Anda di halaman 1dari 35

Pembacaan Case Report :

Tonsilitis Kronis

OLEH
Aksa Nur Rachman (110 210 0005)

PEMBIMBING
dr. Silva Sari Indah CP, M.Kes, Sp.THT-KL

DIBAWAKAN DALAM RANGKA KEPANITERAAN KLINIK


DI BAGIAN ILMU THT-KL
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HMUSLIM INDONESIA
Identitas Pasien

 Nama : AN. AI
 Umur : 3 tahun
 Jenis Kelamin : Laki-laki
 Alamat : Lamasi
 Agama : Kristen
 RM : 312587
Anamnesis

 Alloanamnesis (ibu pasien) dilakukan pada tanggal 10 Oktober 2016,


pukul 11.00 WITA
 Keluhan utama : Demam berulang
 Riwayat Penyakit Sekarang :
 Demam dirasakan sejak 3 bulan yang lalu, terus- menerus sepanjang
hari dan membaik jika di berikan obat, namun beberapa hari
kemudian pasien merasakan demam kembali. Menurut pengakuan
ibunya, demam yang dialami bisa sampai 4 atau 5 kali dalam 1 bulan.
Sebelumnya pasien juga mengeluh nyeri menelan disertai batuk, pilek
dan hidung tersumbat, Keluhan nyeri menelan jika mengkonsumsi
makanan padat. Menurut orang tuanya, pasien tidak mengorek jika
tidur, namun pada saat malam hari ketika pasien tertidur sering
terbangun sendiri . Pasien tidak mengeluh nyeri pada kedua telinga.
Cont….

 Riwayat Penyakit Dahulu dan riwayat pengobatan


 Pasien memiliki riwayat pilek yang cukup lama dan hilang timbul
dan memberat 3 bulan terakhir. Pasien telah berobat ke puskesmas.
1 minggu SMRS, pasien pergi berobat ke dokter. Setelah diperiksa,
pasien diberitahukan bahwa amandelnya membesar dan
disarankan untuk dilakukan operasi pengangkatan amandel.
Riwayat alergi obat (-), asma (-), maag (-), hipertensi(-), diabetes
mellitus(-).
 Riwayat Penyakit Keluarga
 Riwayat penyakit serupa (-), alergi (-), asma(-), maag (-), hipertensi
(-), diabetes mellitus (-).
Pemeriksaan Fisis

 Status Presens Kepala dan Leher


Kepala : normocephal
 Keadaan umum : Baik Wajah : Simetris
 Kesadaran : Compos mentis Leher anterior : KGB tidak teraba membesar
Leher posterior : JPS (+/+ ), nyeri tekan (-)
 Status Gizi : Cukup
 Berat Badan : 11,5 kg
 Nadi : 84 x/menit
 Tensi : 90/60 mmHg
 RR : 22 x/menit
 Suhu : 36, O C
Telinga
Dextra Sinistra
Auricula Bentuk (N), Nyeri tekan (-) Bentuk (N), Nyeri tekan (-)

Preauricula Fistel (-), Abses (-), Hiperemis (-), Nyeri Fistel (-), Abses (-), Hiperemis (-), Nyeri
tekan (-) Tragus pain (-) tekan (-), Tragus pain (-)

Retroauricula Hiperemis (-), udema (-), Nyeri tekan (-) Hiperemis (-), udema (-), Nyeri tekan (-)

Mastoid Hiperemis (-), udema (-), Nyeri tekan (-) Hiperemis (-), udema (-), Nyeri tekan (-)

CAE Hiperemis (-), udema (-), Corpus alineum Hiperemis (-), udema (-), Corpus alineum
(-), Discharge (-) (-), Discharge (-)

Membran Thympani
Dextra Sinistra
Perforasi (-), MT Intak (-), MT Intak
Reflex cahaya (+) (+)
Warna Putih keabu-abuan Putih keabu-abuan
Bentuk Normal, bulging(-) Normal, bulging(-)
Hidung
Dextra Sinistra

Hidung Bentuk normal Bentuk normal


Sekret Mukoserous Mukoserous
Mukosa konka media Hiperemis(-), hipertrofi (-) Hiperemis(-), hipertrofi(-)
Mukosa konka inferior Hiperemis(-), hipertrofi (-) Hiperemis(-), hipertrofi(-)
Meatus media Hiperemis(-), hipertrofi (-) Hiperemis(-), hipertrofi(-)
Meatus inferior Hiperemis(-), hipertrofi (-) Hiperemis(-), hipertrofi(-)
Septum Deviasi (-) Deviasi (-)
Massa (-) (-)
FPM (-) (-)

