Anda di halaman 1dari 30

salah satu sistem kecil yang berada didalam sistem

hidrologi. Sistem hidrologi merupakan siklus air yang


kompleks mulai dari menguapnya air laut menuju
atmosfer, kemudian menuju darat dan kembali lagi ke
laut.
 Sistem bermula dari panas matahari yang mengevaporasi lautan
sebagai reservoir utama air bumi. Sebagian besar air langsung
kembali ke lautan sebagai hujan. Sirkulasi atmosferik membawa
sebagian uap air menuju daratan, yang kemudian kembali ke
bumi dalam bentuk hujan atau salju. Air yang jatuh ke bumi
melalui berbagai cara akhirnya kembali juga ke lautan. Sebagian
kembali ke atmosfer karena evaporasi, tetapi yang jelas kembali
melalui aliran permukaan (surface runoff) dalam sistem sungai
yang pada akhirnya bermuara di lautan (dibahas dalam bab ini).
Sebagian air ada yang meresap kedalam bumi dan bergerak
perlahan melalui ronggaporitanah dan batuan. Sebagian air
ditangkap dan dimanfaatkan oleh tumbuhan dan kemudian
dibuang ke atmosfer. Sebagian lagi banyak yang terus mengalir
dan masuk secara perlahan ke sungai dan danau atau terus
bermigrasi dibawah permukaan hingga lautan. Pada daerah
kutub atau di pegunungan yang tinggi, sebagian air akan
terperangkap pada kontinen sebagai glacial ice yang pada
akhirnya secara perlahan bergerak dari daerah dingin ke daerah
lebih hangat sehingga pencairan terjadi dan akhirnya aliran
permukaan mengalir hingga ke lautan.
 Kenampakan permukaan di Bumi berbeda dengan kenampakan
permukaan di Bulan. Di Bumi pandangan didominasi oleh lembah sungai
(stream valley) sedangkan di Bulan kenampakan didominasi oleh bentuk
depresi kawah-kawah (crater). Lembah sungai dikenali dimanapun pada
permukaan bumi, dan air yang mengalir sangat penting sebagai
penyebab utama erosi. Illustrasi yang menggambarkan begitu
dominannya lembah sungai dapat dilihat pada gambar 2.
 A B C
 Gambar 2. Erosi melalui mengalirnya air
merupakan proses dominan dalam pembentukan
bentang alam. (A). Citra Landsat dari daerah
Ozark Plateau di Missouri memperlihatkan sistem
sungai dan lembah-lembahnya. Citra diambil pada
elevasi 650 km. (B) Kenampakan foto udara
memperlihatkan jaringan sungai dan lembah yang
kompleks. Foto diambil pada elevasi 12 km. (C)
Foto udara memperlihatkan banyak sungai dan
lembah kecil pada sistem pengaliran (Hamblin &
Christiansen, 1995).
Sungai memiliki berbagai karakter.Adasungai yang lebar dan ada
pula yang sempit.Adasungai yang hanya terisi air bila turun
hujan, tetapi banyak sungai yang berisi air sepanjang tahun.
Karena banyak karakter itulah, maka sungai dianggap sebagai
suatu sistem yang kompleks. Sistem sungai (river system) sering
disebut juga sebagai cekungan pengaliran (drainage basin) terdiri
dari kanal utama (main channel) dan semua percabangan sungai
yang mengalir kedalamnya. Satu sistem dibatasi oleh pembagi
sistem (divide) berupa punggungan (ridge), karena pengaliran
diluar itu menjadi satu sistem yang lain. Sistem sungai
merupakan funneling mechanism (mekanisme menyerupai
corong) ketika membawa aliran permukaan (surface runoff) dan
guguran batuan (rock debris) yang terlapukkan. Sistem sungai
secara tipikal dibagi atas tiga, yaitu sistem pengumpulan
(collecting system), sistem pengangkutan (transporting system)
dan sistem penyebaran (dispersing system).
 Sistem Pengumpulan
Sistem ini terdiri dari suatu jaringan percabangan sungai
pada bagian hulu (head water region) yang berperan
mengumpulkan dan menyalurkan air dan sedimen menuju
sungai utama. Pola yang umum adalah pola pengaliran
dendritik yang menyerupai pohon (dendritic drainage
pattern) yang memiliki percabangan sungai yang meluas
hingga bagian hulu hingga mencapai pembagi sistem
sungai.
 Sistem Pengangkutan
Sistem ini merupakan tubuh utama sungai yang berfungsi
sebagai saluran berlalunya air dan sedimen yang berpindah
dari sistem sebelumnya ke arah lautan. Walaupun proses
utamanya adalah pengangkutan, namun pada subsistem ini
juga menerima pasokan air dan sedimen. Pengendapan
terjadi pada kelokan kanal (channel meanders) bagian sisi
dalam dan ketika luapan sungai terjadi pada sisi sungai
selama berlangsungnya banjir. Jadi, proses erosi,
pengendapan dan pengangkutan terjadi pada sistem ini.
 Sistem Penyebaran
Sistem ini terdiri dari jaringan pendistribusian pada muara
sungai yaitu air dan sedimen disebarkan masuk ke laut,
danau atau cekungan lainnya. Proses utamanya adalah
pengendapan muatan sedimen kasar dan penyebaran
material berbutir halus juga air sungai yang masuk kedalam
basin.
 Tingkatan Sistem Sungai
Setiap sungai dan lembah-lembahnya merupakan bagian
dari sistem pengaliran dengan masing-masing dengan
percabangannya berperan mengalirkan air dalam sistem ini.
Kajian sistem pengaliran memperlihatkan bahwa ketika
sistem sungai berkembang dengan bebas pada permukaan
yang homogen, maka dengan rasio matematis
mengkarakterisasi hubungan antara percabangan sungai,
ukuran dan kemiringan sungai serta lembah sungai.
Hamblin dan Christiansen (1995) menyampaikan
beberapa hal penting tentang generalisasi dan
keterkaitannya dengan sungai sebagai berikut:
1. Jumlah segmen atau percabangan sungai menurun
kearah hilir
2. Panjang hilir dalam progresif matematik
percabangan sungai lebih besar kearah hilir
3. kemiringan atau kelerengan sungai menurun
secara eksponensial kearah hilir
4. Kanal sungai menjadi lebih dalam dan menjadi
lebih lebar secara progresif kearah hilir
5. Ukuran lembah adalah tergantung dari ukuran
sungai dan peningkatan kearah hilir secara
proporsional
 Sistem Sungai
Sistem sungai adalah sekumpulan alur-alur sungai yang
membentuk jaringan yang komplek dan luas dimana air
yang berasal dari permukaan daratan mengalir. Batas
geografis dimana seluruh air yang ada di suatu wilayah
disebut sebagai watershed atau drainage basin. Dalam satu
watershed terdapat beberapa alur sungai kecil-kecil yang
disebut sebagai cabang-cabang sungai (tributaries) yang
mengalirkan air ke alur sungai yang lebih besar (principal
stream). Sistem pengaliran sungai dalam suatu watershed
dapat dipisah-pisahkan berdasarkan ukuran alur sungainya
dan dikenal sebagai stream ordering. Order pertama dari
pengaliran sungai adalah alur sungai yang ukurannya
paling kecil, sedangkan order kedua adalah alur sungai
yang hanya memiliki cabang-cabang sungai dari order
pertama sebagai cabang sungainya.
Order ke tiga adalah alur sungai yang hanya memiliki
cabang-cabang sungai dari alur sungai order pertama dan
atau order kedua. Secara umum, sungai yang mempunyai
order yang lebih tinggi akan mempunyai batas pemisah air
(watershed) yang lebih luas dan sudah barang tentu akan
membawa air permukaan yang lebih banyak. Topografi
yang tinggi umumnya memiliki batas pemisah air yang
memisahkan arah aliran air runoff ke dalam cekungan yang
berbeda didasarkan atas orientasi dari kemiringan
lerengnya. Salah satu yang mengendalikan jumlah air yang
berada dalam sungai di setiap lokasi adalah luas areal
permukaan yang terdapat di dalam drainage basin tersebut
dan hal ini merupakan fungsi dari batas pemisah
pengaliran.
Sistem sungai mulai dari hulu kemudian kearah hilir hingga
ke laut, yaitu mulai sumbernya di pegunungan kemudian
mengalir melalui anak-anak cabangnya menuju ke saluran-
saluran utama (tributary channel) yang pada akhirnya ke
sungai induknya untuk menuju ke arah laut. Sungai
ternyata merupakan media yang mampu mengangkut
sejumlah besar bahan yang terbentuk sebagai akibat proses
pelapukan batuan
Banyaknya bahan yang diangkut ditentukan oleh
faktor iklim dan tatanan geologi dari suatu wilayah.
Meskipun bahan-bahan yang diangkut oleh sungai
berasal antara lain dari hasil penorehan yang
dilakukan sungai itu sendiri, tetapi ternyata yang
jumlahnya paling besar adalah yang berasal dari hasil
proses pelapukan batuan. Proses pelapukan ternyata
menghasilkan sejumlah besar bahan yang siap untuk
diangkut baik oleh sungai maupun oleh cara lain
seperti gerak tanah, dan atau air-tanah.
Material-material hasil pelapukan dan erosi diangkut
oleh air sungai dan diendapkan sebagai sedimen.
Aktivitas sungai yang mengalir di daratan akan meng-
erosi dan merubah bentuk bentuk bentangalam.
Proses-proses erosi dan pembentukan alur-alur sungai
merupakan agen di dalam perubahan bentuk
bentangalam.
 Pola Aliran Sungai
Dengan berjalannya waktu, suatu sistem jaringan
sungai akan membentuk pola pengaliran tertentu
diantara saluran utama dengan cabang-cabangnya dan
pembentukan pola pengaliran ini sangat ditentukan
oleh faktor geologinya. Pola pengaliran sungai dapat
diklasifikasikan atas dasar bentuk dan teksturnya.
Bentuk atau pola berkembang dalam merespon
terhadap topografi dan struktur geologi bawah
permukaannya. Saluran-saluran sungai berkembang
ketika air permukaan (surface runoff) meningkat dan
batuan dasarnya kurang resisten terhadap erosi.
Sistem fluviatil dapat menggambarkan perbedaan pola
geometri dari jaringan pengaliran sungai. Jenis pola
pengaliran sungai antara alur sungai utama dengan
cabang-cabangnya disatu wilayah dengan wilayah
lainnya sangat bervariasi. Adanya perbedaan pola
pengaliran sungai disatu wilayah dengan wilayah
lainnya sangat ditentukan oleh perbedaan kemiringan
topografi, struktur dan litologi batuan dasarnya.
 1. Pola Aliran Dendritik
Pola aliran dendritik adalah pola aliran yang cabang-cabang
sungainya menyerupai struktur pohon. Pada umumnya pola
aliran sungai dendritik dikontrol oleh litologi batuan yang
homogen. Pola aliran dendritik dapat memiliki
tekstur/kerapatan sungai yang dikontrol oleh jenis batuannya.
Sebagai contoh sungai yang mengalir diatas batuan yang
tidak/kurang resisten terhadap erosi akan membentuk tekstur
sungai yang halus (rapat) sedangkan pada batuan yang
resisten (seperti granit) akan membentuk tekstur kasar
(renggang).
2. Pola Aliran Radial
Pola aliran radial adalah pola aliran sungai yang arah
alirannya menyebar secara radial dari suatu titik ketinggian
tertentu, seperti puncak gunungapi atau bukir intrusi. Pola
aliran radial juga dijumpai pada bentuk-bentuk bentangalam
kubah (domes) dan laccolith. Pada bentangalam ini pola aliran
sungainya kemungkinan akan merupakan kombinasi dari pola
radial dan annular.
3. Pola Aliran Rectangular
Pola rectangular umumnya berkembang pada batuan
yang resistensi terhadap erosinya mendekati seragam,
namun dikontrol oleh kekar yang mempunyai dua arah
dengan sudut saling tegak lurus. Kekar pada umumnya
kurang resisten terhadap erosi sehingga memungkinkan
air mengalir dan berkembang melalui kekar-kekar
membentuk suatu pola pengaliran dengan saluran
salurannya lurus-lurus mengikuti sistem kekar.
