Anda di halaman 1dari 27

METODE PELAKSANAAN KONSTRUKSI

Buku “Struktur dan Konstruksi Bangunan Tinggi Sistem


Top And Down”

WAHYU FERONIKA

3336140368
TEKNIK SIPIL
3
FAKTOR KERUNTUHAN
DINDING GALIAN TANAH
Kendala yang akan dihadapi pada waktu memulai pekerjaan galian basement adalah
faktor runtuhnya dinding galian tanah vertikal. Runtuhnya dinding galian tanah ini bisa terjadi
bila kedalaman galian lebih dari 2 m. Sebagaicontoh, jumlah basement yang di kehendaki hanya
3 lantai sehingga kedalaman galian tanah paling tidak 11 m. Faktor keruntuhan dinding untuk
galian sedalam 11 m tentu sangatlah besar Bila di sekitarnya sudah ada bangunan, runtuhnya
galian tanah akan membawa bangunan di sekelilingnya. Runtuhnya galian disebabkan oleh
beban atau berat bangunan yang menekan tanah di sekelilingnya akibat adanya lubang yang
besar. Keadaan ini tentu tidak diinginkan oleh setiap perencana struktur. Sebelum ditemukan
sistem pengamanan galian tanah, secara konvensional galian tanah akan melebar ke empat
penjuru (bentuk dasar segi empat) dengan kemiringan galian 45 derajat dimulai dari batas
galian. Akibatnya, bidang galian menjadi melebar dan sudah dipastikan biaya untuk menggali
dan mengurug kembali akan sangat mahal.
Pada akhirnya metode galian tanah
telah berubah. Cara konvensional
tidak lagi dipakai untuk pembuatan
bosement. Sekarang pengamanan
galian dilakukan dengan terlebih
dahulu memasang Retaining wall
sebelum eksekusi galian dilakukan.
Retai ni ng wall adalah dinding
penahan runtuhan yang dipasang di
tepi galian tanah. Retaining wall ini
akan dibahas lebih lengkap di Bab 4.
4
RETAINING WALL
Retaining wall merupakan sebuah keharusan untuk pembangunan
sebuah gedung bertingkat banyak dengan jumlah basement lebih dari dua
lapis. Tanpa adanya Retaining wall, pelaksanaannya niscaya akan menghadapi
berbagai kesulitan. Kondisi tanah yang dalam keadaan tidak ada beban
bangunan di sekitarnya saja sudah labil, apalagi di sekitarnya sudah ada
banyak gedung tinggi. Bila ada bangunan disekitar areal, pemasangan
Retaining wall menjadi solusinya.
Munculnya galian tanah basement akan membuat perubahan struktur tanah di
sekitarnya. Risiko yang paling awal adalah runtuhnya tanah di sekitar lokasi galian
sehingga akan ada pergerakan gedung di sebelahnya. Bahayanya adalah, gedung akan
bergeser atau bahkan bisa miring ke arah lubang galian. Pergerakan gedung di sekitar
lokasi galian biasanya terlihat dari adanya retakan tanah di sekitar gedung (terutama
yang paling dekat dengan lokasi galian). Selanjutnya akan dikuti dengan miringnya
gedung tersebut. Bila sudah seperti ini, terjadilah evakuasi seluruh penghuni bangunan.
Penanganan utama yang wajib dilakukan adalah pembongkaran gedung miring
tersebut.
Kejadian seperti itu tentulah tidak dikehendaki oleh para perencana
struktur bangunan. Untuk mengantisipasi faktor tersebut dan demi
kelancaran pekerjaan proyek maka dibuatlah dinding penahan tanah atau
retaining wall.
Ada dua jenis dinding penahan tanah, yaitu retaining wall pile
beruntun dan dinding diafragma. Pada bab ini akan dibahas tentang
retaining wall pile beruntun, sedangkan dinding diafragma akan dibahas pada
bab tersendiri.
A. RETAINING WALL PILE BERUNTUN
Retaining wall jenis ini dikatakan beruntun karena jarak antar-pile berdempetan
sedemikian rupa untuk mendapatkan daya tahan terhadap tekanan tanah (gaya lateral). Bisa
juga disebut dengan istilah secant pile karena memang pile ini saling bersinggungan satu sama
lainnya.
Dua jenis pile yang dipakai mempunyai karakteristik yang berbeda. Hal ini disebabkan fungsi
kedua pile yang tidak sama. Salah satu pile disebut pile sekunder yang terbuat dari campuran
semen dan Bentonite (mutu beton antara K-175 sampai k225). Pile sekunder harus mudah
dipotong oleh mesin bor. Oleh karena itu, tidak boleh ada pemasangan besi sama sekali pada
pileini. Pile sekunder mempunyai diameter lebih kecil. Bila diperlukan, bisa juga digunakan pile
dengan diameter yang sama dengan pile struktur.
B. POLA PEMASANGAN RETAINING WALL
Tentunya akan ada pertanyaan, bagaimana cara pengeborannya agar presisi sehingga
terhindar dari adanya penyimpangan titik bor? Hal ini mengingat pekerjaan pengeboran
dilakukan pada sekeliling proyek yang membentuk semacam pagar. Pengeboran bergerak
menyamping sehingga bisa saja terjadi missing titik bor. Akibatnya, jarak antargalian dapat
berbeda. Dalam hal ini sebagian besar pekerja yang sudah berpengalaman telah membuat cara
untuk melakukan pengeboran secara presisi. Sebelum melakukan pengeboran, mereka telah
terlebih dahulu membuat patron yang berupa guide wall. Balok beton memanjang dengan
pembesian yang tingginya dapat mencapai 1,2 m dan dibuat dua buah dengan jarak antara
guide wollsesuai diameter tiang bor ditambah 5 cm agar mata mesin bor dapat masuk. Cara ini
akan memaksa alat bor tetap dijalurnya. Metode ini tepatnya digunakan untuk pekerjaan
pembuatan dinding diaphragma.
Selain menggunakan guide wall jenis balok beton, terkadang ada juga yang memakai
pelat baja dengan balok beton yang dibentuk sesuai ukuran diameter pileyang akan dibuat
(patron). Cara ini akan membuat pengeboran menjadi lebih akurat.
Seluruh tiang bor dan Bentonite pile harus masuk ke dalam lapisan tanah yang
kedap air. Model ini lebih pasnya dipakai untuk pembuatan retaining wall tipe pile
beruntun. Seterusnya, setelah seluruh pembuatan retaining wall selesai, secara bertahap
dilakukan penggalian tanah. Adakalanya retaining wall pile beruntun masih memerlukan
ekstra perkuatan. Penambahan ekstra perkuatan lebih banyak memakai angkur tanah
(ground anchoroged). Bila sampai pada level pelat basement, dilakukan pengeboran untuk
pemasangan ground anchoroged. Paling atas merupakan pengeboran yang paling panjang,
selanjutnya semakin ke bawah akan semakin pendek pengeborannya. Ini disebabkan
semakin ke bawah akan semakin kecil tekanan tanahnya.
Ilustrasi titik lokasi untuk pengeboran angkur tanah di halaman 34
menggambarkan dinding penahan tanah atau retaining wall yang terlihat bahwa
setiap tiang sudah terpasang angkur tanah hingg a basement terbawah.
Gambar di atas menunjukkan bahwa seluruh tepi dinding retaining wall dalam
keadaan belum terlihat baik (permukaan retaining wall tidak rata). Rencana
selanjutnya adalah membuat dinding basement dengan ketebalan tertentu,
sehingga otomatis luas areal basement akan berkurang dengan adanya dinding
basement.
SEKIAN DAN TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai