3.a. Bab 14 Kebijakan Pemerintah Yang Mendukung PB
3.a. Bab 14 Kebijakan Pemerintah Yang Mendukung PB
Kode PTI4208
BAB 12
KEBIJAKAN PEMERINTAH YG MENDUKUNG
PERTANIAN BERLANJUT
Rini Dwiastuti, Tatiek Koerniawati, dan Suhartini
http://www.tanah.ub.ac.id
Tujuan Instruksional
Mampu memahami kerangka kerja analisis
kebijakan
Mampu mengidentifikasi undang-undang &
peraturan pemerintah yang terkait dengan
sumberdaya lahan, air, biodiversitas dan carbon
Mampu menganalisis keselarasan/kesesuaian
antara isi pasal & ayat pada setiap undang-
undang, peraturan & perjanjian dengan indikator
pertanian berlanjut (economically viable,
ecologically sound, socially just, culturally
acceptable)
Memahami instrumen pengendalian pencemaran
& imbal jasa lingkungan
Outline
1 Kerangka kerja analisis kebijakan
Hubungan
Variabel antar Variabel Tujuan
Eksogenous variabel Endogenous AKhir
dalam model
Instrumen
Kebijakan Variabel
tujuan atau
Kesejahteraan
Target
sosial
Kendala
Dampak
Faktor- samping
faktor di
luar kontrol
Model Siklus Kebijakan Linier (Ellis, 1992)
Phase 1 Phase 2
Formulasi Kebijakan Implementasi kebijakan
Hasil Kebijakan
Analisis Teknis/Ekonomi
Evaluasi Kebijakan
Memulai Analisis
Kebijakan berikutnya
Pilihan Alternatif Terbaik
2
Identifikasi & Analisis Kebijakan
pemerintah yang terkait dengan
sumberdaya:
Lahan
Air
Biodeversitas
Carbon
2.a. Identifikasi kebijakan
Undang-undang ●
Peraturan Pemerintah ●
Keputusan Presiden ●
Keputusan Menteri
●
Peraturan Menteri
●
Identifikasi Kebijakan pemerintah yang terkait dengan SDAL
No. SDAL Kebijakan
1. Lahan UUPA
UU No 41 tahun 2009
PP No. 8 Tahun 2001 (Pupuk Budidaya Tanaman)
2. Air UU No 7 tahun 2004
3. Biodiversitas UU No 5 1990 (Pengesahan United Nations
Convention On Biological Diversity);
UU No. 12 Th 1992 (Budidaya Tanaman);
UU No 5 1994 (Konservasi Sumber Daya Alam
Hayati Dan Ekosistemnya);
UU No 27 1996
UU No 29 2000
UU No. 4 Th 2006 (Genetik Tanaman)
4. Carbon No 12 tahun 1992, UU No 7 tahun 2004
5. Lingkungan UU No 23 tahun 1997 (Lingkungan Hidup )
Hidup
2.a.1. Identifikasi kebijakan sumberdaya lahan
Pengaturan konversi
Kebijakan pemerintah terkait dg pengendalian
konversi lahan pertanian ke non-pertanian
No. Kebijakan Tentang
1. Surat Edaran Penyediaan tanah u/
Mendagri No. kegiatan pembangunan
590/11108/SJ tgl 24 sedpt mungkin mencegah
Okt 1984 terjadinya konversi tanah
2. Kepres No. 53 Th Kawasan industri tdk
1989 menggunakan tanah
sawah & tanah pertanian
yg subur lainnya.
Pasal Substansi
2 Sumber daya air dikelola berdasarkan asas
kelestarian, keseimbangan, kemanfaatan
umum, keterpaduan dan keserasian, keadilan,
kemandirian, serta transparansi dan
akuntabilitas.
3 Sumber daya air dikelola secara menyeluruh, terpadu,
dan berwawasan lingkungan hidup dengan tujuan
mewujudkan kemanfaatan sumber daya air yang
berkelanjutan untuk sebesar-besar kemakmuran
rakyat
2.a.2. Identifikasi kebijakan sbd Air (lanjutan)
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2004
Tentang:
Sumber Daya Air
Pasal 6 Substansi
ayat
(1) Sumber daya air dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk
sebesar-besar kemakmuran rakyat.
(2) Penguasaan sumber daya air sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) diselenggarakan oleh Pemerintah dan/atau pemerintah
daerah dengan tetap mengakui hak ulayat masyarakat hukum
adat setempat dan hak yang serupa dengan itu, sepanjang tidak
bertentangan dengan kepentingan nasional dan
peraturan perundang-undangan.
(3) Hak ulayat masyarakat hukum adat atas sumber daya air
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tetap diakui sepanjang
kenyataannya masih ada dan telah dikukuhkan dengan
peraturan daerah setempat.
