Anda di halaman 1dari 56

Batuk Pada Bayi

Nama Kelompok

Ketua : Feby Ilviana Hattu


Sekertaris 1 : Marsya Yulinesia Loppies
Sekertaris 2 : Hapsah Faradina Umarella
Anggota : - Michyal H.R Karepesina
- Rahmi Ramli Kubangun
- Mega Rahmanita Bagdad
- Livianti Hukubun
- Joestianto L. Kilmanun
- Helmi F. Lesnussa
- Marcelia Sahetapy
- Elqadosy Sedubun
Skenario

Ibu Rina mengeluh ananknya batuk yang tidak kunjung sembuh. Selama beberapa hari mendapat obat dari
puskesmas, anaknya yang masih bayi sulit sekali minum obat, bahkan setiap minum obat puyer seringkali
dimuntahkan. Untuk memudahkan minum obat oleh ibunya kadang dicampurkan dengan bubur yang bisa
dimakan bayi tersebut. Namun, justru anaknya jadi tidak mau makan.

Ibu Rina membawa kembali ke puskesmas untuk mendapatkan penanganan selanjutnya. Oleh
dokter kemudian ibu Rina diberi resep untuk mengambil obat di apotek terdekat, karena dengan bentuk
puyer anaknya tidak bisa minum.

Sementara dipuskesmas bentuk sediaan dan jenis obat yang dibutuhkan tidak ada karena hanya tersedia
obat essensial sesuai dengan kebijakan pemerintah.

Dokter puskesmas memutuskan memberikan resep tersebut setelah mempertimbangkan aspek


farmakodinamik dan farmakokinetik dari obat. Keputusan tersebut juga telah mempertimbangkan evidence-
based medicine (EMB) sehingga memenuhi kriteria pengobatan yang rasional.

Di apotek ibu Rina mendapatkan obat, tapi dia mengeluh karena harganya sangat mahal.
Menurut keterangan petugas apotek, obat yang diresepkan oleh dokter puskesmas tadi memang mahal
karena bukan obat generik.
STEP 1

Kata Sukar :

1. Obat generik : obat yang tidak dilindungi oleh merek dagang

2. Obat esensial : obat yang dibutuhkan dalam proses terapi

3. Farmakodinamik : cabang ilmu yang mempelajari efek fisiologi dan


mekanisme kerja obat dalam tubuh; apa yang obat kerjakan pada tubuh

4. Farmakokinetik : mempelajari nasib obat dalam tubuh. Dimana obat di


absorbsi (diserap), distribusi, metabolisme/biotransformasi dan eksresi;
apa yang tubuh

5. Evidence-based medicine : pengobatan berbasis bukti dari penelitian


terapi. Yang dimana berupa penetalaksanaan yang terus di upgreat
6. Obat puyer : obat yang berbentuk serbuk. Dimana obat
serbuk terbuat dari obat tablet yang dihaluskan
Kata kunci :
1. Batuk
2. Minum obat puyer sering kali dimuntahkan
3. Kriteria pengobatan yang rasional
4. Harga obat yang sangat mahal
5. Mempertimbangkan EMB
STEP 2

Identifikasi Masalah

1. Bagaimana kriteria pengobatan yang secara rasional ?

2. Apa perbedaan obat generik dan obat merek dagang?

3. Apakah ada penenganan non-farmakologi yang dapat dilakukan pada anak ini?

4. Apakah cara pengobatan anak ini sudah termasuk rasional atau belum?

5. Mengapa setiap kali minum obat puyer anak tersebut sering memuntahkan obat
tersebut

6. Bagaimana proses-proses yang dilakukan tubuh pada obat. Jelaskan!

7. Obat esensial macam apakah yang dibutuhkan anak ini sesuai scenario. Dan
bagaimana farmakodinamik dan farmakokinetik pada tubuh anak ini?
8. Obat apa yang cocok diberikan pada anak ini selain obat puyer?
9. Apakah ada obat lain yang juga dapat menyembuhkan anak tersebut
selain obat yang mahal tersebut
10. Bagaimana dosis obat esensial yang diberikan pada anak?
11. Adakah perbedaan obat esensial dan obat non-esensial?
12. Kenapa pada saat ibu tersebut mencampurkan obat dengan bubur,
anak tersebut justru tidak mau makan.
13. Apakah ibu tersebut bisa membeli obat mhal tersebut dengan uang
yang seadanya tetapi dengan dosis yang dikurangi
STEP 3

