Anda di halaman 1dari 17

Indhira Ayustina P 145020307111016

Sella Antika P 145020307111031


Nensi Audika Butarbutar 145020307111037
Famas Ardhana 135020307111032
Objek Pajak Bea Balik
Nama Kendaraan
Bermotor adalah
penyerahan kendaraan Subjek Pajak Bea Balik
bermotor. Nama Kendaraan
Bermotor adalah orang
pribadi atau badan yang
menerima penyerahan
kendaraan bermotor.

Wajib Pajak Bea Balik Nama


Kendaraan Bermotor adalah
orang pribadi atau badan
yang menerima penyerahan
kendaraan bermotor.
1. Dasar pengenaan BBN-KB adalah Nilai Jual Kendaraan Bermotor .

2. Tarif Pajak BBN-KB

a. penyerahan pertama sebesar 20% (dua puluh persen); dan

b. penyerahan kedua dan seterusnya sebesar 1% (satu persen).

Khusus untuk Kendaraan Bermotor alat-alat berat dan alat-alat besar yang tidak
menggunakan jalan umum tarif pajak ditetapkan paling tinggi masing-masing sebagai

berikut:

a. penyerahan pertama sebesar 0,75% (nol koma tujuh puluh lima persen); dan

b. penyerahan kedua dan seterusnya sebesar 0,075% (nol koma nol tujuh puluh lima
persen).

c. Tarif Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor ditetapkan

dengan Peraturan Daerah.


1. Dasar Pengenaan BBN-KAA Nilai Jual Kendaraan
diatas air (NJKAA), yang juga digunakan dalam
ketentuan pajak kendaraan diatas air.
2. Tarif Pajak BBN-KAA
- untuk Tarif BBNKAA atas penyerahan pertama
ditetapkan sebesar 5%;
- untuk Tarif BBNKAA atas penyerahan kedua dan
selanjutnya sebesar 1%;
- untuk Tarif BBNKAA atas penyerahan karena warisan
ditetapkan sebesar 0,1%.
1. Saat Terutang dan Masa BBN-KB
Pajak yang terhutang merupakan BBNKB yang harus dibayar oleh wajib
pajak pada suatu saat dalam masa pajak atau dalam tahun pajak menurut
ketentuan Peraturan daerah tentang Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor
yang ditetapkan oleh pemerintah daerah provinsi setempat. Saat Pajak
Terhutang dalam masa pajak terjadi pada saat penyerahaan kendaraan
bermotor.

2. Wilayah Pemungutan BBN-KB


BBNKB yang terhutang dipungut di wilayah provinsi tempat bermotor
didaftarkan. Hal ini terkait dengan kewenangan pemerintah provinsi yang
hanya terbatas atas kendaraan bermotor yang terdaftar dalam lingkup
wilayah administrasinya. Apabila terjadi pemindahan kendaraan bermotor
dari satu daerah ke daerah lain, wajib pajak yang bersangkutan harus
memperlihatkan bukti pelunasan BBNKB di daerah asalnya berupa surat
ketetapan fiscal antar daerah.
Saat pajak terhutang dalam masa pajak terjadi
pada saat penyerahan kendaraan di atas air.
BBNKA yang terhutang dipungut di wilayah daerah
tempat kendaraan diatas air didaftarkan. Hal ini
terkait dengan kewenangan pemerintah provinsi
yang hanya terbatas atas kendaraan diatas air yang
terdaftar dalam lingkup wilayah administrasinya.
Dasar penetapan Pajak Kendaraan Bermotor adalah
hasil perkalian dari 2 (dua) unsur pokok:

a. Nilai Jual Kendaraan Bermotor

b.Bobot yang mencerminkan secara relatif tingkat


kerusakan jalan dan/atau pencemaran lingkungan akibat
penggunaan Kendaraan Bermotor.
Bobot ini dihitung berdasarkan faktor-faktor :

a.Tekanan gandar, yang dibedakan atas dasar jumlah


sumbu/as, roda, dan berat Kendaraan Bermotor.

b.Jenis bahan bakar Kendaraan Bermotor yang


dibedakan menurut solar, bensin, gas, listrik, tenaga
surya, atau jenis bahan bakar lainnya.

c.Jenis, penggunaan, tahun pembuatan, dan ciri-ciri


mesin Kendaraan Bermotor yang dibedakan berdasarkan
jenis mesin 2 tak atau 4 tak, dan isi silinder.
 Pembayaran Pajak Kendaraan Bermotor
PKB terutang harus dilunasi atau dibayar sekaligus di muka untuk masa
dua belas bulan. PKB dilunasi selambat-lambatnya tiga puluh hari sejak
diterbitkan SKPD, SKPDKB, SKPDKBT, STPD, Surat Keputusan
pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, dan putusan banding yang
menyebabkan jumlah pajak yang harus dibayar bertambah
 Wajib pajak yang terlambat melakukan pembayaran pajak akan
dikenakan sanksi, yaitu:
a) Keterlambatan pembayaran pajak yang melampaui saat jatuh tempo
yang ditetapkan dalam SKPD, dikenakan sanksi administrasi berupa
denda sebesar 25% dari pokok pajak, dan
b) Keterlambatan pembayaran pajak sebagaimana ditetapkan dalam SKPD
yang melampaui lima belas hari setelah jatuh tempo dikenakan sanksi
administrasi sebesar 2% sebulan dihitung dari pajak yang kurang atau
terlambat dibayar untuk jangka waktu paling lama 24 bulan dihitung sejak
saat terhutangnya pajak
 Penagihan Pajak Kendaraan Bermotor
Jika pajak yang terutang tidak dilunasi setelah jatuh tempo
pembayaran, gurbenur atau pejabat yang ditunjuk akan
melakukan tindakan penagihan pajak. Penagihan pajak
dilakukan terhadap pajak terutang dalam SKPD, SKPDKB,
SKPDKBT, STPD, Surat Keputusan pembetulan, Surat
Keputusan Keberatan, dan putusan banding yang
menyebabkan jumlah pajak yang harus dibayar bertambah
Dalam jangka 7 hari sejak surat teguran dan peringatan
atau surat lain yang sejenis diterima, wajib pajak wajib
melunasi pajak yang terhutang.
Selanjutnya, bila jumlah pajak terhutang yang masih harus
di bayar tidak di lunasi jangka waktu yang ditentukan
dalam surat teguran atau peringatan ataupun surat lain
yang sejenis, akan ditangih dengan surat paksa
 Perhitungan PKB
Besarnya pokok pajak kendaraan bermotor yang terutang
dihitung dengan cara mengalikan tarif pajak denngan
dasar pengenaan pajak. Secara umum, perhitungan PKB
adalah sesuai dengan rumus :