2.a.3. Identifikasi kebijakan sbd Biodiversivitas
• Sistem Budidaya
• Perjanjian Mengenai Sumber Daya Genetik Tanaman
Untuk Pangan Dan Pertanian
• Konvensi Perserikatan Bangsa-bangsa Mengenai
Keanekaragaman Hayati
• Perlindungan Varietas Tanaman
• dst
2.a.3. Identifikasi kebijakan sbd Biodiversivitas
(lanjutan)
Undang Undang No. 12 Tahun 1992
Tentang :
Sistem Budidaya Tanaman
Menimbang:
a. bahwa sumberdaya alam nabati yang jenisnya beraneka
ragam dan mempunyai peranan penting bagi kehidupan
adalah karunia Tuhan Yang Maha Esa; oleh karena itu perlu
dikelola dan dimanfaatkan secaria lestari, selaras, serasi,
dan seimbang bagi sebesar-besar kemakmuran rakyat;
b. bahwa sistem pembangunan yang berketanjutan dan
berwawasan lingkungan perlu ditumbuhkembangkan dalam
pembangunan pertanian secara menyeluruh dan terpadu;
c. dst
2.a.3. Identifikasi kebijakan sbd Biodiversivitas
(lanjutan)
Undang Undang No. 12 Tahun 1992
Tentang :
Sistem Budidaya Tanaman
Pasal 6 Substansi
Ayat
(1) Petani memiliki kebebasan untuk menentukaii pilihan jenis
tanaman dan perribudidayaannya.
(2) Dalam menerapkan kebebasan sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1), petani berkewajiban berperanserta dalam
mewujudkan rencana pengembangan dan produksi
budidaya tanaman, sebagaimana dimaksud dalam Pasal
5.
(3) Apabila pilihan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), tidak
dapat terwujud karena ketentuan Pemerintah, maka Pemerintah
berkewajiban untuk mengupayakan agar petani yang
bersangkutan memperoleh jaminan penghasilan tertentu.
2.a.3. Identifikasi kebijakan sbd Biodiversivitas
(lanjutan)
Undang Undang No. 12 Tahun 1992 (lanjutan)
Pasal 7 Substansi
ayat
(1) Setiap orang atau badan hukum yang membuka dan
mengolah lahan dalam luasan tertentu untuk keperluan
budidaya tanaman wajib mengikuti tata cara yang
dapat mencegah timbulnya kerusakan lingkungan
hidup.
(2) Setiap orang atau badan hukum yang menggunakan
media tumbuh tanaman untuk keperluan budidaya
tanaman wajib mengikuti tata cara yang dapat
mencegah timbulnya pencemaran lingkungan.
2.a.3. Identifikasi kebijakan sbd Biodiversivitas
(lanjutan)
Undang Undang No. 12 Tahun 1992 (lanjutan)
Pasal Substansi
ayat
8 Perolehan benih bermutu untuk pengembangan
budidaya tanaman dilakukanmelalui kegiatan
penemuan varietas unggul dan/atau introduksi dari luar
negeri.
9 Penemuan varietas unggul dilakukan melalui kegiatan
(1) pemuliaan tanaman
(2) Pencarian dan pengumpulan plasma nutfah dalam
rangka pemuliaan tanaman dilakukan oleh Pemerintah
2.a.3. Identifikasi kebijakan sbd Biodiversivitas
(lanjutan)
Pasal Substansi
ayat
9 Kegiatan pencarian dan pengumpulan plasma nutfah
(3) sebagaimana dimaksud dalam ayat (2), dapat
dilakukan oleh perorangan atau badan hukum
berdasarkan izin
(4) Pemerintah melakukan pelestarian plasma nutfah
bersama masyarakat
2.a.3. Identifikasi kebijakan sbd Biodiversivitas
(lanjutan)
Pasal Substansi
10 ayat
(1) Introduksi dari luar negeri dilakukan dalam bentuk
benih atau materi induk untuk pemuliaan tanaman
(2) Introduksi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1),
dilakukan oleh Pemerintah dan dapat pula dilakukan
oleh perorangan atau badan hukum
2.a.3. Identifikasi kebijakan sbd Biodiversivitas
(lanjutan)
Pasal Substansi
ayat
11 Setiap orang atau badan hukum dapat melakukan
pemuliaan tanaman untuk menemukan varietas unggul
12 Varietas hasil pemuliaan atau introduksi dari luar negeri
(1) sebelum diedarkan terlebih dahulu dilepas oleh
Pemerintah
(2) Varietas hasil pemuliaan atau introduksi yang belum
dilepas sebagaimana dimaksud dalam ayat (1),
dilarang diedarkan
2.a.3. Identifikasi kebijakan sbd Biodiversivitas
(lanjutan)
Undang Undang No. 12 Tahun 1992 (lanjutan)
Pasal Substansi
ayat
13 Benih dari varietas unggul yang telah dilepas
(1) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (1),
merupakan benih bina.
