Imunisasi
Imunisasi
•
• Tindakan untuk mengatasinya :
a. Mengatasi panas dengan memberikan obat penurun
panas (¼ tablet)
b. Anak diberi minum dan dikompres air hangat
c. Anak jangan dimandikan, dilap saja dengan handuk
yang sudah hangat
d. Peradangan bawalah ke petugas medis yang
merawatnya
e. Bila anak kejang (stuip) segera dibawa ke
dokter/puskesmas terdekat. Selama dalam perjalanan
diberi kompres air hangat. Perhatian jangan sampai
lidah tergigit bila perlu beri ganjal sapu tangan yang
digulung antara gigi.
f. Pembengkakan dikompres dengan air dingin
• Vaksin Campak ( Morbilli )
1) Vaksin dan jenis vaksin
Vaksin campak mengandung virus campak hidup yang telah dilemahkan.
Vaksin campak yang beredar di Indonesia dapat diperoleh dalam bentuk
kemasan kering dikombinasikan dengan vaksin gondong/bengok (mumps)
dan rubella (campak Jerman ). Di Amerika Serikat kemasan terakhir
terkenal dengan nama vaksin MMR (Measles Mumps Rubella vaccine).
2) Cara Imunisasi
Menurut WHO (1979) imunisasi campak cukup dilakukan dengan 1 kali
suntikan setelah bayi berumur 9 bulan. Lebih baik lagi setelah ia berumur 1
tahun. Karena kekebalan yang diperoleh berlangsung seumur hidup, maka
tidak diperlukan imunisasi ulang lagi. Sebenarnya imunisasi campak dapat
diberikan sebelum bayi berumur 9 bulan, misalnya antara umur 6-7 bulan.
3) Kekebalan
Daya proteksi imunisasi campak sangat tinggi, yaitu 96-99%. Menurut
penelitian kekebalan ini berlangsung seumur hidup sama langgengnya
denagn kekebalan yang diperoleh bila anak terjangkit campak secara
alamiah
• 4) Reaksi imunisasi
Biasanya tidak terdapat reaksi akibat imunisai. Mungkin terjadi
demam ringan dan tampak sedikit bercak merah pada pipi bawah
telinga pada hari ke 7-8 setelah penyuntikan. Mungkin pula terdapat
pembengkakan pada tempat suntikan.
5) Efek samping
Sangat jarang, mungkin dapat berupa kejang yang ringan dan tidak
berbahaya pada hari ke 10-12 setelah penyuntikan. Selain itu dapt
terjadi radang otak (ensefalitis/ensefalopati) dalam waktu 30 hari
setelah imunisasi (sangat jarang yaitu 1 diantara 1 juta suntikan).
6) Kontra Indikasi
Menurut WHO (1963), indikasi kontra hanya berlaku terhadap anak
yang sakit parah, yang menderita TBC tanpa pengobatan, atau yang
menderita kurang gizi dalam derajat berat. Vaksinasi campak juga
sebaiknya tidak diberikan pada anak dengan penyakit gangguan
kekebalan. Juga tidak diberikan pada anak yang menderita penyakit
keganasan atau sedang dalam pengobatan penyakit keganasan.
• Vaksin Hepatitis B
1) Vaksin dan jenis vaksin
Jenis vaksin ini baru dikembangkan setelah diteliti bahwa virus
hepatitis B mempunyai kaitan erat dengan terjadinya penyakit lever.
Vaksin terbuat dari bagian virus hepatitis B yang dinamakan HBsAg,
yang dapat menimbulkan kekebalan tetapi tidak menimbulkan
penyakit.
2) Cara Imunisasi
Imunisasi aktif dilakukan dengan cara pemberian suntikan dasar
sebanyak 3 kali dengan jarak waktu satu bulan antara suntikan 1
dan 2, dan lima bulan antara suntikan 2 dan 3. Imunisasi ulang
diberikan 5 tahun setelah imunisasi dasar. Cara pemberian
imunisasi dasar disesuaikan dengan rekomendasi pabrik
pembuatnya. Khusus bagi bayi yang lahir dari seorang ibu pengidap
virus hepatitis B, harus dilakukan imunisasi pasif memakai
imunoglobulin khusus anti hepatitis B dalam waktu 24 jam setelah
kelahiran.
• 3) Kekebalan
Daya proteksi vaksin hepatitis B cukup tinggi, yaitu berkisar antara
94-96%.
4) Reaksi imunisasi
Reaksi imunisasi yang terjadi biasanya berupa nyeri pada tempat
suntikan, yang mungkin disertai dengan timbulnya rasa panas atau
pembengkakan. Reaksi ini kan menghilang dalam waktu 2 hari.
Reaksi lian yang mungkin terjadi ialah demam ringan.
5) Efek samping
Selama pemakaian 10 tahun ini tidak adanya efek samping yang
berarti. Dan melalui penelitian yang lebih luas WHO tetap
menganjurkan pelaksanaan hepatitis B.
