Suhu Tubuh Pemeriksaan Penunjang
Hemoragik
• terapi sama seperti stroke • Bila kejang, berikan • Setiap pederita stroke • EKG
perdarahan, diazepam bolus lambat disertai demam harus • Laboratorium (kimia
• memperbaiki perfusi intravena 5-20mg diobati dengan darah, fungsi ginjal,
serebral • Diikuti oleh fenitoin, antipiretika dan diatasi hematologi, faal
• mengendalikan tekanan loading dose 15-20 mg/kg penyebabnya hemostasis, kadar gula
darah arterial secara bolus dengan kecepatan • Berikan Asetaminofen darah, analisis urin,
hati-hatI maksimum 50 mg/menit 650 mg bila suhu lebih analisa gas darah, dan
• stroke perdarahan dari 38,5 oC atau 37,5 oC elektrolit)
intraserebral, obat • Pada pasien febris atau • Bila perlu pada kecurigaan
antikonvulsan profilaksis berisiko terjadi infeksi, perdarahan subaraknoid,
dapat diberikan selama 1 harus dilakukan kultur lakukan punksi lumbal
bulan, kemudian dan diberikan antibiotik untuk pemeriksaan cairan
diturunkaN • Jika meningitis, maka serebrospinal
segera diikuti terapi • Pemeriksaan radiologi
antibiotic • Foto rontgen dada
• CT Scan
ANALISIS KASUS
TATALAKSANA UMUM DI Ruang Rawat
• TDS >200 mmHg atau Mean Arterial Preassure (MAP) >150 mmHg, tekanan
darah diturunkan dengan menggunakan obat antihipertensi intravena secara
kontiniu dengan pemantauan tekanan darah setiap 5 menit
• TDS >180 mmHg atau MAP >130 mmHg disertai dengan gejala dan tanda
peningkatan tekanan intracranial, menggunakan obat antihipertensi intravena
stroke secara kontinu atau intermiten
perdarahan • TDS >180 mmHg atau MAP >130 mmHg tanpa disertai gejala dan tanda
peningkatan tekanan intracranial obat antihipertensi intravena kontinu atau
intraserebral intermitten tekanan darah setiap 15 menit hingga MAP 110 mmHg atau
tekanan darah 160/90 mmHg
• TDS 150-220 mmHg, penurunan tekanan darah dengan cepat hingga TDS 140
mmHg cukup aman
• Eptacog alfa (recombinant activated • PIS akibat dari pemakaian warfarin secepatnya diberikan fresh frozen plasma
factor VII [rF VIIa]) dianjurkan atau prothrombic complex concentrate dan vitamin K.
untuk pasien hemofilia yang resisten • Prothrombic-complex concentrates suatu konsentrat dari vitamin K
terhadap pengobatan faktor VIII dependent coagulation factor II, VII, IX, dan X, menormalkan INR lebih
replacement cepat dibandingkan FFP dan aman untuk jantung dan ginjal.
• Dosis tunggal intravena rFVIIa 10-90µg/kg pada pasien PIS yang memakai
• Pemberian rF VIIa pada PIS pada warfarin, harus tetap diikuti dengan coagulation-factor replacement dan
onset 3 jam hasilnya adalah highly- vitamin K karena efeknya hanya beberapa jam.
significant • PIS akibat penggunaan unfractionated atau low moleculer weight heparin
diberikan Protamine Sulfat,
• trombositopenia atau adanya gangguan fungsi platelet dapat diberikan dosis
tunggal Desmopressin, transfusi platelet, atau keduanya.
• Memang harus menggunakan antikoagulan maka pemberian obat dapat
dimulai pada hari ke-7-14 setelah erjadinya perdarahan.
ANALISIS KASUS