Anda di halaman 1dari 19

DIFTERI

QUIZNUL FATUF DEFITA MUSMARF (20174011108)


DR. H. SUPRAPTO, SP. PD
BAB I PENDAHULUAN
BAB I

Difteri adalah infeksi akut yang terjadi secara lokal pada membrana
mukosa atau kulit yang disebabkan oleh bakteri dari genus
Corynebacteria yang terjadi dari spesies Corynebacterium diohtheriae dan
BAB II Corynebacteria non-difteri.

7.097 kasus difteri di seluruh dunia pada Th 2016

BAB III
3485 (kasus difteri tertinggi di
dunia Th 2011)  India

3353 (kasus difteri


tertinggi kedua di dunia
Th 2011 s/d
2016Indonesia
BAB I PENDAHULUAN
BAB I

BAB II
Tahun
2017
622 kasus, 32 diantaranya
meninggal dunia

BAB III
Tahun
2014
296 kasus dengan kasus
meninggal sebanyak 16 orang
Tahun
2011
811 kasus dengan 38 orang
meninggal
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB I
Definisi
Suatu penyakit infeksi akut yang terjadi secara lokal pada mukosa atau kulit,
BAB II yang disebabkan oleh basil Gram positif Corynobacterium diphtheriae dan
Corynebacteria ulcerans yang ditandai oleh terbentuknya eksudat
berbentuk membran pada tempat infeksi dan diikuti gejala umum yang
ditimbulkan eksotoksin yang diproduksi oleh basil ini.

BAB III
Etiologi
Corynebacterium Diphteriae
- Batang gram positif (aerob)
- Pleomorfik
- Berpasangan
- Tidak berkapsul
- Mati pada pemanasan 60ºC
- Bentuk L atu V
- Diameter 0,1-1mm
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB I
Klasifikasi bakteri

BAB II

BAB III
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB I
Klasifikasi penyakit difteri

BAB II Klasifikasi
berat penyakit

BAB III
Infeksi ringan Infeksi sedang Infeksi berat
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB I
Gejala Klinis

BAB II Gejala awalnya bersifat umum dan tidak spesifik


Gejala umumnya :
o Demam (50-85%) dan kadang menggigil
o Malaise
o Sakit tenggorokan (85-90%)
BAB III o Sakit kepala
o Limfadenopati saluran pernapasan dan pembentukan
pseudomembran (sekitar 50%)
o Suara serak, disfagia (26-40%)
o Dispnea, stridor perdapasan, mengi, batuk
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB I
Gejala berdasarkan lokasi
Klasifikasi
berdasarkan
BAB II lokasi

ulkus yang
Difteri ditutupi membran
Difteri kulit
pernapasan abu-abu
BAB III

Difteri nasal Difteri faring Difteri laring


anterior dan tonsil dan trakhea

common cold radang pada suara serak dan stridor , sesak nafas hebat,
(demam, lesu dan selaput lendir , sianosis, tampak retraksi suprasternal serta
rhinorea), tidak membentuk epigastrium, bull neck, laring akan tampak
produksi nasal pseudomembran,, kemerahan, sembab, banyak sekret dan
discharge nafas berbau permukaan ditutupi oleh pseudomembran
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB I
Penegakan Diagnosis
▪ Presumptive diagnosis  Pewarnaan Gram
BAB II ▪ Identifikasi cepat  Pewarnaan immunoflueresencent atau
metilen biru
▪ Diagnosis definitif & identifikasi  Kultur media tellurite atau
loeffler
BAB III
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB I
Diagnosis Banding
Difteri nasal anterior
BAB II Korpus alienum hidung
Common cold
Sinusitis difteri fausial
Difteri fausial
Tonsilofaringitis
Monokleosis infeksiosa
BAB III Kandidiasis mulut
Herpes zoster ada palatum
Angina plaut vincent
Blood dyscrasia
Difteri laring
Laringotrakeobronkitis
Croup spasmodik/ non spasmodik
Aspirasi benda asing
Abses retrofaringeal
Papilloma laring
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB I
Patofisiologi
Kerusaka
n 3 regio
Toksin
C dyphtheriae jaringan Subunit A
difteri
dan 2 subunit
BAB II nekrosis Subuit B

Fragmen B
BAB III Masuk
Reaksi
inflamasi
berikatan
dengan patchy
reseptor
lokal permukaan
sel
exudat

Endosom
subunit A peradangan
menghas menghentikan dan destruksi
Berkemb
ilkan sintesis sel epitel yang
ang protein sel diikuti
eksotoksi host nekrosis
n
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB I
Komplikasi
o Saluran pernapasan
BAB II o Kardiovaskuler  miokarditis (65%)
o Pneumonia bacterial sekunder
o Susunan saraf (75% pada difteri berat)
o Neuritis optik
o Septikemia/ syok
BAB III o Artritis septik, osteomielitis
o Metastasis
o Kematian
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB I
Penatalaksanaan

BAB II Pengobatan Pengobatan


umum khusus

Isolasi Uji
penderita sensitivitas
BAB III
Istirahat Anti- toksin

Makanan
lunak dan Antibiotik
atau cair
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB I

Pengobatan umum

BAB II o Isolasi penderit dengan pengawasan yang ketat atas


kemungkinan timbulnya komplikasi antara lain pemeriksaan EKG
setiap 2-3 kali dalam seminggu selama 46 minggu serta dilakukan
tindakan pencegahan universal dari resiko penularan melalui
droplet serta membatasi jumlah kontak
BAB III o Istirahat mutlak di tempat tidur,minimal 2-3 minggu
o Makanan lunak dan atau cair bergantung pada keadaan
penderita, kebersihan jalan napas dan pembersihan lendir
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB I

Pengobatan khusus
o Uji sensitivitas sebelum diberikannya antitoksin
Jika ujisensitivitas positif maka diberikan secara densitasi dengan interval 20 menit
BAB II dengaan dosis :
0,1 ml larutan 1:20 subkutan (dalam cairan NaCl 0,9%)
0,1 ml larutan 1:10 subkutan
0,1 ml tanpa dilarutkan, subkutan
0,3 ml tanpa dilarutkan, intramuskular
0,5 ml tanpa dilarutkan, intramuskular
BAB III 0,1 ml tanpa dilarutkan, intravena
Bila tidak ada reaksi sisanya diberikan secara intravena secara perlahan-lahan.
o Anti- toksin
Difteri nasal/fausial ringan : 20.000-40.000 U , iv dalam waktu 60 menit
Difteri fausial sedang : 40.000-60.000 U, iv
Difteri fausial berat : 80.000-120.000 iv
o Antibiotik
Penisilin procain 1.200.000 unit/hari secara im 2x/hari selama 14 hari
Eritromisin : 2 gr/hari secara peroral dengan dosis terbagi 4x/hari
Preparat lain seperti amolsisilin, rifampisin, klindamisin
Kortikosteroid : 2mg/kgbb/hari selama 3 minggu kemudian dihentikan secara
bertahap.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB I
Pencegahan
o Vaksinasi
BAB II DtaP : untuk anak pada umur 2 bulan, 4 bulan, 6 bulan,15-18 bulan,dan 4-6 tahun.
TdaP : untuk dewasa
DT : untuk anak- anak remaja digunakan sebagai booster setiap 10 tahun atau
ketika setelah terjadi paparan
Td : diberikan pada remaja berusia 11 atau 12 tahun
o Isolasi penderita
BAB III Penderita harus di isolasi dan baru boleh dipulangkan setelah pemeriksaan
sediaan langsung menunjukkan tidak terdapat lagi C diphtheriae 2 kali berturut-
turut
o Pencarian dan pengobatan karier difteria
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB I
Prognosis
Prognosis dari difteri ini bergantung dari beberapa faktor
BAB II seperti umur penderiyta, virulensi basil difteri, plokasi dan luas
membran yang terbentuk, status kekenalan penderita, dan
pengobatan. Secara umum angka kematian karena difteri 5-10%.
Tingkat kematian paling tinggi disebabkan oleh difteri jenis
BAB III gravis/invasif dengan angka kematian 50%.
BAB III KESIMPULAN
BAB I
Difteri adalah Difteri adalah suatu penyakit infeksi akut yang terjadi
secara lokal pada mukosa atau kulit, yang disebabkan oleh basil Gram positif
Corynobacterium diphtheriae dan Corynebacteria ulcerans yang ditandai
oleh terbentuknya eksudat berbentuk membran pada tempat infeksi dan
BAB II diikuti gejala umum yang ditimbulkan eksotoksin yang diproduksi oleh basil
ini.
Secara umum difteri menunjukkan gejala demam dan kadang
menggigil, malaise, sakit tenggorokan, sakit kepala, limfadenopati saluran
pernapasan dan pembentukan pseudomembran, suara serak, disfagia,
BAB III dispnea, stridor perdapasan, mengi, batuk
Klasifikasi dari difteri berdasarkan subtipenya di bagi menjadi 4 yaitu,
gravis, intermediate, mitis dan bifante. Sedangkan berdasarkan berat
ringannya penyakit dibagi menjadi 3 yaitu, infeksi ringan, sedang dan berat.
Difteri bisa dicegah dengan menggunakan vaksin sesuai dengan anjuran
yang ada. Pengobatannya bisa menggunakan pengobatan khusus dan
pengobatan umum sesuai dengan yang diindikasikan masing-masing. Angka
kematian karena difteri sebanyak 5-10% namun kasus ini mulai muncul
kembali dengan jumlah yang tidak cukup sedikit oleh karena itu perlu kita
ketaui tentang penjelasan dari difteri terlebih tentang bagaimana cara
pencegahan maupun pengobatannya.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai