Anda di halaman 1dari 27

ANALISA PERBANDINGAN BIAYA

PENGGUNAAN PLAT LANTAI KONVENSIONAL


DENGAN PLAT LANTAI PRESLAB

NAMA : Rizky Yulianto


NIM : 41116320069
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG

Pembangunan dalam bidang konstruksi di Indonesia dari tahun ke tahun semakin berkembang. Baik dari segi
desain maupun metode/sistem konstruksi yang dilakukan. Oleh karena itu diperlukan banyak penelitian tentang
bagaimana mewujudkan bangunan dengan material yang ekonomis dan pelaksanaan yang efieisen.
Dalam pelaksanaaanya ada beberapa metode yang dipakai dalam membuat konstruksi plat lantai.
Diantaranya adalah metode konvensional dan preslab. Pengertian plat lantai konvensional adalah beton yang
langsung dicor pada lokasi elemen struktur yang direncanakan. Sedangkan plat lantai preslab adalah elemen
struktur beton yang dicor dan dirawat (curing) di lokasi lain, misal workshop atau pabrik (bukan di tempat
elemen struktur beton itu akan dipasang).
Salah satu proyek yang menggunakan metode plat lantai konvensional dan plat lantai preslab adalah Proyek
Apartemen Riverview Residence Tower Mahakam di Jababeka. Pelaksanaan pembanguna Proyek Apartemen
Riverview Residence Tower Mahakam ini di kerjakan oleh PT.PP Urban sebagai main kontraktor untuk
melaksanakan pekerjaan struktur.
Proyek pembangunan My Tower Apartement menjadi menarik untuk dikaji sehingga dapat dilakukan analisis
perbandingan pekerjaan pelat lantai menggunakan sistem konvensional dan sistem precast half slab dari segi
waktu pelaksanaan dan pemakaian dari masing-masing metode terlepas dari segala keunggulan dan kekurangan
metode tersebut.
1.2 IDENTIFIKASI MASALAH

Ada beberapa pertimbangan dalam pemakaian metode preslab


yaitu kondisi proyek akan lebih bersih apabila menggunakan metode
ini dan pengurangan material kayu yang digunakan sebagai bekisting,
karena preslab juga berfungsi sebagai working platform pada
pekerjaan plat lantai.
konvensional diantaranya membutuhkan waktu pelaksanaan
konstruksi lebih lama, karena masing-masing elemen struktur yang
saling ketergantungan harus dikerjakan secara berurutan, mutu
kurang terjamin, terutama permukaan betonnya tidak sehalus beton
precast, membutuhkan banyak bekisting dan pekerja, tergantung
cuaca, sangat tergantung keahlian pelaksana.
1.3 RUMUSAN MASALAH

Permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah :

Sistem mana yang lebih menguntungkan antar sistem plat lantai


konvensional dan plat lantai preslab ditinjau dari segi biaya.
1.4 TUJUAN PENELITIAN

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbandingan


biaya antara plat lantai konvensional dan plat lantai preslab.
1.5 BATASAN MASALAH

Pada penelitian ini mempunyai beberapa batasan masalah yang di


pakai sebagai pedoman antara lain ini :
• Peninjauan hanya pada bangunan struktur lantai ground floor –
lantai roof.
• Penelitian meliputi proses design dan pengecoran plat lantai
konvensional dan plat lantai preslab.
• Biaya yang di hitung adalah biaya langsung, tidak meninjau biaya
tidak langsung.
1.6 MANFAAT PENELITIAN

Manfaat yang dapat diberikan dari penelitian ini adalah :