Sinus Paranasal
- Tidak di lakukan pemeriksaan
Tenggorokan

 Orofaring
 Mukosa bucal : Warna merah muda, sama dengan daerah sekitar
 Ginggiva : Warna merah muda, sama dengan daerah sekitar
 Gigi geligi : Warna kuning gading, caries (-),gangren(-)
 Lidah 2/3 anterior : Dalam batas normal
 Arkus faring : Simetris (+), hiperemis (-)
 Palatum : Warna merah muda
 Dinding posterior orofaring : Hiperemis (-), granula (-)
Cont..

 Tonsil
Dextra Sinistra
Ukuran T3 T3
Kripte Melebar Melebar
Permukaan Tidak rata Tidak rata
Warna Hiperemis (-) Hiperemis (-)
Detritus (-) (-)
Fixative (-) (-)
Peritonsil Abses (-) Abses (-)
Cont…

 Nasofaring  Laring
 Discharge : Tidak dilakukan pemeriksaan • Epiglotis :
• Plica vocalis :
 Mukosa : Tidak dilakukan pemeriksaan • Gerakan : Tidak dilakukan
 Adenoid : Kesan Hipertrofi • Posisi : pemeriksaan
• Tumor :
 Massa : (-) • Massa :
 Laringofaring
• Mukosa : Tidak dilakukan pemeriksaan
• Massa : Tidak dilakukan pemeriksaan
Pemeriksaan Penunjang

 Pemeriksaan darah rutin


 Hb : 11,3 g/dl
 Leukosit : 10 10^3/ ul
 Ht : 38 %
 Trombosit : 240000/ul
 PT : 12, 2 detik
 APTT : 30,3 detik
Diagnosa

 Tonsilitis Kronik

 Anjuran
 Operasi ( Adenotonsilektomi )
Penatalaksanan

 Medika Mentosa pre operatif


 cefotaxime 250 mg/12jam/iv
 Infus RL 16 tpm
 Non Medika Mentosa post operatif
 Diet lunak (Bubur Saring)
 Tirah baring
 Medikamentosa post operatif
 Infus RL 16 tpm
 Cefotaxime 250 mg/12 jam/IV
 Ketorolac ½ amp/8 jam/IV
 Dexamethasone ½ amp/8jam/IV
Tonsilitis
ANATOMI DAN FISIOLOGI
EPIDEMIOLOGI

 Indonesia 3,8 % setelah tonsilitis kronik


RSWS (2008-2009), 63 kunjungan baru
 Tonsilitis kronis sering terjadi pada usia 5-10 tahun
dan dewasa muda usia 15-25 tahun
ETIOLOGI
 Bakteri anaerobik dan aerobik (Paling sering
Streptokokus Beta Hemolitikus Grup A)
 Virus
 Jamur
 Parasit

Faktor Presdisposisi :
 Rangsangan menahun (kronik) rokok dan beberapa jenis makanan
 Higiene mulut yang buruk
 Pengaruh cuaca
 Kelelahan fisik
 Pengobatan tonsillitis akut yang tidak adekuat
PATOFISIOLOGI
Klasifikasi
Tonsilitis Akut
Tonsilitis Viral
- Lebih menyerupai common cold dengan nyeri
tenggorokan
- Etiologi terbanyak : Epstein Barr Virus (40-60%), virus
coxschakie
- Pada faringoskop didapatkan luka kecil pada tonsil dan
palatum
yang nyeri.
- Terapi : Bed rest, minum cukup, analgesik, antivirus jika
gejala berat
TONSILITIS VIRAL
Klasifikasi (Cont…)