4. Pola Aliran Trellis
Geometri dari pola aliran trellis adalah pola aliran yang
menyerupai bentuk pagar yang umum dijumpai di
perkebunan anggur. Pola aliran trellis dicirikan oleh
sungai yang mengalir lurus disepanjang lembah dengan
cabang-cabangnya berasal dari lereng yang curam dari
kedua sisinya. Sungai utama dengan cabang-cabangnya
membentuk sudut tegak lurus sehingga menyerupai
bentuk pagar.
Pola aliran trellis adalah pola aliran sungai yang berbentuk
pagar (trellis) dan dikontrol oleh struktur geologi berupa
perlipatan sinklin dan antilin. Sungai trellis dicirikan oleh
saluransaluran air yang berpola sejajar, mengalir searah
kemiringan lereng dan tegak lurus dengan saluran utamanya.
Saluran utama berarah se rah dengan sumbu lipatan.
5. Pola Aliran Centripetal
Pola aliran centripetal merupakan ola aliran yang berlawanan
dengan pola radial, dimana aliran sungainya mengalir kesatu
tempat yang berupa cekungan (depresi). Pola aliran centripetal
merupakan pola aliran yang umum dijumpai di bagian barat
dan baratlaut Amerika, mengingat sungai-sungai yang ada
mengalir ke suatu cekungan, dimana pada musim basah
cekungan menjadi danau dan mengering ketika musin kering.
Dataran garam terbentuk ketika air danau mengering.
6. Pola Aliran Annular
Pola aliran annular adalah pola aliran sungai yang arah
alirannya menyebar secara radial dari suatu titik ketinggian
tertentu dan ke arah hilir aliran kembali bersatu. Pola aliran
annular biasanya dijumpai pada morfologi kubah atau intrusi
loccolith.
7. Pola Aliran Paralel (Pola Aliran Sejajar)
Sistem pengaliran paralel adalah suatu sistem aliran
yang terbentuk oleh lereng yang curam/terjal.
Dikarenakan morfologi lereng yang terjal maka
bentuk aliran-aliran sungainya akan berbentuk
lurus-lurus mengikuti arah lereng dengan cabang-
cabang sungainya yang sangat sedikit. Pola aliran
paralel terbentuk pada morfologi lereng dengan
kemiringan lereng yang seragam.
Pola aliran paralel kadangkala meng-indikasikan
adanya suatu patahan besar yang memotong daerah
yang batuan dasarnya terlipat dan kemiringan yang
curam. Semua bentuk dari transisi dapat terjadi
antara pola aliran trellis, dendritik, dan paralel.
Sebagaimana diketahui bahwa klasifikasi genesa
sungai ditentukan oleh hubungan struktur perlapisan
batuannya. Genetika sungai dapat dibagi sebagai
berikut:
a. Sungai Superposed atau sungai Superimposed
Sungai Superposed atau sungai Superimposed
adalah sungai yang terbentuk diatas permukaan
bidang struktur dan dalam perkembangannya erosi
vertikal sungai memotong ke bagian bawah hingga
mencapai permukaan bidang struktur agar supaya
sungai dapat mengalir ke bagian yang lebih rendah.
Dengan kata lain sungai superposed adalah sungai
yang berkembang belakangan dibandingkan
pembentukan struktur batuannya.
b. Sungai Antecedent
Sungai Antecedent adalah sungai yang lebih dulu
ada dibandingkan dengan keberadaan struktur
batuanya dan dalam perkembangannya air sungai
mengikis hingga ke bagian struktur yang ada
dibawahnya. Pengikisan ini dapat terjadi karena
erosi arah vertikal lebih intensif dibandingkan arah
lateral.
c. Sungai Konsekuen
Sungai Konsekuen adalah sungai yang berkembang
dan mengalir searah lereng topografi aslinya.