• Memberikan gambaran tentang perbandingan peggunaan plat
lantai konvensional dan plat lantai preslab dari segi biaya.
• Sebagai bahan acuan dalam penggunaan metode untuk
pelaksanaan proyek yang di laksanakan oleh PT.PP urban di
kemudian hari.
• Hasil penelitian dapat digunakan untuk menambah wawasan para
Mahasiswa/Mahasiswi Universitas Mercu Buana.
1.7 SISTEMATIKA PENULISAN
Untuk memudahkan pembahasan dalam penelitian ini, maka penelitian ini akan dibagi menjadi lima bab. Adapun
sistematika penulisan penelitian sebagai berikut:
• BAB I PENDAHULUAN
Dalam bab ini menjelaskan tentang latar belakang, permasalahan, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian
dan sistematika penulisan.
• BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Dalam bab ini menjelaskan dasar teori yang digunakan sebagai landasan untuk menganalisis dan membahas penelitian.
• BAB III METODE PENELITIAN
Bab ini berisi tentang metode yang digunakan dalam sistematika penyusunan penelitian.
• BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Pada pelaksanaan Proyek Riverview Residence Tower Mahakam menggunakan metode cor setempat/konvensional pada
konstruksi plat lantai konvensional. Alternatif yang akan digunakan adalah metode preslab dengan menggunakan
peralatan berat dalam pelaksanaan sehingga lebih efisien ditinjau dari segi biaya.
• BAB V PENUTUP
Dalam bab ini berisi kesimpulan dan saran mengenai hasil dari penelitian penggunaan plat lantai konvensional dan plat
lantai preslab.
• DAFTAR PUSTAKA
• LAMPIRAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 DASAR TEORI
2.1 Plat Lantai
Menurut Ervianto (2006), Pelat lantai merupakan struktur tipis yang dibuat
daribeton bertulang dengan bidang yang arahnya horizontal dan beban yang
bekerja tegak lurus pada bidang struktur tersebut sehingga pada bangunan
gedung pelat ini berfungsi sebagai diafragma atau unsur pengaku horizontal
yang sangat bermanfaat untuk mendukung ketegaran balok portal. Dalam
perencanaannya, pelat lantai harus dibuat rata, kaku dan lurus agar
pengguna gedung dapat dengan mantap memijakan kakinya. Halhal yang
diperhitungkan mencakup beban tetap saja yang bekerja dalam waktu yang
lama. Hal lain seperti beban tak terduga gempa,angin, getaran, dll. tidak
diperhitungkan.
2.2 Konsep dan Dasar Teori
Plat lantai preslab yaitu plat precast yang masih membutuhkan
pengecoran lagi (overtopping). Misalnya direncanakan plat lantai
dengan ketebalan 12 cm, maka digunakan plat precast dengan
ketebalan 7 cm dan pengecoran overtopping setebal 5 cm.
Plat lantai konvensional adalah sistem pengecoran yang dilakukan
di tempat proyek/lapangan. Metode konvensional yang digunakan
salah satunya yaitu struktur pelat lantai yang dikerjakan ditempat
pengecoran langsung yang mencakup keseluruhan dengan
menggunakan plywood sebagai bekisting dan scaffolding sebagai
perancah. Metode ini terbilang kuno dan paling banyak digunakan
namun dapat memakan biaya yang tinggi dan waktu yang lama.
2.3 Tahap Pelaksanaan
tahap pelaksanaan beton precast dijelaskan mulai dari tahap
pembuatan sampai dengantahap overtoping antara lain sebagai
berikut
2.3.1 Tahap Produksi Atau Fabrikasi
Pada tahap produksi atau pabrikasi ini dilakukan di area lapangan,
yang jadwal pembuatannya berjalan sendiri, jadi tidak mengganggu
jadwal inti. Area pembuatan/pabrikasi ini nantinya bersebelahan
dengan area penumpukan. Hal penting dalam faktor produksi adalah
penentuan prioritas komponen yang akan lebih dahulu dipabrikasi
harus disesuaikan dengan rencana kerja dan metode kerja yang akan