Tonsilitis Bakterial
- Etiologi :Streptococus beta hemoliticus grup A,
pneumococcus, sterptococcus viridans, stretococcus
pyogenes.
- Terdapat detritus
- Terbagi menjadi tonsilitis folikularis dan lakunaris
- Kadang membentuk pseudomembran jika detritus luas
- Terapi : penisilin, amoxicilin, eritromisin, antipiretik, obat
kumur desinfektan.
TONSILITIS BAKTERIAL
Klasifikasi (Cont…)
TONSILITIS MEMBRANOSA
Tonsilitis Difteri
- Etiologi : corynebacterium diphteriae
- Insidensi : sering pada usia <10 tahun frekuensi tertinggi 2-5 tahun.
- GK :
- umum : demam, nyeri kepala, anoreksia. Dll
- Lokal : tonsil ditutupi membran putih kotor yang meluas membentuk
pesudomembran bahkan sampai ke trakea. Bila diangkat mudah
berdrah, pembengkakan limfe membentuk bull neck
- Eksotoksin : miokarditis, dekompensasi kordis, kelumpuhan palatum
dan otot pernapasan, albumnuria.
- Terapi : ADS 20.000-100.000 IU, penisilin atau eritromisin 25-50
mg/kgBB dibagi dalam 3 dosis 14 hari, steroid 1,2 mg/kgBB,
antipiretik
TONSILITIS BAKTERI
Klasifikasi (Cont…)
TONSILITIS SEPTIK
Etiologi : streptococcus beta hemoliticus yang
berada dalam susu sapi
Jarang ditemukanm karena sudah banyak
metode pasteurisasi.
ANGINA PLAUT VINCENT (STOMATITIS
ULCEROMEMBRANACEA)
Etiologi : higiene yang kurang dan defisiensi vit C
Klasifikasi (Cont…)
TONSILITIS KRONIK
- Predisposisi : rangsangan kronik dari rokok, hiegiene mulut
yang buruk cuaca, jenis makanan tertentu, dan
pengobatanh tonsilitis akut yang tidak adekuat.
- Gambaran fraringoskop : tonsil membesar dengan
permnukaan tidak rata,epitel mukosa yang terkikis sehinga
terbentuk jaringan parut sehingga kripte melebar. Kriopte
berisi jaringan detritus.
- GK : rasa mengganjal di tengoorokan, nafas berbau.
- Terapi : Antibuiotik dengan pengobatan adekuat.
Simptomatik
- Komplikasi : infeksi di daerah sekitar (rhinitis, Otitis media)
penyabaran hematogen.
TONSILITIS KRONIK
DIAGNOSIS

1. Anamnesis
rasa sakit pada tenggorok yang terus menerus, sakit
waktu menelan, nafas bau busuk, malaise, sakit
pada sendi, kadang-kadang ada demam dan
nyeri pada leher
DIAGNOSIS
2. Pemeriksaan Fisis
Faringoskopi
T0 : Post Tonsilektomi
T1 : Tonsil masih terbatas dalam Fossa
Tonsilaris
T2 : Sudah melewati pillar anterior
belum melewati garis paramedian
T3 : Sudah melewati garis paramedian,
belum melewati garis median
T4 : Sudah melewati garis median
DIAGNOSIS
3. Pemeriksaan Penunjang

a. Mikrobiologi
b. Histopatologi
PENATALAKSANAAN

 Medikamentosa
 Terapi ini ditujukan pada hygiene mulut dengan cara berkumur,
pemberian antibiotic sesuai hasil kultur, dan pembersihan kripte tonsil
dengan alat irigasi. Pemberian antibiotika yang bermanfaat pada
penderita Tonsilitis Kronis seperti golongan cephalosporin dan golongan
penisilin seperti amoksisilin dan ditambahkan dengan asam klavulanat.
PENATALAKSANAAN
Tonsilektomi
Indikasi absolut. Indikasi tonsilektomi yang hampir absolut adalah berikut ini :

1. Timbulnya kor pulmonale karena obstruksi jalan napas yang kronis


2. Hipertrofi tonsil atau adenoid dengan sindroma apnea waktu tidur
3. Hipertrofi berlebihan yang menyebabkan disfagia dengan penurunan berat badan
penyerta
4. Biopsi eksisi yang dicurigai keganasan (limfoma)
Abses peritonsilar berulang atau abses yang meluas pada jaringan sekitarnya
PENATALAKSANAAN
Tonsilektomi
Indikasi Relatif :
• Serangan tonsilitis berulang (4-5x/tahun) walaupun pemberian terapi
adekuat.
• Tonsilitis carier misalnya tonsilitis difteri
• Hiperplasia tonsil dengan obstruksi fungsional
• Riwayat demam rematik dengan kerusakan jantung yang berhubungan
dengan tonsilitis yang berulang
• Hipertrofi tonsil / adenoid
• Tonsilitis kronik menetap yang respon penatalaksanaan medisnya tidak
berhasil
• Tonsilitis kronik yang berhubungan dengan adenopati servikal persisten.
KOMPLIKASI

 Lokal
rhinitis kronik , sinusitis atau otitis media, abses
peritonsiler
 Sistemik
endokarditis , artitris , miositis, nefritis, uveitis, i
ridoksilitis, dermatitis, pruritus, urtikaria dan
furunkulosis.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai