Anda di halaman 1dari 22

RSUD SEKARWANGI 2015

REFERAT

“FIXED DRUG ERUPTION”


PEMBIMBING : dr. Hj. SENIWATY ISMAIL, SpKK., FINSDV
DISUSUN OLEH : Nur Aisyah Sudarmin Amin
PENDAHULUAN

• Obat adalah bahan kimia yang digunakan untuk


pemeriksaan, pencegahan dan Pengobatan
suatu penyakit atau gejala.
• Selain manfaatnya obat dapat menimbulkan
reaksi yang tidak diharapkan yang disebut
reaksi simpang obat.
• Reaksi simpang obat dapat mengenai banyak
organ antara lain paru, ginjal, hati dan sumsum
tulang tetapi reaksi kulit merupakan
manifestasi yang tersering
DEFINISI

• Fixed drug eruption (FDE)/ Eksantema fikstum/ Fixed


exanthema.1
• adalah reaksi alergi pada kulit atau daerah mukokutan
yang terjadi akibat pemberian atau pemakaian jenis
obat-obatan tertentu yang biasanya dikarakteristik
dengan timbulnya lesi berulang pada tempat yang sama
dan tiap pemakaian obat akan menambah jumlah dari
lokasi lesi.
EPIDEMIOLOGI

• Sekitar 10% FDE terjadi pada anak dan dewasa,


usia paling muda yang pernah dilaporkan adalah
8 bulan.
• FDE (63%), sebagai manifestasi klinis erupsi
alergi obat terbanyak dari 58 kasus bayi dan
anak, disusul dengan erupsi eksantematosa
(3%) dan urtikaria (12%).
• Jumlah kasus bertambah dengan meningkatnya
usia, hal tersebut mungkin disebabkan pajanan
obat yang bertambah.
ETIOPATOGENESIS

• Banyak obat yang dilaporkan dapat


menyebabkan FDE.

• Yang paling sering dilaporkan adalah


phenolpthalein, barbiturate, sulfonamide,
tetrasiklin, antipiretik pyrazolone dan obat
anti inflamasi non steroid.
ETIOPATOGENESIS

• Reaksi kulit terhadap obat dapat terjadi melalui


mekanisme imunologik atau non imunologik. Yang
dimaksud dengan erupsi obat adalah alergi terhadap
obat yang terjadi melalui mekanisme imunologik.
• Hal ini terjadi pada pemberian obat kepada pasien
yang sudah mempunyai hipersesitivitas terhadap obat
tersebut.disebabkan oleh berat molekulnya yang
rendah, biasanya obat itu berperan pada mulanya
sebagai antigen yang tidak lengkap
Obat anti bakteri Metronidazole Ibuprofen
Sulfonamid Clioquinol Phenolpthalein
Tetrasiklin Barbiturat dan tranquilizer lainnya Codein

Penisilin Derivat Barbiturat Hydralazin


Ampisilin Opiat Oleoresin
Amoksisilin Chloral hidrat Symphatomimetic
Eritomisin Benzodiazepine Symaphatolitic
Trimethoprim Chlordiazepoxide Parasymphatolitic
Nistatin Antikonvulsan Hyoscine butylbromid
Griseofulvin Dextromethophan Magnesium hydroxide
Dapson Obat anti inflamasi non steroid Magnesium trisilicate
Arsen Aspirin Anthralin
Garam Merkuri Oxyphenbutazone Chlorthiazone
P amino salicylic acid Phenazone Chlorphenesin carbamae

Thiacetazone Metimazole Berbagai penambah rasa makanan


MANIFESTASI KLINIS

• FDE dapat timbul dalam waktu 30 menit sampai 8 jam setelah


ingesti obat secara oral.
• Lesi berupa makula oval atau bulat, berawarna merah atau
keunguan, berbatas tegas, seiring dengan waktu lesi bisa menjadi
bula, mengalami deskuamasi atau menjadi krusta.
• Timbulnya kembali lesi ditempat yang sama menjelaskan arti kata
“fixed” pada nama penyakit tersebut.
• Tempat paling sering adalah bibir dan genital
• Gejala lokal meliputi gatal dan rasa terbakar , jarang dijumpai
gejala sistemik. Tidak dijumpai pembesaran kelenjar getah bening
regional. Lesi pada FDE jika menyembuh akan meninggalkan bercak
hiperpigmentasi post inflamasi yang menetap dalam jangka waktu
lama.
MANIFESTASI KLINIS

Ukuran lesi bervariasi mulai dari lentikuler


sampai plakat. Lesi awal biasanya soliter,
tapi jika penderita meminum obat yang
sama maka lesi yang lama akan timbul
kembali disertai dengan lesi yang baru.
Namun jumlah lesi biasanya sedikit.
Timbulnya kembali lesi ditempat yang sama
menjelaskan arti kata “fixed” pada nama
penyakit tersebut. 2
MANIFESTASI KLINIS

• Karateristik dari lesi awal adalah makula


berbatas tegas, berbentuk bulat atau oval,
muncul dalam beberapa jam setelah
mengkonsumsi obat yang terlibat.
• Awalnya eritema, kemudian kehitaman merah.
Paling umum, lesi adalah soliter dan dapat
menyebar menjadi cukup besar, tetapi lesi dapat
multiple dengan distribusi yang beragam.
MANIFESTASI KLINIS

• Lesi menjadi edematous, sehingga membentuk plak,


yang dapat berkembang menjadi bulla dan kemudian
menjadi erosi. Lesi yang erosi, terutama pada genital
atau mukosa oral, terasa cukup nyeri. Setelah
penyembuhan, tampak hiperpigmentasi coklat tua
dengan warna violet.
• Kulit genital, merupakan bagian yang sering terlibat,
tetapi bagian lainpun mungkin terlibat, seperti : perioral,
periorbital. Bisa muncul pada konjungtiva, orofaring
Gambar 1. Gambaran FDE Pada Bibir
Gambar 2 dan 3. Fixed Drug Eruption oleh:
• 2. Tetrasikline. Dua plak berbatas tegas dengan edema pada periorbital. Ini adalah
episode kedua yang mengikuti setelah penggunaan tetrasikline. Tidak ada lesi lain yang
muncul.
• 3. Tylenol. Lesi oval besar kehitaman dengan dengan bagian tengah yang melepuh. Lesi
mulut erosif juga tampak.8
Gambar 4 dan 5. Fixed Drug Eruption oleh:
• 4. Phenolpthalein. Tampak area eritama dan kehitaman yang luas yang menutupi seluruh
area inguinal dan suprapubik dan meluas ke bagian paha atas. Hal ini diikuti dari konsumsi
laksatif yang mengandung phenolphthalein.
• 5. Doksisiklin. Lesi multipel. Tampak plak kehitaman yang serupa pada tungkai bawah
anterior dan posterior .
DIAGNOSIS

• Anamnesis :
– Adanya hubungan antara timbulnya erupsi dengan penggunaan
obat dan diketahui mengenai :
• obat-obatan yang didapat
• kelainan timbul secara akut atau dapat juga beberapa hari sesudah
masuknya obat.
• rasa gatal yang dapat pula disertai demam yang biasanya subfebril.
• Kelainan Klinis :
– Adanya kelainan klinis berupa lesi yang selalu timbul pada
tempat yang sama akibat pemaparan obat. Penghentian obat
yang diikuti penurunan gejala klinis merupakan petunjuk
kemungkinan erupsi disebabkan oleh obat tersebut.
DIAGNOSIS

• Pemeriksaan Penunjang :

1. BIOPSI KULIT
2. HISTOPATOLOGI
3. UJI TEMPEL
4. UJI PROVOKASI ORAL
PENATALAKSANAAN

a. Pengobatan kausal
– Dilaksanakan dengan menghindari obat tersangka (apabila obat
tersangka telah dapat dipastikan). Dianjurkan pula untuk menghindari
obat yang mempunyai struktur kimia mirip dengan obat tersangka (satu
golongan).
b. Pengobatan sistemik
– Kortikosteroid
• Pemberian kortikosteroid sangat penting pada alergi obat sistemik. Dosis standar
untuk fixed drug eruption pada orang dewasa ialah 3 x 10 mg prednisone sehari.
Untuk lesi mukosa luas, umum, dan sangat menyakitkan, oral prednisone 1 mg /
kg berat badan diturunkan selama pemberian dari 2 minggu.
– Antihistamin
• Antihistamin yang bersifat sedatif dapat juga diberikan, jika terdapat rasa gatal.
Kecuali pada urtikaria, efeknya kurang bila dibandingkan dengan kortikosteroid
PENATALAKSANAAN

c. Pengobatan topikal
– Pengobatan topikal bergantung pada keadaan kelainan
kulit, apakah kering atau basah. Pada FDE, jika kelainan
membasah dapat diberi kompres dan jika kering dapat
diberi krim kortikosteroid, misalnya krim hidrokortison 1%
atau 2 ½ %.1,3,4,7
– Identifikasi dari obat penyebab FDE dilakukan apabila
hanya 1 obat yang digunakan biasanya kita mencurigai
beberapa obat sebagai petunjuk yang kita gunakan adalah
mengetahui kronologis pemberian obat-obatan tersebut.
Hanya obat-obatan yang baru digunakan (8-21 hari) yang
dimasukkan dalam daftar yang dicurigai.
PENATALAKSANAAN
– Identifikasi yang jelas dari obat penyebab dan catatan
tertulis tentang obat-obat penyebab yang diberikan
pada pasien oleh dokter merupakan langkah
pencegahan yang sangat penting.
– Pemberian obat spesifik (kortikosteroid, obat-obatan
imunosupresif/ terapi anti sitokin, immunoglobulin)
seharusnya tidak diberikan sesuai standar pemberian
obat sebelum terdapat bukti efisiensi penggunaannya
terhadap pasien, kadang-kadang penggunaan obat-
obatan tersebut dapat berbahaya bagi pasien.9
DIAGNOSIS BANDING
• Diagnosis banding FDE di antaranya
adalah :

1. eritema multiforme

2. Post-Inflammatory Hiperpigmentasi
(PIH)
PROGNOSIS

• Prognosis umumnya baik. Pada dasarnya erupsi kulit


karena obat akan menyembuh jika obat penyebabnya
dapat diketahui dan disingkirkan. FDE reda dalam
beberapa minggu menarik obat. Berulang dalam
beberapa jam setelah konsumsi dosis tunggal obat
DAFTAR PUSTAKA
• Menaldi Sri. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi 7. Jakarta
: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2015.
• Partogi D. Fixed Drug Eruption. 2008 [cited 2017 Mar 2].
Available from: Universitas Sumatra Utara, Web site:
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3411/1/08E00
858.pdf
• Robin Graham Brown and Tony Burns. Lecture Notes on
Dermatology. Eigth Edition. Jakarta : Penerbit Erlangga.
2005.
• Waikato H. Fixed Drug Eruption. 2012 [cited 2017 Mar 2].
Available from: http://www.dermnetnz.org/reactions/fixed-
drug-eruption.html
• Goldsmith, LA, Katz, SI, Gilchrest, BA, Paller, AS, Leffell, DJ,
Wollf, K. Fitzpatrick’s dermatology in general medicine. 8th
ed. New York: McGraw-Hill; 2012. 566-568p.

Anda mungkin juga menyukai