direncanakan. Untuk mencapai kesesuaian pemilihan komponen, maka
dibutuhkan koordinasi antara pabrikator dengan instalator. Area
produksi harus tertata dengan baik, mulai dari tempat penumpukan
material dasar, proses pengecoran, proses rawatan beton serta
penyimpanan beton pracetak
2.3.2 Tahap Pengiriman
Pada tahap pengiriman material pracetak ini sangat diperlukan
koordinasi antara pihak kontraktor dan suplier pracetak. Pihak suplier
menigirm material setelah ada instruksi dari
kontraktor, karena hal tersebut sangat berkaitan dengan metode
pelaksanaan di lapangan. Jumlah elemen pracetak mengenai bentuk
dan ukuran sesuai dengan konfirmasi pihak kontraktor. Pengiriman
material pracetak ke lokasi menggunakan truk trailer. Sebelum
pengiriman pihak suplier mengadakan survey untuk melihat akses jalan
yang akan dilalui. Dalam pengangkatan perlu diperhatikan penempatan
posisi material pracetak di atas angkutan untuk menghindari hal hal
yang membahayakan, contohnya : tergelincir, berubah dudukan,
material retak, dsb.
2.3.3 Tahap Penumpukan
Beberapa alasan sebagai penyebab dilakukan penumpukan material precast :
a. Jumlah beton prcast yang akan dipasang sangat banyak, sehingga tidak
memungkinkan untuk pemasangan pelat secara langsung dari trailer ke titik
pelat rencana.
b. Lokasi proyek cukup luas, sehingga tersedia tempat penumpukan pelat
dimana tempat ini diusahakan tidak mengganggu aktivitas proyek. Untuk
perhitungan kontrol penumpukan balok dan pelat precast, acuan yang
digunakan antara lain:
1. Peraturan Beton Bertulang Indonesia 1971 (PBBI 1971)
2. Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung (SNI 03-2847-
2013).
2.3.4 Tahap Pemasangan dan Pengangkatan
Pada tahap pemasangan beton precast harus direncanakan sematang mungkin, baik dari
segi peralatan, pekerja, dan siklus pemasangannya. Alat berat yang digunakan untuk
mengangkat pelat precast adalah mobile crane, kondisi dari mobile crane sendiri
berpengaruh selama proses pemasangan untuk mendapatkan hasil yang maksimal.
Hal-hal yang perlu diperhatikan sebelum pemasangan balok dan pelat precast, antara lain:
a. Untuk peralatan crane seperti mobile crane harus sudah siap terlebih dahulu dilokasi
proyek sebelum beton precast disiapkan.
b. Perencanaan posisi mobile crane dilapangan dimana panjang jangkauannya harus dapat
mencapai setiap bagian dari struktur pada beton precast yang akan dipasang.
c. Dilakukan pengecekan terhadap kondisi dan tulangan beton precast sebelum dipasang.
d. Dalam menjalankan tugasnya operator dibantu tenaga kerja untuk penempatan beton
precast pada posisi akhir.
e. Memberikan ruang kerja bagi aktivtas crane selama pemasangan beton precast agar
tidak terganggu aktivitas proyek lain.
3.4 Tahap Penyambungan
Cara penyambungan yang dapat dilakukan dibedakan menjadi dua yaitu
sambungan basah dan sambungan kering. Masing-masing sambungan
mempunyai keuntungan dan kerugian sehingga penentuan jenis
sambungan tergantung dari berbagai faktor, yang diantaranya adalah
faktor biaya.
1. In-Situ Concrete Joints (cor setempat) Sambungan Jenis ini dapat
diaplikasikan pada komponenkomponen beton pracetak:
1. Kolom dengan kolom
2. Kolom dengan balok
3. Plat dengan balok
2.5 Tahap Pengecoran
Pengecoran over topping dilakukan setelah pemasangan pembesian
wire mesh dilakukan. Kebutuhan baja tulangan pada toping dalam
menampung gaya geser horizontal direncanakan dengan menggunakan
geser friksi (shear friction concept).
2.6 Model Operasional Penelitian ( Hubungan antara varian X dan Y )