Analisa Masalah
1. Harus berdasarkan indikasi, dosis, harga, dan sesuai penyakit; obat dikatakan
rasional bila : tepat indikasi , obat , pemberian, jumlah,

2. Ada beberapa perbedaan obat generic dan obat dagang sepert Kode GB dan
GBL untuk generic sedangkan DL dan DKL untuk obat dagang

3. Mungkin ada, jika dalam keadaan darurat, seperti fitofarmarka (dari bahan-
bahan alam seperti jahe)

4. Obat dikatakan rasional bila tepat indikasi, pemakaian dan jumlah tetap. Sesuai
scenario, anak ini belum rasional, obat rasional pertimbangkan harga. Belum
rasional karna tidak pertimbangkan harga

5. Tidak tepat pada jumlah dan cara pemakaian


6. Farmakokinetik  pada saat obat masuk senyawa-senyawa tersebut berikatan
dengan obat untuk memperkuat senyawa untuk menahan tidak terjadinya inflamasi
pada tubuh; ada 4 proses absorbsi  di usus halus karna permukaan halus,
distribusi dalam sirkulasi dalam aliran darah dengan protein plasma-albumin –
obat kejaringan , metabolisme  terjadi dihati, dan eksresi  diginjal ada filtrasi
di glomerulus & seksresi tubulus dan lien; distribusi ada 2 fase yaitu pada organ
seperti jantung, hati , ginjal dan otak selain itu ke organ lebih luas seperti otot,
kulit dan visceral

7. farmakodinamik  tempat kerja obat, meknisme dan apa yang dibentuk. Ada
agonis harus berhub dengan reseptor dan antagonis terikatan obat dengan
mencegah reseptor berikatan dengan molekul lain

8. berikan obat sirup


9. untuk mengganti dengan obat yang murah berpatokan pada EBM. Mahal tidaknya
obat tergantung dari dosis dari obat; mahal bisa diganti dengan obat generic, dokter
bisa memberikan obat generic agar harga obat lebih murah
10. pemberian obat yang rasional ada kaitan dengan obat esensial, dimana pemberian
obat diberikan sesuai dengan berat badan anak tersebut
11. obat esensial obat yang pertma kali diberikan untuk meredakan keluhan.
Sedangkan non-esensial obat yang membantu mempercepat penyembuhan (contoh :
vitamin)
12. mungkin karna rasa dari bubur tersebut sudah berbeda sehingga anak tersebut tidak
lagi berselera makan
13. Tidak bisa
Step 4

Klarifikasi Masalah dan Mind Mapping

3. Jahe bukan fitofarmako tapi jamu; obat herbal


punya efek samping yang lebih menguntungkan.
Yang dimaksud keadaan darurat seperti di daerah
terpencil dimana persediaan obat kurang jadi
gunakaan obat herbal.
Obat

Bayi

Batuk

Dosis Kebijakan
Klasifikasi Mekanisme
Mekanisme obat kerja obat dan
obat
batuk regulaisi
obat

-Obat esensial
- Obat non esensial -Farmakokinetik
- Obat generik -Farmakodinamik
- Obat paten
STEP 5

Learning Objective

1. Menjelaskan prinsip farmakodinamik dan farmakokinetik

2. Menjelaskan kriteria pengobatan rasional

3. Menjelaskan penanganan non-farmakologi dan farmakologi

4. Menjelaskan cara penulisan resep obat

5. Menjelaskan cara menghitung dosis pada bayi (Usia : 9 bln,bb : 10 kg)


6. Menjelaskan kebijakan,regulasi dan distribusi

7. Menjelaskan bentuk sediaan obat

8. Menjelaska mekanisme batuk dan pemberian obat untuk atasi batuk

9. Menjelaskan mengenai obat esensial

10. Menjelaskan mengenai obat generik dan obat paten

11. Menjelaskan data obat batuk yang beredar di pasaran (lihat isi dan
zat aktif)

12. Menjelaskan klasifikasi obat dengan logo


a. Farmakodinamik

Neal,J.M. At a Glance Farmakologi Medis. Ed 5. Jakarta: Penerbit Erlangga.


b. Farmakokinetik

Absorpsi Usus Halus Sirkulasi

Distribusi Sirkulasi Jaringan


Farmakokinetik

Biotransformasi/
Metabolisme
Hati

Eskresi obat Ginjal


Neal,J.M. At a Glance Farmakologi Medis. Ed 5. Jakarta: Penerbit Erlangga.
2005. hal.12
Menurut World Health Organization
(WHO) tahun 1985 : penggunaan
obat rasional bila :
1. Pasien menerima obat yang sesuai
dengan kebutuhannya.
2. Periode waktu yang tidak adekuat.
3. Harga yang Terjangkau.
1. Tepat diagnosis 5. Tepat penilaian kondisi
2. Tepat indikasi penyakit pasien
3. Tepat pemilihan obat 6. Waspada efek samping
4. Tepat dosis : 7. Efektif, aman, mutu
a. Tepat jumlah terjamin, tersedia setiap
b. Tepat cara pemberian saat, harga terjangkau
c. Tepat interval waktu 8. Tepat tindak lanjut
pemberian 9. Tepat penyerahan obat
d. Tepat lama pemberian
10. Pasien patuh terhadap
pengobatan.
a. Farmakologi
 Tatalaksana farmakologi pada batuk dikenal sebagai obat
utama dan obat suportif.
 Yang termasuk obat utama adalah antibiotik, bronkodilator,
dan anti inflamasi.
 Sedangkan yang termasuk suportif adalah mukolitik dan
antitusif.
 Pada batuk kronik dengan penyebab utama infeksi bakteri
maka pengobatan utamanya adalah antibiotik.
 Jenis antibiotik yang diberikan tergantung dugaan etiologinya.
 Penyebab batuk kronik yang sering adalah asma sehingga
pengobatan utama pada saat serangan asma adalah
bronkodilator.
 Bronkodilator yang sering digunakan pada serangan asma
adalah salbutamol, terbutalin, prokaterol, dan ipratropium
bromida, sedangkan pada tatalaksana jangka panjang adalah
formoterol, salmeterol, dan bambuterol.
 Pada batuk kronik yang didasari inflamasi sebagai faktor
etiologi seperti rinitis alergika dan asma pemberian
antiinflamasi merupakan pilihan utama.
 Pada rinitis alergika antiinflamasi yang dianjurkan adalah
kortikosteroid intranasal selama 4-8 minggu.
 Pemberian kortikosteroid intranasal juga diberikan pada
rinosinusitis yang disertai dengan alergi selama 3 minggu.
 Penggunaan antiinflamasi untuk asma terbagi dalam 2
kelompok besar, yaitu untuk tatalaksana serangan asma dan
tatalaksana di luar serangan asma.
 Untuk mengatasi serangan asma, antiinflamasi
(kortikosteroid) yang digunakan umumnya sistemik yaitu
pada serangan asma sedang dan serangan asma berat.
 Pemberian kortikosteroid pada asma di luar serangan
diberikan secara inhalasi yaitu pada asma episodik sering dan
asma persisiten.
 Pada keadaan tersebut umumnya kortikosteroid inhalasi
dikombinasikan dengan long acting beta-2 agonist.
 Selain pengobatan utama beberapa kasus diberikan obat
suportif seperti mukolitik dan antitusif.
 Cara kerja mukolitik ada beberapa mekanisme yaitu
meningkatkan ketebalan lapisal sol, mengubah viskositas
lapisan gel, menurunkan kelengketan lapisan gel, dan
meningkatkan kerja silia.
 Antitusif perlu dipertimbangkan pada kasus pertusis yang
dapat terjadi apnea akibat batuk yang berat sehingga tidak
dapat inspirasi karena batuknya.
 Antitusif merupakan obat suportif lain yang diberikan pada
batuk kronik tetapi penggunaan antitusif terutama bagi anak-
anak harus dipertimbangkan secara hati-hati.
 Pemberian antitusif justru akan membuat sputum tidak dapat
keluar karena menekan refleks batuk yang dibutuhkan untuk
mengeluarkan sputum selain antitusif pun dapat menurunkan
kerja silia.
b. Non farmakologi

 Selain tatalaksana farmakologik diperlukan pula


penatalaksanaan non farmakologi seperti pencegahan
terhadap alergen, pengendalian lingkungan, dan hidrasi yang
cukup.
 Pada penyakit yang hanya timbul akibat adanya pajanan
alergen maka faktor pencegahan terhadap alergen merupakan
hal yang harus dilakukan misalnya pencegahan terhadap asap
rokok, tungau debu rumah, atau makanan tertentu yang
menyebabkan alergi.
 Selain itu pengaturan lingkungan seperti kebersihan
lingkungan dan pengaturan suhu serta kelembaban merupakan
hal yang perlu diperhatikan. Dengan suasana lingkungan yang
baik maka tatalaksana batuk kronik menjadi lebih baik.
 Hidrasi yang cukup dapat berperan sebagai faktor yang
memudahkan terjadinya pengeluaran sekret lebih baik.
 Dengan hidrasi yang cukup dapat mengubah ketebalan
lapisan sol dan menurunkan viskositas lapisan gel serta
menurunkan kelengketan lapisan gel sehingga proses
pengeluaran sekret menjadi lebih mudah.
Penulisan resep yang lengkap harus terdiri dari:
1. Inscriptio : nama dokter, alamat, SIP, kota, tanggal, R/
(recipe)
2. Prescriptio : nama obat, bentuk obat, jumlah obat,
cara pembuatan
(kalo racikan), dll
3. Signatura : cara pemakaian, jumlah obat, waktu
minum
4. Pro : nama pasien, umur, BB (terutama anak2),
alamat (kalau obat
mengandung narkotika)
5. Subscriptio : paraf atau tanda tangan (kalau obatnya
narkotika)
1. Rumus young:

2. Rumus fried :
Misalnya usia bayi 9 bulan dengan dosis dewasa
500 mg( amoxicilin).

Rumus fried =

= 30 mg
Berat Perkiraan Luas Persentase dosis
badan umur permukaan dewasa
(kg) (m2)
3 Neonatus 0,2 12
6 3 bulan 0,3 18
10 1 tahun 0,45 28
20 5,5 tahun 0,8 48
30 9 tahun 1 60
40 12 tahun 1,3 78
50 14 tahun 1,5 90
60 Dewasa 1,7 102
70 Dewasa 1,76 103
Diproduksi ulang atas izin dari Silver HK, Kempe Ch, Bruyn HB: Handbook of Pediatrics, edisi ke 14.
Diterbitkan pertama kali oleh Lange Medical Publications. Hak cipta © 1983 oleh McGraw-Hill
Companies, Inc.
SARANA
PRODUKSI/DISTRIBUTOR

SARANA PENYALURAN
(PBF)

SARANA PELAYANAN
SARANA PELAYANAN SARANA PELAYANAN
(INSTALASI FARMASI,
(APOTEK) (TOKO OBAT)
PRAKTEK BERSAMA)

RUMAH SAKIT/KLINIK
(TANPA APOTEKER)
www.farmasi.unud.
ac.id
1. Pekerjaan kefarmasiaan dalam pengadaan, produksi,
distribusi, dan pelayan sediaan farmasi harus dilakukan
oleh tenaga kesehatan yangmempunyai keahlian dan
kewanangan untuk itu

2. Ketentuan mengenai pelaksanaan pekerjaan


kefarmasian sebagaimandimaksud dalam ayat (1)
ditetapkan dengan peraturan pemerintahan
BAB IV
PEREDARAN
Ada 5 BAGIAN
1. Umum
Terdiri atas 3 pasal
a. Berisikan penjelasan peredaran sediaan farmasi dan alat kesehatan terdiri dari penyaluran dan
penyerahan
b. Dilaksanakan dengan memperhatikan upaya pemeliharaan mutu
c. Setiap pengangkutan dalam rangka peredaran harus disertai dokumen sediiaan farmasi dan alat
kesehatan dan bertanggung jawab atas kelengkapannya
2. Izin edar
Terdiri atas 3 pasal
a. farmasi dan alat kesehatan dapat diedarkan setelah memperoleh izin edar dari Mentri
b. Untuk memperoleh izin edar harus diuji dari segi mutu, keamanan, dan manfaat.
3. Pengujian sediaan farmasi dan alat kesehatan
a. Terdiri atas 3 pasal
b. Pengujian sediaan farmasi dan alat kesehatan untuk menguji mutu, keamanan dan manfaat.
c. Sediaan farmasi dan alat kesehatan yang lulus mendapat izin edar serta mentri menjaga kerahasiian data
sediaan farmasi dan alat kesehatan tersebut.
4. Penyaluran
Terdiri atas 1 pasal
Penyaluran sediaan farmasi dan alat kesehatan hanya dapat dilakukan oleh badan usaha yang telah memiliki
izin untuk menyalurkan sediaan farmasi dan alat kesehatan dan sediaan farmasi berupa obat
tradisional dan kosmetik.
5. Penyerahan
Terdiri atas1 pasal
a. Penyerahaan sediaan farmasi dan alat kesehatan dilakukan dalam pelayanan kesehatan dan kepentingan
ilmu pengetahuan.
b. Dalam pelayanan kesehatan, sediaan farmasi dan alat kesehatan dapat dilakukan berdasarkan resep
dokter maupun tanpa resep dokter
1. Tablet
2. Cairan
3. Serbuk
4. Sirup
5. Salep
6. Krim
7. Kapsul
8. Implant
jenis Keterangan
Larutan Cair Satu atau lebih dari satu obat dilarutkan di
dalam air

Suspensi cair Satu atau lebih dari satu obat yang dilarutkan
dengan baik dalam cairan misalnya air

Kapsul Obat dalam bentuk cair, bubuk atau minyak


dengan dibungkus gelatin

Krim Suatu obat semi padat untuk dipakai di kulit


Jenis Keterangan

Eliksir Larutan manis berbau harum dari alkohol


yang dipakai untuk campuran/penghantar
obat
Lozenge Obat dalam bentuk datar, padat/oval yang
lumat sewaktu ditaruh di mulut

Ointment/salep Suatu atau lebih dari satu obat dalam bentuk


semi padat untuk dipakai di kulit atau
selaput lendir
Pil Satu atau lebih dari satu obat yang dicampur
dengan bahan kohesif dalam bentuk lonjong
bulat atau lempengan
Spirit Larutan yang dikonsentrasi dalam alkohol
yang mudah menguap

aekstrak Suatu konsentrasi obat terbuat dari binatang


atau tumbuh-tumbuhan
Jenis Keterangan
Ekstraksi cair Suatu obat cair yang mengandung
alkohol terbuat dari tumbuh-tumbuhan

Gel / Jelly Obat semi padat yang jernih dan


tembus cahaya yang mencair sewaktu
dioleskan di kulit
Losion Cairan emoli yang jernih dipakai di
kulit
Supositoria Obat yang dibungkus dengan gelkatin
dan berbentuk khas agar dapat di
masukan ke dalam
sirup Larutan obat yang manis (untuk obat
yang rasanya tidak enak)
Tablet Obat bubuk yang didapatkan dalam
bentuk lonjong atau lempengan
8. Mekanisme batuk

Fase Inspirasi/Inpulsi Fase Kompresi Fase Ekspirasi/ Ekspulsi


Inspirasi dalam Penutupan glotis Glotis terbuka mendadak
Vol.Paru meningkat Udara dalam paru Pengeluaran udara cepat,
tertekan diikuti sekret / bahan lain
 Generik : Bukan merek dagang;
menunjukan nama obat yang tidak diberi
merek dagang; biasanya menggambarkan
struktur kimianya.(Dorland)
Ex : Untuk DM , Metformin
 Paten : Obat yang memakai nama
dagang tertentu, di Indonesia aturan
mengenai obat paten diatur dalam UU No
14 tahun 2001
Ex : Untuk DM , Glucophage
NAMA Dosis ZAT AKTIF
OBAT
Hufagrip BP • > 12 th: sehari 3 x 2 sendok teh. Dekstrometorphan
• Anak 6-12 th: sehari 3 x 1 sendok Pseudoephedrine HCl
teh. dan CTM.
• Anak 2-6 th: sehari 3 x 1/2
sendok teh,.
• Anak di bawah 2 th: menurut
petunjuk dokter.

Bisolvon KID • Dewsa dan Anak > 10 tahun: 3 x Bromhexine


10 ml per hari. hydrochloride
• Anak 5 - 10 tahun: 3 x 5 ml per
hari.
• Anak 2 - 5 tahun: 2 x 5 ml per
hari.
Atau menurut petunjuk dokter.

Actived plus  Dewasa & anak > 12 thn 3 x Tripolidine HCL,


Expectorant sehari 2 sdt. Pseudoephedrine HCl
 Anak 6-12 thn 3x sehari 1 sdt. dan Guanifenesin.
Anak 2-6 thn 3x sehari 1/2 sdt
Menurut WHO
Definition
Essential medicines are those that satisfy
the priority health care needs of the
population
Obat esensial adalah obat pilihan yang paling
dibutuhkan untuk pelayanan kesehatan bagi
masyarakat terbanyak, mencakup upaya
diagnosis, polifilaksis, terapi dan rehabilitasi
yang harus selalu tersedia di unit pelayanan
kesehatan sesuai dengan fungsi dan
tingkatannya.
1. Analgesik narkotik :kodein
Analgesik non-narkotik : parasitamol
2. Anestetik lokal :etil klorida
Anastesi umum dan oksigen : ketamin
Obat utk prosedur preoperatif : diazepam
3.Anti alergi dan obat untuk anafilaksis :
deksametason
4.Antidot dan obat lain utk keracunan :
khusus(atropin), umum (karbon aktif)
5.Antiepilepsi-antikonfulsing :diazepam
6. Antiinfeksi:
Antitelmintik : abendasol
Antibakteri : ampisilin, amoksisilin
Antiinfeksi khusus : rifampisin (lepra)
Antiprotozoa : doksisiklin
Antivirus : asiklovir (antiherpes)

7.Antimigren:
Provilaksis : propanolol
Serangan akut : ergotamin 1mg+ kafein 50 mg

Dan obat-obat yang lain yaitu:


Antiparkinson,antianemia,obat mempengaruhi koagulasi, obat
mata, tes kulit, antiseptik, disinfektan,obat dan bahan untuk gigi
dan mulut,obat kardiovaskuler,dan antiinflamasi

Anda mungkin juga menyukai