Anda di halaman 1dari 7

Berdirinya Kerajaan

Berdirinya Kerajaan
Pulau Gapi (kini Ternate) mulai ramai di awal abad ke-13. Penduduk
Ternate awal merupakan warga eksodus dari Halmahera. Awalnya di
Ternate terdapat 4 kampung yang masing - masing dikepalai oleh
seorang momole (kepala marga). Merekalah yang pertama–tama
mengadakan hubungan dengan para pedagang yang datang dari segala
penjuru mencari rempah–rempah. Penduduk Ternate semakin heterogen
dengan bermukimnya pedagang Arab, Jawa, Melayu dan Tionghoa. Oleh
karena aktivitas perdagangan yang semakin ramai ditambah ancaman
yang sering datang dari para perompak maka atas prakarsa Momole Guna
pemimpin Tobona diadakan musyawarah untuk membentuk suatu
organisasi yang lebih kuat dan mengangkat seorang pemimpin tunggal
sebagai raja.
Semakin besar dan populernya Kota Ternate, sehingga kemudian orang
lebih suka mengatakan kerajaan Ternate daripada kerajaan Gapi. Di
bawah pimpinan beberapa generasi penguasa berikutnya, Ternate
berkembang dari sebuah kerajaan yang hanya berwilayahkan sebuah
pulau kecil menjadi kerajaan yang berpengaruh dan terbesar di bagian
timur Indonesia khususnya Maluku.
Nama Raja
Kolano dan Sultan Ternate Masa jabatan
Baab Mashur Malamo 1257 - 1277
Jamin Qadrat 1277 - 1284
Komala Abu Said 1284 - 1298
Bakuku (Kalabata) 1298 - 1304
Ngara Malamo (Komala) 1304 - 1317
Patsaranga Malamo 1317 - 1322
Cili Aiya (Sidang Arif Malamo) 1322 - 1331
Panji Malamo 1331 - 1332
Syah Alam 1332 - 1343
Perkembangan dan Kejayaan
Perlakuan Portugal terhadap saudara–saudaranya membuat Sultan
Khairun dan rakyat geram dan bertekad mengusir Portugal dari Maluku.
Namun kedudukan Portugal kala itu sudah sangat kuat, selain memiliki
benteng dan kantong kekuatan di seluruh Maluku mereka juga memiliki
sekutu–sekutu suku pribumi yang bisa dikerahkan untuk menghadang
Ternate. Dengan adanya Aceh dan Demak yang terus mengancam
kedudukan Portugal di Malaka, Portugal di Maluku kesulitan mendapat
bala bantuan hingga terpaksa memohon damai kepada Sultan Khairun.
Secara licik gubernur Portugal, Lopez de Mesquita mengundang Sultan
Khairun ke meja perundingan dan akhirnya dengan kejam membunuh
sultan yang datang tanpa pengawalnya.
Pembunuhan Sultan Khairun semakin mendorong rakyat Ternate untuk
menyingkirkan Portugal, bahkan seluruh Maluku kini mendukung
kepemimpinan dan perjuangan Sultan Baabullah (1570-1583), pos-pos
Portugal di seluruh Maluku dan wilayah timur Indonesia digempur.
Setelah peperangan selama 5 tahun, akhirnya Portugal meninggalkan
Maluku untuk selamanya pada tahun 1575.
Di bawah pimpinan Sultan Baabullah, Ternate mencapai puncak
kejayaan, wilayah membentang dari Sulawesi Utara dan Tengah di bagian
barat hingga Kepulauan Marshall di bagian timur, dari Filipina Selatan di
bagian utara hingga kepulauan Nusa Tenggara di bagian selatan.
Sultan Baabullah dijuluki penguasa 72 pulau yang semuanya berpenghuni
hingga menjadikan Kesultanan Ternate sebagai kerajaan Islam terbesar di
Indonesia timur, di samping Aceh dan Demak yang menguasai wilayah
barat dan tengah Nusantara kala itu. Periode keemasaan tiga
Keruntuhannya
Kemunduran Kerajaan Ternate disebabkan karena diadu
domba dengan Kerajaan Tidore yang dilakukan oleh bangsa
asing ( Portugis dan Spanyol ) yang bertujuan untuk
memonopoli daerah penghasil rempah-rempah tersebut.
Setelah Sultan Ternate dan Sultan Tidore sadar bahwa
mereka telah diadu domba oleh Portugis dan Spanyol,
mereka kemudian bersatu dan berhasil mengusir Portugis
dan Spanyol ke luar Kepulauan Maluku. Namun kemenangan
tersebut tidak bertahan lama sebab VOC yang dibentuk
Belanda untuk menguasai perdagangan rempah-rempah di
Maluku berhasil menaklukkan Ternate dengan strategi dan
tata kerja yang teratur, rapi dan terkontrol dalam bentuk
organisasi yang kuat.

Anda mungkin juga menyukai