Pelat
pemasangan
konvensional

Pengecoran
pelat lantai

Pelat preslab pengecoran


2.7 Hipotesa Penelitian
Jika perkuatan saat pemasangan preslab tidak cukup baik, maka
pada saat setelah pengecoran lantai akan menimbulkan elevasi bottom
preslab yang tidak rata.
BAB II
METODOLOGI
3.1 Metode Penelitian
Dalam bab metodologi penelitian ini, dijelaskan langkahlangkah
yang akan dilakukan selama penyusunan Tugas Akhir tentang
perbandingan sistem pelat lantai konvensional dan preslab yang
dijadikan kerangka acuan.
3.2 Studi Literatur
Pada tahapan ini kegiatan yang dilakukan adalah peninjauan
literatur yang berkaitan dengan studi kasus baik dari teks,
makalah,jurnal, dan informasi atau artikel yang bersumber dari
internet.
3.2 Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan berupa data primer dan sekunder. Data
sekunder merupakan yang diperoleh dari pihak pelaksana. Adapun data
primer didapat dari observasi pengambilan data waktu pekerjaan
menggunakan stop watch, video kamera,wawancara dengan pekerja
atau pun engineer, dan dari buku atau literature yang sudah ada dasar
penelitiannya. Data sekunder digunakan sebagai data acuan dari
besarnya biaya pelat konvensional, sedangkan data primer bisa dipakai
sebagai acuan waktu pelaksanaan precast.
Objek yang dijadikan lokasi penelitian tugas akhir adalah proyek
Riverview Residence Tower Mahakam dipilih sebagai objek
Kesimpulandan Saran Analisa Perbandingan Biaya Penggunaan Pelat
Lantai Konvensional Dengan Pelat Lantai Preslab.
3.4 Perbandingan Pelat Lantai Konvensional Dengan Pelat Lantai Preslab
Dalam tahap ini dibagi menjadi beberapa tahap antara lain :

3.4.1 Desain Pelat


Analisa desain pelat menjadi dasar untuk menghitung besarnya volume pekerjaan tiap
lantai. Secara garis besar alur desain pelat konvensional dengan pelat preslab sebagai berikut:
1. Desain Pelat Konvensional
Desain pelat konvensional tidak direncanakan karena penulis menggunakan data sekunder
shop drawing sebagai acuan.
2. Desain Pelat Preslab
Dimulai dari penentuan dimensi tebal pelat preslab,penentuan ukuran dimensi pelat
preslab,perencanaan tulangan pelat dan kontrol tulangan pelat pada setiap proses produksi
yakni ketika belum komposit , ketika pengangkatan, ketika sudah komposit (setelah
pengecoran overtoping).
3.4.2 Metode Kerja
Menyusun secara garis besar tahapan kerja untuk metode
konvensional dan metode preslab serta menganalisa aktifitas kegiatan
setiap pekerjaan. Analisa metode kerja menjadi dasar untuk
menghitung biaya dan waktu pelaksanaan untuk masing-masing
metode.
3.4.3 Analisa Biaya
Analisa biaya dibutuhkan untuk mengetahui besarnya biaya yang
dibutuhkan pada masing-masing metode dalam pelaksanaan proyek
tersebut.
3.4.4 Analisa Waktu
Analisa waktu pelaksanaan setiap kegiatan pekerjaan untuk kedua
metode dihitung dengan cara membagi volume tiap pekerjaaan dari
masing-masing metode dengan nilai tingkat produktivitas pekerja atau
alat. Setelah itu, untuk mengetahui durasi pelaksanaan secara
keseluruhan pada masing-masing metode konstruksi digunakan metode
penjadwalan PDM (Precedence Diagram Methode) dengan alat bantu
Microsoft Project.
3.5 Tahap Perbandingan
Aspek yang akan dianalisa sebagai pembanding metode konvensional
dengan pracetak meliputi :
1. Biaya pelaksanaan
2. Waktu pelaksanaan
Setelah didapat waktu dan biaya total yang dibutuhkan terhadap
masing-masing metode yang berbeda kemudian perbedaannya
dibandingkan. Kemudian akan didapat manakah metode yang dapat
menghabiskan waktu lebih cepat/lama dan biaya yang lebih
murah/lebih mahal.

Anda mungkin juga menyukai