(2) Benih bina yang akan diedarkan harus melalui
sertifikasi dan memenuhi standar mutu yang ditetapkan
oleh Pemerintah.
(3) Benih bina yang lulus sertifikasi apabila akan diedarkan
wajib diberi label
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 4 TAHUN 2006
TENTANG
PENGESAHAN INTERNATIONAL TREATY ON PLANT GENETIC
RESOURCES
FOR FOOD AND AGRICULTURE
(PERJANJIAN MENGENAI SUMBER DAYA GENETIK TANAMAN
UNTUK PANGAN DAN PERTANIAN)
Menimbang :
b. bahwa Indonesia merupakan negara yang sangat kaya akan
keanekaragaman hayati sehingga perlu dilestarikan dan dimanfaatkan
untuk melaksanakan pembangunan berkelanjutan dalam rangka
meningkatkan kesejahteraan seluruh rakyat;
d. bahwa untuk mendukung ketahanan pangan dan pertanian yang
berkelanjutan perlu pelestarian dan pemanfaatan sumber daya genetik
tanaman;
g. bahwa petani telah mengembangkan sumber daya genetik tanaman
selama berabad-abad yang menjadi sumber benih bagi pertanian yang
berkelanjutan, sehingga diperlukan pengakuan dan penghargaan;
I. UMUM
Alinea ke-10
“ … Untuk itu diperlukan upaya pengembangan kemampuan petani dan
pemulia dalam perakitan varietas unggul tanaman…”
Alinea ke -12
Pengembangan sumber daya genetik tanaman di Indonesia dilakukan
melalui kegiatan koleksi, eksplorasi, inventarisasi, konservasi, dan
dokumentasi. Pemerintah melakukan inventarisasi koleksi sumber
daya genetik, untuk kemudian menyusun program pengembangannya
dalam mengantisipasi kondisi sumber daya genetik di masa
mendatang. Perjanjian Sumber Daya Genetik Tanaman untuk Pangan
dan Pertanian membantu negara-negara berkembang yang kurang
memiliki kendali terhadap sumber daya genetik yang diperlukan di
negaranya untuk dapat mengakses komoditas yang tersedia di koleksi
negara atau lembaga internasional lain.
Latar Belakang
Alinea ke-5:
Pasal Substansi
1 perlindungan khusus yang diberikan negara, yang
dalam hal ini diwakili oleh Pemerintah dan
pelaksanaannya dilakukan oleh Kantor
Perlindungan Varietas Tanaman, terhadap varietas
tanaman yang dihasilkan oleh pemulia tanaman
melalui kegiatan pemuliaan tanaman.
2.a.4. Identifikasi Kebijakan Sbdy CARBON
Analisis:
Kebebasan untuk menentukan pilihan jenis tanaman
dibandingkan dengan hak individu mempunyai hak terhadap
pemuliaan
Kesimpulan:
Klausul tsb di atas selaras dengan tujuan kebijakan pertanian
berlanjut
Materi Diskusi & Tugas:
• Pemerintah Republik Indonesia telah menghasilkan
kebijakan dalam bentuk UU, PP, Kepres, dan
Kepmen yang mengatur implementasi pertanian
berlanjut guna mendukung kelestarian sumberdaya
alam dalam mewujudkan ketahanan pangan.
a. Download :
• UU No. 12 Th 1992 tentang Sistem
Budidaya Pertanian;
• UU No. 4 Th 2006 tentang Perjanjian
Perlindungan Biodiversitas
b. Menganalisis keselarasan klausul
• Berdasarkan contoh analisis yang terdapat
pada slide 41, tetapkan klausul dalam
kebijakan selaras atau tidak selaras
dengan indikator pertanian berlanjut
• Pembagian tugas setiap kelompok
mengikuti slide 44 dan 45.
Pembagian materi Penyelesaian
Tugas Tutorial Bab 12
UU No. 12 Th 1992
(Sistem Budidaya Pertanian)
1. 2 – 16 I
2. 17 – 31 II
3. 32 – 46 III
4. 47 - 61 IV
Pembagian materi Penyelesaian Tugas
Praktikum Bab 12
UU No. 4 Th 2006
(Perjanjian Perlindungan Biodiversitas)
1. 4-9 V
2. 10 – 15 VI
3. 16 – 21 VII
4. 22 - 27 VIII
3
P*
P1
Q* Q1 Output
Catatan:
Imbal jasa lingkungan merupakan salah
satu contoh bentuk insentif
Internalisasi keberadaan eksternalitas dlm pembangunan