Anda di halaman 1dari 32

Kewajiban dan Hak

Wajib Pajak
Hak Wajib Pajak
1. Hak unt mendptkan pembinaan dan pengarahan dr fiskus
Hak ini mrpk konsekuensi logis dr sistem self-assessment yg
mewajibkan WP unt menghitung, memperhitungkan, membayar,
dan melaporkan pajaknya sendiri. Unt dpt melaksanakan sistem
tsb, hak WP unt mendptkan pembinaan dan pengarahan sesuai
ketentuan yg berlaku tentu mrpk prioritas dr seluruh hak yg
dimiliki WP. Sekalipun sistem self-assessment berjln, bukan
berarti WP akan paham semua ketentuan yg ada. Unt itulah hak
ini mrpk hak prioritas yg perlu diket WP. Apabila hak ini bisa
dimanfaatkan dg baik oleh semua WP, berarti sosialisasi dan
penerapan atas ketentuan yg berlaku berjln dg baik.
2. Hak unt membetulkan Surat Pemberitahuan
Apabila WP dlm menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT)
terdpt kekeliruan dlm pengisiannya, misalnya, krn ada data yg
belum dilaporkan atau terdpt kesalahan dlm menghitung, WP msh
diberikan kesempatan unt membetulkan dg syarat fiskus belum
melakukan tindakan pemeriksaan.
3. Hak unt memperpanjang waktu penyampaian Surat
Pemberitahuan
Pasal 3 ayat (3) dan ayat (4) UU KUP menegaskan bahwa batas
waktu penyampaian SPT Masa paling lama 20 (dua puluh) hari
setelah akhir masa pajak, untuk SPT Tahunan Wajib Pajak orang
pribadi paling lama 3 (tiga) bulan setelah akhir tahun pajak dan
untuk SPT Tahunan Wajib Pajak badan paling lama 4 (empat)
bulan setelah akhir tahun pajak. Batas waktu tersebut dapat
diperpanjang paling lama 2 (dua) bulan.
4. Hak memperoleh kembali kelebihan pembayaran pajak
Apabila WP dlm melaksanakan pembayaran pajaknya mengalami
kelebihan, maka atas kelebihan tsb dpt diminta kembali (restitusi)
dg suatu permohonan tertulis, sesuai ketentuan Pasal 11 UU
KUP. Setelah fiskus melakukan pemeriksaan, maka
pengembaliannya dilakukan paling lama 1 (satu) bulan sejak
diterimanya permohonan pengembalian kelebihan pembayaran
pajak sehubungan diterbitkannya Surat Ketetapan Pajak Lebih
Bayar (SKPLB).
5. Hak mengajukan keberatan
Apabila WP merasa tidak puas atas ketetapan pajak yg
diterbitkan atau pemotongan atau pemungutan pajak yg dilakukan
pihak ketiga, WP dpt mengajukan upaya hukum keberatan dalam
jangka waktu 3 (tiga) bulan sejak tgl surat, tanggal pemotongan
atau pemungutan, kecuali WP dapat menunjukkan bahwa jangka
waktu tdk dpt dipenuhi krn keadaan di luar kekuasaannya. Upaya
keberatan diajukan ke Kepala KPP sesuai ketentuan Pasal 25 UU
KUP.
6. Hak mengajukan banding
Apabila WP sdh mendptkan keputusan atas upaya keberatan yg
diajukan ke kantor pajak dan merasa keputusan tsb tdk
memuaskannya, maka WP dpt mengajukan upaya hukum
banding ke Pengadilan Pajak sesuai ketentuan Pasal 27 UU
KUP. Permohonan banding diajukan dalam waktu 3 (tiga) bulan
sejak keputusan diterima yg dilampiri dg salinan dr surat
keputusan dimaksud.
7. Hak mengadukan pejabat yg membocorkan rahasia WP
Dlm penjelasan Pasal 34 UU KUP ditegaskan bahwa setiap
pejabat, baik petugas pajak maupun mereka yg melakukan tugas
di bid perpajakan unt tdk mengungkapkan kerahasiaan WP yg
menyangkut masalah perpajakan, antara lain:
– SPT, Laporan Keuangan, dll yg dilaporkan oleh WP;
– Data yg diperoleh dlm rangka pelaksanaan pemeriksaan;
– Dokumen dan/atau data yg diperoleh dr pihak ketiga yg bersifat
rahasia;
– Dokumen dan/atau rahasia WP sesuai dg ketentuan peraturan
perundang-undangan yg berkenaan.
8. Hak mengajukan permohonan unt mengangsur atau menunda
pembayaran pajak
Dlm hal-hal ttt, ada kalanya WP tdk dpt melunasi utang pajaknya
scr sekaligus. Misalnya, WP mengalamai kesulitan likuiditas atau
mengalami keadaan di luar kekuasaannya, WP dpt mengajukan
permohonan unt mengangsur atau menunda pembayaran
pajaknya. Hak yg diberikan berdsrkan ketentuan Pasal 9 ayat (4)
UU KUP ini dimaksudkan unt membantu WP yg mengalami
kondisi tsb, shg WP tetap dpt menjlnkan usahanya sesuai kondisi
nyata WP ybs.
9. Hak meminta keterangan mengenai koreksi dlm penerbitan
ketetapan pajak
Pasal 25 ayat (6) UU KUP memberikan hak kpd WP agar Direktur
Jenderal Pajak (DJP) memberikan keterangan scr tertulis hal-hal
yg mjd dasar pengenaan pajak, penghitungan pajak, pemotongan
atau pemungutan pajak. Hal ini terkait dg proses pengajuan
upaya hukum keberatan yg akan disampaikan WP.
10. Hak memberikan alasan tambahan
Pasal 26 ayat (6) UU KUP menegaskan bahwa sblm surat
keputusan atas keberatan diterbitkan, maka WP dpt
menyampaikan alasan tambahan atau penjelasan tertulis. Alasan
tambahan atau penjelasan tertulis ini mrpk suatu hal yg sangat
baik dlm rangka memperoleh gambaran yg lebih objektif terlebih
disebabkan adanya pemeriksaan yg dilaksanakan scr terburu-
buru atas dasar batas waktu pemeriksaan yg hrs segera selesai.
11. Hak mengajukan gugatan
Pasal 23 ayat (2) UU KUP menegaskan adanya hak WP unt
mengajukan gugatan atas:
– Pelaksanaan surat paksa, surat perintah melaksanakan
penyitaan, atau pengumuman lelang;
– Keputusan yg berkaitan dg pelaksanaan keputusan perpajakan,
selain yg ditetapkan dlm Pasal 25 ayat (1) dan Pasal 26;
– Keputusan pembetulan sbgman dimaksud dlm Pasal 16 yg
berkaitan dg surat tagihan pajak;
– Keputusan sbgmana dimaksud dlm Pasal 36 yg berkaitan dg
surat tagihan pajak.
12. Hak untuk menunda penagihan pajak
Hak unt menunda penagihan pajak adalah berkaitan dg proses
gugatan yg sdg dilakukan WP. Pasal 43 ayat (2) UU Pengadilan
Pajak (UU PP) menegaskan bahwa penggugatan dpt mengajukan
permohonan agar tindak lanjut penagihan pajak ditunda selama
pemeriksaan sengketa pajak sdg berjln, sampai ada putusan
pengadilan pajak. Permohonan tsb diajukan sekaligus dlm surat
gugatan dan dpt diputus terlebih dahulu dr pokok sengketanya.
Pengadilan pajak tentu dpt mengabulkan permohonan dimaksud
apabila terdpt keadaan yg sangat mendesak yg mengakibatkan
kepentingan penggugat sangat dirugikan jika pelaksanaan
penagihan pajak yg digugat itu dilaksanakan. Ketentuan tsb mrpk
pengecualian dri ketentuan sebelumnya yg menegaskan bahwa
gugatan tdk menunda atau menghalangi dilaksanakannya
penagihan pajak atau kewajiban perpajakan WP.
13. Hak memperoleh imbalan bunga
Hak WP unt memperoleh imbalan bunga didasarkan pada Pasal
27 A UU KUP bahwa apabila pengajuan keberatan atau banding
diterima sebagian atau seluruhnya, sepanjang utang pajak dalam
SKPKB atau SKPKBT telah dibayar yg menyebabkan kelebihan
pembayaran pajak, maka kelebihan pembayaran pajak tsb
dikembalikan dg ditambah imbalan bunga sebesar 2% (dua)
persen sebulan unt paling lama 24 (dua puluh empat) bulan
dihitung sejak tgl pembayaran yg menyebabkan kelebihan
pembayaran pajak sampai dg diterbitkannya keputusan keberatan
atau putusan banding.
14. Hak mengajukan peninjauan kembali ke Mahkamah Agung
Hak ini timbul berdsrkan ketentuan Pasal 91 UU PP yg hanya
bisa dilakukan berdsrkan alasan-alasan ttt yg disebutkan dlm UU.
Misalnya, adanya bukti tertulis baru yg penting dan bersifat
menentukan, yg apabila diketahui pd tahap persidangan, akan
menghasilkan putusan yg berbeda.
15. Hak mengurangi penghasilan kena pajak dg biaya yg telah
dikeluarkan
Dalam menghitung besarnya penghasilan kena pajak, WP dapat
mengurangi penghasilannya dengan segala pengeluaran-
pengeluaran yg telah ditentukan dlm UU. Pasal 6 UU PPh
menegaskan adanya pengeluaran atau biaya yg dpt dikurangkan.
16. Hak pengurangan berupa Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)
Sesuai Pasal 7 UU PPh, hak ini khusus diberikan kpd WP orang
pribadi dg memberikan pengurangan sebesar PTKP yg telah
ditentukan.
PTKP
PTKP Berlaku sejak Berlaku sejak
1/1/2013 1/1/2014

Unt WP 24.300.000 36.000.000

Status kawin 2.025.000 3.000.000

Tambahan PTKP unt istri yg bekerja 24.300.000 36.000.000

Tambahan unt setiap anggota kel 2.025.000 3.000.000


sedarah dan kel semenda dlm garis
keturunan lurus serta anak angkat, yg
mjd tanggugan penuh, paling banyak
3 orang unt setiap kel
17. Hak menggunakan norma penghitungan penghasilan neto
Bagi WP orang pribadi yg peredaran brutonya dlm satu tahun
kurang dari Rp 4,8 M, boleh menghitung penghasilan neto dg
menggunakan Norma Penghitungan Penghasilan Neto, dg syarat
:
– Memberitahukan kpd Direktur Jenderal Pajak dlm jangka
waktu 3 bulan pertama dr tahun pajak ybs;
– WP ybs wajib menyelenggarakan pencatatan sbgmana diatur
dlm Undang-undang tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan (UU KUP).
18. Hak memperoleh fasilitas perpajakan
Dalam Pasal 31 A UU PPh ditegaskan adanya fasilitas
perpajakan yg diberikan Kepada Wajib Pajak yang melakukan
penanaman modal di bidang-bidang usaha tertentu dan/atau di
daerah-daerah tertentu yang mendapat prioritas tinggi dalam
skala nasional dapat diberikan fasilitas perpajakan dalam bentuk:
– pengurangan penghasilan neto paling tinggi 30% (tiga puluh
persen) dari jumlah penanaman yang dilakukan;
– penyusutan dan amortisasi yang dipercepat;
– kompensasi kerugian yang lebih lama, tetapi tidak lebih dari
10 (sepuluh) tahun; dan
– pengenaan Pajak Penghasilan atas dividen sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 26sebesar 10% (sepuluh persen),
kecuali apabila tarif menurut perjanjian perpajakan yang
berlaku menetapkan lebih rendah.
19. Hak untuk melakukan pengkreditan Pajak Masukan thd Pajak
Keluaran
Dlm UU PPN ditegaskan bahwa apabila WP (Pengusaha Kena
Pajak) mempunyai Pajak Masukan (pajak yg dibayar kpd pihak
lain), maka atas Pajak Masukan tsb dpt dikreditkan thd Pajak
Keluaran (pajak yg dipungut dr pihak lain). Apabila Pajak
Masukan lebih besar drpd Pajak Keluaran, maka kondisi SPT
Masa PPN mjd lebih bayar. Kondisi lebih bayar tsb dpt dimintakan
pengembalian (restitusi) atau dpt dikompensasikan ke masa pajak
berikutnya. Sebaliknya, apabila Pajak Masukan lebih kecil drpd
Pajak Keluaran, maka kondisi SPT Masa PPN mjd kurang bayar.
Kondisi kurang bayar berarti PKP hrs menyetor sebesar yg
kurang bayar tsb.
Kewajiban Wajib Pajak
1. Kewajiban untuk mendaftarkan diri
Ketentuan Pasal 2 UU KUP menegaskan bahwa setiap WP wajib
mendaftarkan diri pd Direktorat Jenderal Pajak yg wilayah
kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempat kedudukan dan
kpdnya diberikan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP). Sementara
itu, khusus thd WP pengusaha yg mempunyai kewajiban PPN
berdsrkan UU PPN, wajib melaporkan usahanya unt dikukuhkan
sbg Pengusaha Kena Pajak.
2. Kewajiban mengisi dan menyampaikan Surat Pemberitahuan
(SPT)
Ketentuan Pasal 3 ayat 1 UU KUP menegaskan bahwa setiap
WP wajib mengisi SPT dlm bhs Indonesia dg menggunakan huruf
lain, angka arab, satuan mata uang rupiah, dan menandatangani
serta menyampaikan ke kantor pajak tempat WP terdaftar.
3. Kewajiban membayar atau menyetor pajak
Kewajiban WP unt membayar atau menyetor pajak yg terutang
dilakukan di kas negara melalui kantor pos dan/atau bank BUMN
atau bank BUMD atau tempat pembayaran lain yg ditetapkan oleh
Menteri Keuangan, sesuai ketentuan Pasal 10 ayat (1) UU KUP.
Sehingga pembayaran atau setoran pajak tidak diperbolehkan
melalui Direktorat Jenderal Pajak.
4. Kewajiban membuat pembukuan atau pencatatan
Bagi WP orang pribadi yg melakukan kegiatan usaha atau
pekerjaan bebas dan WP badan di Indonesia diwajibkan
membuat pembukuan, sesuai ketentuan Pasal 28 ayat (1) UU
KUP. Sementara itu, pencatatan dilakukan oleh WP orang pribadi
yg melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebeas yg
diperbolehkan menghitung penghasilan neto dg menggunakan
norma penghitungan penghasilan neto dan WP orang pribadi yg
tdk melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebeas.
5. Kewajiban menaati pemeriksaan pajak
Thd WP yg diperiksa, sesuai ketentuan Pasal 29 ayat (3) UU
KUP, wajib:
– memperlihatkan dan atau meminjamkan buku atau catatan,
dokumen yang menjadi dasarnya dan dokumen lain yang
berhubungan dengan penghasilan yang diperoleh, kegiatan
usaha, pekerjaan bebas Wajib Pajak, atau objek yang terutang
pajak;
– memberikan kesempatan untuk memasuki tempat atau ruang
yang dipandang perlu dan memberi bantuan guna kelancaran
pemeriksaan;
– memberikan keterangan yang diperlukan.
6. Kewajiban melakukan pemotongan atau pemungutan pajak
Kewajiban melakukan pemotongan atau pemungutan pajak ini
dilakukan WP thd pihak lain dlm rangka melaksanakan perintah
UU PPh, seperti Pasal 21, Pasal 22, Pasal 23, Pasal 26, dan
ketentuan UU PPN. Pajak yg telah dipotong atau dipungut tsb hrs
disetorkan ke kas negara.
7. Kewajiban membuat Faktur Pajak
Setiap Pengusaha Kena Pajak (PKP) wajib membuat Faktur
Pajak unt setiap penyerahan Barang Kena Pajak (BKP) atau Jasa
Kena Pajak (JKP) sesuai ketentuan Pasal 13 UU PPN. Faktur
Pajak yg dibuat mrpk bukti adanya pungutan pajak yg dilakukan
oleh PKP.
8. Kewajiban melunasi Bea Meterai
Dalam UU Bea Meterai No 13 Tahun 1985 disebutkan bahwa Bea
Meterai mrpk pajak yg dikenakan atas dokumen. Misalnya
dokumen berupa surat perjanjian dikenakan Bea Meterai
Rp6.000,-. Surat yg memuat jmlh uang dg harga nominal lebih
dari Rp250.000,- sampai dengan Rp1.000.000,- dikenakan Bea
Meterai Rp3.000,-.
Latihan Soal
1. (B/S) Batas waktu penyampaian SPT Tahunan PPh Wajib Pajak badan
paling lambat 4 (empat) bulan setelah akhir tahun pajak.
2. (B/S) Apabila WP merasa tdk puas atas ketetapan pajak yg diterbitkan,
WP dpt mengajukan keberatan ke Pengadilan Pajak.
3. (B/S) Apabila WP sdh mendptkan keputusan atas upaya keberatan dan
merasa keputusan tsb tdk memuaskan, maka WP dpt mengajukan upaya
hukum banding.
4. (B/S) PTKP adalah hak pengurangan khusus diberikan kpd WP orang
pribadi.
5. (B/S) WP yg menghitung penghasilan netonya dg menggunakan norma
penghitungan penghasilan neto wajib menyelenggarakan pencatatan.
6. (B/S) Direktorat Jenderal Pajak menerima pembayaran atau setoran
pajak.
7. (B/S) WP orang pribadi yg tdk melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan
bebas wajib pembukuan.
8. (B/S) Kuitansi dengan nominal Rp250.000,- dikenakan Bea Meterai
Rp3.000,-.

Anda mungkin juga menyukai