Sungai konsekuen sering diasosiasikan dengan
kemiringan asli dan struktur lapisan batuan yang
ada dibawahnya. Selama tidak dipakai sebagi
pedoman, bahwa asal dari pembentukan sungai
konsekuen adalah didasarkan atas lereng
topografinya bukan pada kemiringan lapisan
batuannya.
d. Sungai Subsekuen
Sungai Subsekuen adalah sungai yang berkembang
disepanjang suatu garis atau zona yang resisten. sungai ini
umumnya dijumpai mengalir disepanjang jurus perlapisan
batuan yang resisten terhadap erosi, seperti lapisan
batupasir. Mengenal dan memahami genetika sungai
subsekuen seringkali dapat membantu dalam penafsiran
geomorfologi.
e. Sungai Resekuen
Lobeck (1939) mendefinisikan sungai resekuen sebagai
sungai yang mengalir searah dengan arah kemiringan
lapisan batuan sama seperti tipe sungai konsekuen.
Perbedaanya adalah sungai resekuen berkembang
belakangan.
f. Sungai Obsekuen
Lobeck juga mendefinisikan sungai obsekuen sebagai
sungai yang mengalir berlawanan arah terhadap arah
kemiringan lapisan dan berlawanan terhadap sungai
konsekuen. Definisi ini juga mengatakan bahwa sungai
konsekuen mengalir searah dengan arah lapisan batuan.
g. Sungai Insekuen
Sungai Insekuen adalah aliran sungai yang
mengikuti suatu aliran dimana lereng tifdak
dikontrol oleh faktor kemiringan asli, struktur atau
jenis batuan.
Beberapa aspek dari pola pengaliran sungai menjadi
sangat penting untuk pertimbangan dalam
interpretasi geomorfologi, terutama:
1. Klasifikasi genetik sungai, hubungan sungai dengan
kemiringan asli, batuan yang berada dibawah aliran
sungai, dan struktur geologi.
2. Tahapan perkembangan suatu sungai
3. Pola pengaliran sungai
4. Anomali pengaliran dalam suatu pola aliran
5. Karakteristik.
6. Jentera geomorfik.
 Tahapan perkembangan suatu sungai dapat dibagi
menjadi 5 (tiga) stadia, yaitu stadia sungai awal,
satdia muda, stadia dewasa, stadia tua, dan stadia
remaja kembali (rejuvination).
Adapun ciri-ciri dari tahapan sungai adalah
sebagai berikut:
1. Tahapan Awal (Initial Stage), Tahap awal suatu
sungai seringkali dicirikan oleh sungai yang
belum memiliki orde dan belum teratur seperti
lazimnya suatu sungai. Air terjun, danau, arus
yang cepat dan gradien sungai yang bervariasi
merupakan ciri-ciri sungai pada tahap awal.
Bentangalam aslinya, seringkali
memperlihatkan ketidakteraturan, beberapa
diantaranya berbeda tingkatannya, arus
alirannnya berasal dari air runoff ke arah suatu
area yang masih membentuk suatu depresi
(cekungan) atau belum membentuk lembah.
Sungai pada tahapan awal umumnya
berkembang di daerah dataran pantai (coastal
plain) yang mengalami pengangkatan atau
diatas permukaan lava yang masih baru /
muda dan gunungapi, atau diatas permukaan
pediment dimana sungainya mengalami
peremajaan (rejuvenation).
2. Tahapan Muda
Sungai yang termasuk dalam tahapan muda
adalah sungai-sungai yang aktivitas aliran
sungainya mengerosi kearah vertikal. Aliran
sungai yang menmpati seluruh lantai dasar
suatu lembah. Umumnya profil lembahnya
membentuk seperti huruf .V.. Air terjun dan
arus yang cepat mendominasi pada tahapan
ini.
3. Tahapan Dewasa
Tahap awal dari sungai dewasa dicirikan oleh mulai
adanya pembentukan dataran banjir secara setempat
setempat dan semakin lama semakin lebar dan
akhirnya terisi oleh aliran sungai yang berbentuk
meander, sedangkan pada sungai yang sudah masuk
dalam tahapan dewasa, arus sungai sudah membentuk
aliran yang berbentuk meander, penyisiran kearah
depan dan belakang memotong suatu dataran banjir
(flood plain) yang cukup luas sehingga secara
keseluruhan ditempati oleh jalur-jalur meander. Pada
tahapan ini aliran arus sungai sudah memperlihatkan
keseimbangan antara laju erosi vertikal dan erosi
lateral.
4. Tahapan Tua
Pada tahapan ini dataran banjir diisi sepenuhnya oleh
meander dan lebar dari dataran banjir akan beberapa
kali lipat dari luas meander belt. Pada umumnya
dicirikan oleh danau tapal kuda (oxbow lake) dan
rawa-rawa (swampy area). Erosi lateral lebih dominan
dibandingkan erosi lateral.
5. Peremajaaan Sungai (Rejuvenation)
Setiap saat dari perkembangan suatu sungai dari
satu tahap ke tahap lainnya, perubahan mungkin
terjadi dimana kembalinya dominasi erosi vertikal
sehingga sungai dapat diklasifikasi menjadi sungai
dalam tahapan muda. Sungai dewasa dapat
mengalami pengikisan kembali ke arah vertikal
untuk kedua kalinya karena adanya pengangkatan
dan proses ini disebut dengan perenajaan sungai.
Proses peremajaan sungai adalah proses terjadinya
erosi ke arah vertikal pada sungai berstadia
dewasa akibat pengangkatan dan stadia sungai
kembali menjadi stadia muda.
1. Sungai Hujan
Sungai hujan adalah sungai yang mendapatkan air dari
hujan. Di Indonesia sebagian besar sungai-sungainya
adalah sungai hujan karena Indonesia negara tropis yang
banyak turun hujan.
2. Sungai Gletser
Sungai gletser adalah sungai yang sumber airnya berasal
dari salju yang mencair berkumpul menjadi kumpulan
air besar yang mengalir. Sungai membramo /
memberamo di daerah papua / irian jaya adalah salah
satu contoh dari sungai gletser yang ada di Indonesia.
3. Sungai Campuran
Sungai campuran adalah sungai di mana air sungai itu
adalah pencampuran antara air hujan dengan air salju
yang mencair. Contoh sungai campuran adalah sungai
digul di pulau papua / irian jaya.
 1. Sungai Anteseden
Sungai Anteseden adalah sungai yang tetap
mempertahankan arah aliran airnya walaupun
ada struktur geologi (batuan) yang melintang.
Hal ini terjadi karena kekuatan arusnya,
sehingga mampu menembus batuan yang
merintanginya.
 2. Sungai Superposed
Sungai Superposed, adalah sungai yang
melintang, struktur dan prosesnya dibimbing
oleh lapisan batuan yang menutupinya.
1. Sungai Permanen
Sungai Permanen, adalah sungai yang debit airnya
sepanjang tahun relatif tetap. Contoh sungai jenis ini
adalah sungai Kapuas, Kahayan, Barito dan
Mahakam di Kalimantan. Sungai Musi, Batanghari
dan Indragiri di Sumatera.
2. Sungai Periodik
Sungai Periodik, adalah sungai yang pada waktu
musim hujan airnya banyak, sedangkan pada
musim kemarau airnya kecil. Contoh sungai jenis ini
banyak terdapat di pulau Jawa misalnya sungai
Bengawan Solo, dan sungai Opak di Jawa Tengah.
Sungai Progo dan sungai Code di Daerah Istimewa
Yogyakarta serta sungai Brantas di Jawa Timur.
 3. Sungai Episodik
Sungai Episodik, adalah sungai yang pada
musim kemarau airnya kering dan pada
musim hujan airnya banyak. Contoh sungai
jenis ini adalah sungai Kalada di pulau
Sumba.
4. Sungai Ephemeral
Sungai Ephemeral, adalah sungai yang ada
airnya hanya pada saat musim hujan. Pada
hakekatnya sungai jenis ini hampir sama
dengan jenis episodik, hanya saja pada
musim hujan sungai jenis ini airnya belum
tentu banyak.

Anda mungkin juga menyukai