Pajak Terutang = Tarif Pajak X Dasar Pengenaan pajak


= Tarif Pajak X (NJKB x Bobot)
 Tarif PKB berlaku sama pada setiap Provinsi yang
memungut PKB. Tarif PKB ditetapkan dengan
peraturan daerah provinsi. Sesuai peraturan
pemerintah No. 65 tahun 2001 Pasal 5 tarif PKB dibagi
menjadi 3 kelompok sesuai dengan jenis penguasaan
kendaraan bermotor, yaitu :
a. 1,5% untuk kendaraan bermotor bukan umum
b. 1% untuk kendaraan bermotor umum. Yaitu kendaraan
bermotor yang disediakan untuk kendaraan
bermotor yang disediakan untuk dipergunakan oleh
umum dengan dipungut bayaran.
c. 0,5% untuk kendaraan bermotor alat-alat berat dan alat-
alat besar
 Pembayaran Pajak Kendaraan Bermotor
PKB terutang harus dilunasi atau dibayar sekaligus di muka untuk masa
dua belas bulan. PKB dilunasi selambat-lambatnya tiga puluh hari sejak
diterbitkan SKPD, SKPDKB, SKPDKBT, STPD, Surat Keputusan
pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, dan putusan banding yang
menyebabkan jumlah pajak yang harus dibayar bertambah
 Wajib pajak yang terlambat melakukan pembayaran pajak akan
dikenakan sanksi, yaitu:
a) Keterlambatan pembayaran pajak yang melampaui saat jatuh tempo
yang ditetapkan dalam SKPD, dikenakan sanksi administrasi berupa
denda sebesar 25% dari pokok pajak, dan
b) Keterlambatan pembayaran pajak sebagaimana ditetapkan dalam SKPD
yang melampaui lima belas hari setelah jatuh tempo dikenakan sanksi
administrasi sebesar 2% sebulan dihitung dari pajak yang kurang atau
terlambat dibayar untuk jangka waktu paling lama 24 bulan dihitung sejak
saat terhutangnya pajak
 Penagihan Pajak Kendaraan Bermotor
Jika pajak yang terutang tidak dilunasi setelah jatuh tempo
pembayaran, gurbenur atau pejabat yang ditunjuk akan
melakukan tindakan penagihan pajak. Penagihan pajak
dilakukan terhadap pajak terutang dalam SKPD, SKPDKB,
SKPDKBT, STPD, Surat Keputusan pembetulan, Surat
Keputusan Keberatan, dan putusan banding yang
menyebabkan jumlah pajak yang harus dibayar bertambah
Dalam jangka 7 hari sejak surat teguran dan peringatan
atau surat lain yang sejenis diterima, wajib pajak wajib
melunasi pajak yang terhutang.
Selanjutnya, bila jumlah pajak terhutang yang masih harus
di bayar tidak di lunasi jangka waktu yang ditentukan
dalam surat teguran atau peringatan ataupun surat lain
yang sejenis, akan ditangih dengan surat paksa
 Perhitungan PKB
Besarnya pokok pajak kendaraan bermotor yang terutang
dihitung dengan cara mengalikan tarif pajak denngan
dasar pengenaan pajak. Secara umum, perhitungan PKB
adalah sesuai dengan rumus :

Pajak Terutang = Tarif Pajak X Dasar Pengenaan pajak


= Tarif Pajak X (NJKB x Bobot)
 Tarif PKB berlaku sama pada setiap Provinsi yang
memungut PKB. Tarif PKB ditetapkan dengan
peraturan daerah provinsi. Sesuai peraturan
pemerintah No. 65 tahun 2001 Pasal 5 tarif PKB dibagi
menjadi 3 kelompok sesuai dengan jenis penguasaan
kendaraan bermotor, yaitu :
a. 1,5% untuk kendaraan bermotor bukan umum
b. 1% untuk kendaraan bermotor umum. Yaitu kendaraan
bermotor yang disediakan untuk kendaraan
bermotor yang disediakan untuk dipergunakan oleh
umum dengan dipungut bayaran.
c. 0,5% untuk kendaraan bermotor alat-alat berat dan alat-
alat besar
Sumber
http://www.organisasi.org/1970/01/pajak-
bea-balik-nama-kendaraan-bermotor-bbnkb-
perda-no-3-tahun-2003-provinsi-dki-jakarta-
peraturan-perpajakan-pemda-fiskal.html diakses
pada 20 Oktober 2015.
file:///C:/Users/asus/Downloads/perda%
208%20tahun%202011%20ttg%20pajak%20daerah.
pdf diakses pada 21 Oktober 2015

Anda mungkin juga menyukai