Anda di halaman 1dari 52

BAB III S E M E N

A. Umum
Semen Portland adalah semen hidrolis yang
dihasilkan dengan cara menghaluskan
klinker yang terutama terdiri dari silikat-
silikat kalsium yang bersifat hidrolis dengan
gips sebgai bahan tambahan (PUBI 1982).
Semen Portland merupakan bahan ikat yang
penting dan banyak dipakai dalam
pembangunan fisik
• Perbedaan antara kapur dan semen Portland :
• 1. warna kapur biasanya putih, semen portland abu-abu, kadang-
kadang ada warna lain tergantung keinginan.
• 2. Semen portlan bila dicampur dengan air,mulai terjadi proses
ikatan sekitar 30 menit dan mencapai kekuatan cukup besar dalam
waktu sekitr 1 – 2 hari, Adapun kapur memerlukan waktu lebih
lama untuk mulai proses pengiktan maupun pengerasannya
• 3. Semen bebrapa kali lipat lebih kuat daripada kapur
• 4. Kapur sebaiknya jangan kontak langsung dengan baja/besi
karena mengakibatkan korosi, sedangkan semen sebaliknya, yaitu
melindungi baja dari pengaratan
• 5. Bila air ditambahakan pada quicklime tampak sekali keluar panas
hidrasi yang cukup banyak, pda semen kenaikan panas tidak tampak
nyata
• B. Sejarah semen portland:
• Nama semen portland diusulkan oleh Yoseph
Aspdin, 1824.Nama itu diusulkan karena
berbentuk bubuk yang dicmpur dengan air, pasir
dan batu-batuan yang ada di pulau Portland
Inggris. Pertama kali semen Portland diproduksi
(dengan pabrik) di AS oleh David Saylor di kota
Coplay, Pensylvania pada tahun 1875
• C. Pembuatan semen portland
• SP dibuat dengan melalui beberapa langkah. Sebagai bahan dasar
dapt dibagi menjadi 3 macam yaitu : calcareus, argillocalcareus, dan
argillaceous. Secra mudahnya kandungan semen adalah, kapur,
silika dan alumina, yang dicampur dan dibakar dengan suhu 1550
derajat celcius dan menjadi klinker. Kemudian dikeluar kan dan
dihaluskan sampai halus seperti bubuk. Biasanya ditambahkan
gipsum sekitar 2 – 4 persen sebagai pengontrol waktu ikatan. Bahan
tambah lain kadang-kadang diberikan juga untuk membentuk
semen khusus, misalnya kalsium klorida untuk menjadikan semen
yang cepat mengeras. Kemudian dimasukkan dalam kantong
dengan berat per kantong/zak 40 kg dan 50 kg
• D. Sifat-sifat semen Portland
• Perbedaan sifat jenis semen satu terhadap semen yang lain dapat
terjadi karena perbedaan susunan kimia maupun kehalusan butirnya
• 1. Susunan kimia
• Sebagai hasil perubahan susunan kimia yang terjadi diperoleh
susunan kimia yang kompleks. Meskipun demikian dapat disebutkan
4 unsur yang paling penting, yaitu :
• a. Trikalsium silikat (C3S) atau 3CaO. SiO2
• b. Dikalsium silikat (C2S) atau 2CaO. SiO2
• c. Trikalsium aluminat (C3A) atau 3CaO. Al2O3
• d. Tetra calsium aluminoferit (C4AF) atau 4CaO.Al2O3. Fe2O3
• Unsur a dan b biasanya merupkan 70 sampai 80 persen
dari semen sehingga merupakan bagian yang paling
dominan dalam memberikan sifat semen. Bila semen
terkena air, C3S segera mulai berhidrasi, dan
menghasilkan panas. Selain itu juga berpengaruh besar
pada pengerasan semen, terutama sebelum mencapai
umur 14 hari. Sebaliknya C2S bereaksi dengan air lebih
lambat sehingga hanya berpengaruh thd. Pengerasan
semen setelah berumur lebih dari 7 hari. Unsur C2S ini
juga membuat semen tahan terhadap serangan kimia
(chemical attack) dan juga mengurangi besar susutan
pengeringan
• Unsur C3A bereaksi secara exothermic, dan bereaksi sangat cepat,
memberikan kekuatan sesudah 24 jam. Semen yang mengandung
unsur ini lebih dari 10 persen akan kurang tahan terhadap serangan
asam sulfat. Oleh karena itu semen tahan sulfat tidak boleh mengan
dung unsur C3A terlalu banyak (maksimu 5 % saja). Semen yang
terkena asam sulfat (SO4) di dalam air atau tanah, kemudian
bereaksi dengan C3A dapat menyebabkan mengembang sehingga
terjadi retak-retak pada betonnya.
• Unsur ke 4 yaitu C4AF kurang begitu besar pengaruhnya terhadap
kekerasan semen atau beton.
• Disini tampak bahwa unsur-unsur yng ada dalam semen membuat
semen mempunyai sifat yang berbeda-beda
• 2. Hidrasi semen
• Proses hidrasi pada semen sangat komplek, tidak semua
reaksi dapat diketahui secara rinci. Rumus proses kimia
(perkiraan) untuk reaksi hidrasi dari unsur C2S dan C3S
dapat ditulis sbb:
• 2C3S + 6H2O ---- C3S2H3 + 3Ca(OH)2
• 2C2S + 4H2O ---- C3S2H3 + Ca(OH)2
• Hasil dari proses di atas adalah C3S2H3 atau
tubermorite. Panas juga keluar selama proses
berlangsung. Beberapa butir yang bersifat seperti kristal
tampak juga di dalam tubermorite
• Proses hidrasi butir-butir semen berlang
sung sangat lambat. Bila masih
dimungkinkan , penambahan air masih
diperlukan oleh bagian dalam dari butir-
butir semen (terutama yang berbutir
besar) untuk menyempurnakan proses
hidrasi. Proses dapat berlangsung sampai
50 tahun
• Kekuatan semen yang telah mengeras
tergantung pada jumlah air yang dipakai selama
proses hidrasi berlangsung. Pad dasarnya jumlah
air yang diperlukn untuk proses hidrasi hanya
kira-kira 35% dari berat semennya, penambahan
jumlah air akan mengurangi kekuatan setelah
mengeras. Kelebihan air akan mengakibat kan
jarak butir-butir semen lebih jauh, sehingga
hasilnya kurang kuat dan juga lebih porous
(berongga)
• Air kelebihan dari yang diperlukan untuk proses
hidrasi pada umumnya memang diperlukan
pada pembuatan beton, agar adukan beton
dapat campur dengan baik, diangkut dengan
mudah,dan dapt dicetak tanpa rongga-rongga
yang besar (tidk keropos). Akan tetpi hendaknya
selalu diusahkan agar jumlah air relatif sedikit,
agar diperoleh kakuatan beton yang relatif tinggi
• 3. Kehlusan butir
• Reaksi antara semen dan air dimulai dari p-
ermukan butir-butir semen, sehingga makin luas
permukaan butir-butir semen (dari berat semen
yang sama) makin cepat proses hidrasinya. Hal
ini berarti bahwa butir-butir semen yang halus
akan menjadi kuat dan menghasilkan panas
hidrasi yang lebih cepat dari pada semen
dengan butir-butir yang kasar.
• Secara umun semen yang berbutir halus
meningkatkan kohesi pada beton segar dan dapt
pula mengurngi bleeding, akan tetapi
menambah kecenderungan beton menyusut
lebih banyak dan retak susut juga bertambah
mudah.
• Menurut peraturan paling sedikit 78 % berat
semen hrus dapat lewat (lolos) ayakan nomor
200 ( lubang 1/200 inci)
• E. Klasifikasi Semen Portland
• Sesuai dengan tujuan pemakaiannya, SP dibagi menjadi 5 jenis :
• Jenis I : SP untuk penggunan umum yang tidak memerlukan
syarat-syarat khusus seperti yang disyaratkan pada jenis-jenis yang
lain
• Jenis II : SP yang dalam penggunaannya memerlukan ketahanan
terhadap sulfat dan panas hidrasi sedang
• Jenis III : SP yang dalam penggunaannya menuntut persyaratan
kekuatan awal yang tinggi
• Jenis IV : SP yang dalam penggunaannya menuntut persyaratan
panas hidrasi rendah
• Jenis V : SP yang dalam penggunaannya menuntut persyaratan
sangat tahan terhadap sulfat
• F. Persyaratan
• SP harus memenuhi persyaratan fisika sbb
• 1. kehalusan butir.
• sisa di atas ayakan 0,09 mm mak
simum 10 % berat
• 2. waktu pengikatan
• awal, minimum 60 menit
Akhir, maksimum 8 jam
BAB IV. BATUAN (AGREGAT)

• A. Umum
• Batuan adalah butiran mineral alami yang
berfungsi sebagai bahan pengisi dalam
campuran mortar atau beton. Batuan ini kira-kira
menempati porsi 70 % dari volume mortar atau
beton. Walaupun namanya hanya sebagai bahan
pengisi, tetapi batuan sangat berpengaruh
terhadap sifat-sifat mortar atau betonnya,
sehingga pemilihan batuan merupakan sutu
bagian penting dalam pembuatan mortar atau
beton
• Dalam praktek batuan umumnya digolongkan
menjadi 3 kelompok, yaitu :
• 1. batu untuk besar butiran lebih dari 40 mm
• 2. kerikil, untuk butirn antara 5mm dan 40 mm
• 3. pasir, untuk butirn antara 0,15 mm dan 5 mm.
• Butiran lebih kecil dari 0,15 mm dinamakan silt
atau tanah
• B. Pasir
• Pasir terbentuk dari pecahan batu karena
beberpa sebab. Pasir dapat diperoleh dari dalam
tanah, pada dasar sungai, dari tepi laut, dan
dari muntahan gunung berapi
• 1. Pasir tanah
• Diperoleh langsung dari permukaan tanah atau
dengan cara menggali terlebih dahulu. Pasir ini
biasanya tajam, bersudut, berpori dan bebas
dari kandungan garam, tetapi biasanya harus
dibersihkan dari kotoran tanah dgn cara dicuci
• 2. Pasir sungai
• Diperoleh langsung dari dasar sungai, pada
umumnya berbutir halus, bulat-bulat akibat
proses gesekan. Daya lekat antar butir agak
kurang karena butirnya bulat. Karena ukuran
butirnya kecil, maka baik dipakai untuk
memplester tembok. Juga dapat dipakai untuk
keperluan lain. Kadang bercampur lumpur jika
sungainya baru mengalami banjir
• 3. Pasir laut
• Pasir yang diambil dari pantai. Butirnya halus
dan bulat karena gesekan. Pasir ini paling jelek
karena mengandung garam-garaman yang
bersifat menyerap air dari udara, sehingga
tampak agak basah. Sebaiknya tidak dipakai
untuk bangunan karena garamnya bisa
membuat korosi pada bajanya, dan betonnya
dapat mengembang sehingga retak-retak
• 4. Pasir gunung
• Berasal dari muntahan/letusan gunung
berapi. Sifatnya tajam, bersudut, kasar,
kuat, bebas kandungan garam, dan
kadang-kadang tercampur kerikil
• C. Sifat butiran
• Volume pasir atau kerikil terdiri atas :
• 1. volume butiran (zat padatnya)
• 2. volume pori (rongga antar butiran)
• Secra matematika dapat ditulis :
• Vt = Vb +Vp
• Dengan :
• Vt = volume total
• Vb = volume butiran
• Vp = volume pori
• Beberapa istilah yng perlu diketahui berkaitan
dengan hal di atas :
• Porositas : P =Vp x 100 %
• Vt

• Kepampatan : K = Vb x 100 %
• Vt
• Atau K = (100 – P) %
• Bila suatu batuan kering oven beratnya W, maka
:
• Berat jenis = W/Vb
• Berat satuan = W/Vt
• Dari hasil pemeriksaan terhadap batuan
umumnya diperoleh nilai :
• Porositas = 35 – 40 %
• Kepampatan = 60 – 65 %
• Berat jenis = 2,40 - 2,90
• Berat satuan = 1,20 - 1, 80
• D. Gradasi
• Gradasi batuan adalah distribusi ukuran butiran
dari batuan. Bila butir-butir batuan mempunyai
ukuran yang sama (seragam/uniform) volume
pori akan besar. Sebaliknya bila ukuran butir-
butirnya bervariasi akan terjadi volume pori yang
kecil. Hl ini karena butirn yang kecil akan
mengisi pori diantara butiran yang lebih besar,
sehingga pori-pori menjadi sedikit (kepampatan
tinggi)
• Pada batuan untuk mortel atau beton
diingini suatu butiran yang kepampatan
nya tinggi, karena volume porinya sedikit,
dan ini berarti hanya membutuhkan bahan
ikat sedikit saja (bahan ikat mengisi pori
antara butir-butir batuan. Bila volume pori
sedikit berarti bahan ikat sedikit pula
• Sebagai pernyataan gradasi dipakai nilai
persentase dari berat butiran yang terting
gal di dalam suatu susunan ayakan.
Susunan ayakan itu adalah ayakan dengan
lubang : 76 mm, 38 mm, 19 mm, 9,6 mm,
4,8 mm, 2,4 mm, 1,2 mm, 0,60 mm, 0,30
mm, 0,15 mm.
• Stndar ayakan : ASTM, BS, ISO
• Dalam praktek oleh peraturan ditetapkan
bahwa untuk campuran beton dengan
diameter maksimum batuan sebesar 40
mm, 30 mm, 20 mm dan 10 mm, harus
berada di dalam batas-batas yang tertera
dalm tabel 4.1, 4.2, 4.3, dan 4.4. atau
kurva yang disajikan pada gb. 4.1, gb. 4.2
gb. 4.3 dan gb. 4.4
• Dalam praktek diperlukan suatu campuran
pasir dan kerikil dengan perbandingan
tertentu agar gradasi campuran dapat
masuk di dalm kurva standar di atas.
• Untuk mendapatkan nilai perbandingan
antara berat pasir dan kerikil yang tepat
dapat dilakukan dengan cara coba-coba
sbb :
• Tetapkn nilai banding antara berat pasir dan berat
kerikil,misalnya P : K = 1 : 3
• Buatlah tabel (Lihat tabel 4.5), dengan :
• Kolom 1 = lubang ayakan
• Kolom 2 = berat pasir yang lewat (%)
• Kolom 3 = berat kerikil yang lewat (%)
• Kolom 4 =kolom 2 dikalikan P, dgn P=1
• Kolom 5 =kolom 3 dikalikan K, dgn K=3
• Kolom 6 =kolom 4 ditambah kolom 5
• Kolom 7 =kolom 6 dibagi P + K
• Gambarkan gardasi hasil campuran (kolom 7) ke
dalam diagram kurva standar yaitu gb. 4.1/ gb.
4.2/gb. 4.3/gb. 4.4, tergantung diameter kerikil
yang digunakan
• Bila hasil gradasi yang diperoleh tidak masuk di
dalam kurva standar, maka besar nilai banding
antara pasir dan kerikil diubah. Demikian
berulang-ulang sehingga diperoleh diagram
gradasi yang memenuhi syarat
• E. Modulus Halus
• Modulus Halus (fineness modulus) adalah suatu index
yang dipakai untuk menjadi ukuran kehalusan atau
kekasaran butir-butir batuan.
• Modulus halus butir (mhb) ini didefinisikan sebagai
jumlah persen kumulatif dari butir-butir batuan yang
tertinggal di atas satu set ayakan dan kemudian dibagi
seratus. Susunan lubang ayakan itu adalah sbb : 38 mm,
19 mm, 9,6 mm, 4,8 mm, 2,4 mm, 1,2 mm, 0,60 mm,
0,30 mm, 0,15 mm.