6) Kontra Indikasi
Imunisasi tidak dapat diberikan kepada anak yang menderita
penyakit berat. Dapat diberikan kepada ibu hamil dengan aman dan
tidak akan membahayakan janin. Bahkan akan memberikan
perlindungan kepada janin selama dalam kandungan ibu maupun
kepada bayi selama beberapa bulan setelah lahir
• Ada 2 jenis kekebalan yang bekerja dalam tubuh bayi/anak :
1) Kekebalan Aktif
Ada kekebalan yang dibuat sendiri oleh tubuh untuk menolak terhadap suatu
penyakit tertentu dimana prosesnya lambat tetapi dapat bertahan lama.
Kekebalan aktif dapat dibagi dalam 2 jenis :
a) Kekebalan aktif alamiah, dimana tubuh anak membuat kekebalan sendiri setelah
mengalami/sembuh dari suatu penyakit. Misalnya anak yang telah menderita campak
setelah sembuh tidak akan terserang campak lagi karena dalam tubuhnya telah
terbentuk zat kebal atau antobody terhadap campak.
b) Kekebalan aktif buatan, yaitu kekebalan yang dibuat oleh tubuh setelah mendapat
vaksin (imunisasi), misalnya anak diberi vaksinasi BCG, DPT, Polio, dan lainnya.
2) Kekebalan Pasif
Yaitu tubuh anak tidak membuat zat antibodi sendiri, tetapi kekebalan tersebut
diperoleh dari luar setelah memperoleh zat penolak,sehingga proses cepat tetapi
tidak bertahan lama.
Kekebalan pasif ini dapat terjadi dengan 2 cara :
• Kekebalan pasif alamiah atau
kekebalan pasif bawaan, yaitu
kekebalan yang diperoleh bayi
sejak lahir dari ibunya. Kekebalan
ini tidak berlangsung lama (kira-
kira hanya sekitar 5 bulan setelah
bayi lahir) misalnya defteri,
morbili,tetanus.
b) Kekebalan pasif buatan,
dimana kekebalan ini diperoleh
setelah mendapat suntikan zat
penolak. Misalnya pemberian
vaksinasi ATS (anti tetanus
serum). Pada anak yang
mengalami luka kecelakaan
(serum adalah zat kebal/antibody
yang dibuat oleh tubuh orang lain
atau dari tubuh binatang).
• Dengan dasar reaksi antigen-antibody ini tubuh akan memberikan reaksi
perlawanan terhadap benda-benda asing dari luar(kuman, virus, racun,
bahan kimia) yang mungkin akan merusak tubuh. Dengan demikian anak
terhindar dari ancaman luar. Akan tetapi setelah beberapa bulan/tahun
jumlah zat anti dalam tubuh akan berkurang karena dirombak oleh tubuh,
sehingga imunitas tubuh pun akan menurun. Agar tubuh tetap kebal akan
dilakukan perangsangan kembali oleh antigen, artinya anak tersebut harus
mendapat suntikan/imunisasi ulang.
Satu macam zat kebal atau antibody terbentuk dari satu macam kuman
penyakit yang sudah dilemahkan atau dimatikan (vaksin). Karenanya satu
macam zat kebal hanya ampuh terhadap satu macam jenis penyakit. Jadi
untuk berbagai penyakit diperlukan berbagai macam zat kebal.
Pada dasarnya vaksin dibuat dari :
(1) Kuman yang telak dimatikan,
(2) Zat racun kuman (toksin) yang telah dilemahkan,
(3) Bagian kuman tertentu/komponen kuman yang biasanya berupa protein
khusus.
• Contoh vaksin yang terbuat dari kuman yang dimatikan :
vaksin batuk rejan, vaksin polio jenis salk.
-Contoh vaksin yang terbuat dari kuman hidup yang
dilemahkan : vaksin BCG, vaksin polio jenis sabin,
vaksin campak.
-Contoh vaksin yang dibuat dari racun/toksin kuman
yang dilemahkan (disebut pula toksoid) : toksoid tetanus,
dan toksoid difteria.
-Contoh vaksin yang dibuat dari protein khusus kuman :
vaksin Hepatitis B
• Persyaratan Pemberian Imunisasi
Untuk mempergunakan vaksin, beberapa hal yang harus diperhatikan sbb:
1) Pada bayi dan anak yang sehat
2) Dilarang pada bayi yang sedang sakit
a) Sakit keras
b) Dalam masa tunas suatu penyakit
c) Defesiensi immunologi
3) Vaksin harus baik, disimpan dalam lemari es dan belum lewat masa berlakunya
4) Pemberian imunisasi dengan cara yang tepat
5) Mengetahui jadwal, vaksinasi dengan melihat umur dan jenis imunisasi yang telah
diberikan
6) Meneliti jenis vaksin yang akan diberikan
7) Memperhatikan dosis yang akan diberikan