• Sebagai contoh menghitung mhb suatu pasir disajikan
pada tabel 4.6
• Makin besar nilai modulus halus butir
menunjukkan bahwa makin besar butir-butir
batuannya. Pada umumnya pasir dapat
dikelompokkan menjadi 3 macam tingkat
kehalusan, yaitu :
• Pasir halus : m.h.b. 2,20 – 2,60
• Pasir sedang: m.h.b. 2,60 – 2,90
• Pasir kasar : m.h.b. 2,90 – 3,20
• Adapun modulus halus kerikil antara 5 dan 8
• Modulus halus butir selain untuk menjadi
ukuran kehalusan butir juga dapat dipakai
untuk mencari nilai perbandingan berat
antara pasir dan kerikil, bila kita akan
membuat campuran beton. M.h.b batuan
dari campuran pasir dan kerikil untuk
bahan pembuat beton berkisar antara 5,0
– 6,5.
• Hubungan antara mhb pasir, mhb. Kerikil dan
mhb. Campurannya dapt dinyatakan dengan
rumus sbb. :
• W = K – C x 100 %
• C–P
• W = persentase berat pasir thd. Kerikil
• K =mhb kerikil
• P = mhb pasir
• C = mhb campuran
• Contoh hitungan
• Diketahui : mhb pasir = 2,8
• mhb kerikil = 7,6
• Diinginkan mhb campurannya = 5,6, maka
• W = 7,6 – 5,6 x 100 % = 71 %
• 5,6 – 2,8
• Berat pasir terhadap kerikil sebesar 71 %, atau
dapat dikatakan perbandingan antara berat pasir
dan kerikil sebesar 71 : 100 atau 1 : 1,4
• Cara menentukan perbandingan dengan rumus
ini dapat dipakai, akan tetapi hasilnya masih
harus digambarkan dalam diagram gradasi,
karena nilai mhb tidak menggambarkan variasi
besasr butir yang teliti.
• Jadi sebaiknya rumus ini hanya dipakai untuk
menentukan perbandingan pasir dan kerikil
sebagai pendekatan/kondisi awal saja, sebelum
memulai hitungan gradasi campuran yang
menggunakan tabel-tabel dan diagram gradasi
• F. Kadar Air
• Air dalam batuan ada 2 macam, yaitu air
yang meresap dan air yang ada
dipermukaan butiran. Air yang meresap
berada dalam pori antar butir dan
mungkin tidak tampak di permukaan,
adapun air yang ada dipermukaan butir
tampak di permukaan
• Air yang ada pada batuan perlu diketahui untuk
menghitung jumlah air dalam campuran adukan
beton dan juga untuk mengetahui berat- volume
butiran. Keadaan kandungan air di dalam btuan
dibedakan menjadi beberapa tingkat :
• 1. kering tungku, benar-benar tak ada air
• 2. kering udara, batuan kering permukaannya
tapi mengandung sedikit air di dalam porinya.
Jadi masih dapat mengisap sedikit air
• 3. jenuh kering muka (saturated surface
dry/SSD), pada tingkatan ini tidak ada air di
permukaan, tapi butir-butirnya berisi air
sejumlah yang dapat diserap. Dengan demikian
batuan pada tahap ini tidak menyerap dan juga
tidak menambah jumlah air bila dipakai dalam
campuran adukan beton
• 4. Basah, batuan mengandung banyak air , baik
dipermukaan maupun di dalam butiran,
sehingga bila dipakai dalam adukan beton akan
memberi air
• Kadar air dalm pasir dapat diukur dengan
cara sebagai berikut :
• Timbang pasir minimum 500 gram.
Keringkan pasir dgn oven
• Kadar air =brt semula – brt kering x 100%
• berat kering oven
• Dalam hitungan campuran adukan beton dipakai
berat satuan pasir pada kondisi SSD, karena
tidak menambah atau mengurangi jumlah air
kedalam campuran
• Dalam hitungan tersebut sering pula dipakai bert
jenis pasir SSD, yang diperoleh dengan rumus
• B.j. = A/(A – B)
• Dengan A = berat pasir SSD di udara
• B = berat pasir tersebut di dalam air
• G.Pengembangan volume pasir
• Volume pasir biasanya menghembang bila
sedikit mengandung air. Pengembangan itu
disebbkan karena adanya lapisan tipis air di
sekitar butir-butir pasir. Ketebalan lapisan air itu
bertambah dengan bertaamabahnya kandungan
air di dalam pasir, dan ini berti pengembangan
volume secara keseluruhan
• Akan tetapi pada suatu kadar air tertentu,
volume pasir mulai berkurang dengan
bertambahnya kadar air. Pada suatu kadar
air tertentu pula, besar penambahan
volume psir itu menjadi nol, berarti
volume pasir menjadi sama dengan
volume paasir kering
• Untuk menghindari kesalahan hitung
akibat pengaruh pengembangan pasir tsb,
perlu diadakan sedikit koreksi bila
mencampur pasir untuk mortel atau
beton. Pasir halus mengembang lebih
banyak dari pada pasir yang kasar. Besar
pengembangan antara 25 – 40 % pada
kadar air sekitar 5 – 8 %
• Untuk mengetahui besar pengembangan volume pasir
dapat dilakukan percobaan sbb :
• Pasir yang sedikit mengandung air dimasukkan ke dalam
gelas ukur, misalnya tingginya h1
• Keluarkan pasir dari gelas ukur, isi gelas ukur tadi
dengan air setinggi lebih dari 1/2h1.
• Masukkan pasir tadi ke dalam gelas ukur dan aduklah
sebentar
• Setelah tenang akan tampak pasir mengendap, lalu ukur
tinggi pasir endapan tadi, misalnya h2 (tinggi h2 sama
dengan jika pasir itu kerring)
• Penghembangan volume pasir = (h1 – h2)/h2
• H. Persyaratan
• Pasir untuk bahan bangunan sebaiknya dipilih
yang memenuhi syarat sbb:
• 1. buturnya tajam, kuat dan bersudut
• 2. tidak mengandung tanah atau kotoran lain.
Jumlah kandunghan kotoran ini ( lewat ayakan
0,15 mm) harus tidak lebih dari 5 % untuk pasir
dan 1 % untuk kerikil
• 3. harus tidak berisi garam yang menghisap air
dari udara
• 4. Harus yang benar-benar tidak mengandung zat-zat
yang bereaksi dengan kapur atau semen. Kandungan zat
organik dapat menguragi mutu beton. Bila direndam
dalam larutan 3% NaOH, cairan di atas endapan tidak
boleh lebih gelap dari warna pembanding
• 5. harus mempunyai variasi besar butir/gradasi yang
baik sehingga rongganya sedikit.(untuk pasir mhb antara
1,5 – 3,8). Pasir yang seperti ini hanya memerlukan
semen sedikit
• 6. bersifat kekal, tidak hancur atau berubah karena
cuaca
• I. Pemeriksaan
• Untuk mengetahui sifat-sifat pasir, berikut ini diberikan
cara-cara memeriksa pasir
• 1. Ambilsedikit pasir, remas pasir dengan jari. Jika
tampak kotoran tanah menempel pada tangan berarti
pasir mengandung tanah liat
• 2. sedikit pasir dimasukkan ke dalam mulut untuk
menandai adanya kadar garam
• 3. Isi gelas dengan air, lalu masukkan sedikit pasir dan
aduk sebentar. Setelah didiamkan beberapa saat, bila
ada kandungan tanah liat akan tampak mengendap di
atas pasirnya
• 4. Kandungan zat organik diperiksa dengan
memesukkan pasir ke dalam larutan NaoH 3%.
Setelah diaduk dan didiamkan selama 24 jam,
warnanya dibandingkan dengan warna
pembanding (tintometer)
• Sifat kekal diuji dengan larutan jenuh garam
natrium Sulfat atau Magnesium Sulfat.
• Terhadap Natrium Sulfat fraksi yang hancur tidak
boleh lebih dari 12 % berat
• Terhadap Magnesium Sulfat fraksi yang hancur
tidak boleh lebih dari 10 % berat
• Untuk pemeriksaan kerikil alam dan batu
pecah selin seperti pasir diatas ditambah
pula dengan pemeriksaan keausan batuan
dengan mesin uji aus los angeles (dengan
cara ini bagian yang hancur tidak boleh
lebih dari 50 %)
• J. Pengganti pasir
• Bila pasir yng baik tidak tersedia, maka
bahan lain seperti pecahan batu, atau
pecahan bata atau genteng keramik
(tanah liat bakar) dapat dipakai untuk
menggantikan pasir

Anda mungkin juga menyukai