Anda di halaman 1dari 12

Peranan Epidemiologi

dalam pengelolaan
Penderita

Oleh :
Veby Anata Bauti
1720312003
Epidemiologi Klinis
Penerapan metode/prinsip epidemiologi dan biostatistika yang
digunakan untuk pengelolaan penderita.

Tujuan Epidemiologi Klinis :


1. Membantu mengelola penderita secara rasional
2. Meningkatkan ketepatan, efektiftas, dan efisiensi dalam diagnosis dan terapi.
3. Tetap mengikuti perkembangan ilmu kedokteran.
Pengelolaan penderita yang rasional
Para klinisi menangani penderita secara individual dan
pengambilan keputusan pada pengelolaan penderita atas
dasar :
a. Ilmu yang berisi komponen : Pengetahuan, logika dan
pengalaman.
b. Seni yang merupakan komposit dari : keyakinan,
pertimbangan, dan intuisi.
( Sackett DL, dkk. 1991)
Penerapan metode epidemiologi pada hakikatnya
dilaksanakan oleh 2 pelaku epidemiologi klinis yaitu :
1. Peneliti (doers) dapat berupa penelitian klinis, komunitas,
sosial dan ekonomi.
2. Pengguna (Users) para klinisi pengguna hasil penelitian
sebagai back up untuk diterapkan dalam pengelolaan
penderita.
Epidemiologi klinis berdampak pada kesehatan dan
kualitas hidup masyarakat luas, karena itu epidemiologi klinis
dapat diterapkan oleh para pengambil keputusan dibidang
kesehatan ditingkat yang lebih tinggi dan bersifat lintas sektoral.
Meningkatkan akurasi, efektifitas dan
efisiensi pengelolaan penderita
1. Telaah Kritis
epidemiologi klinis menekankan penerapan evidence
based medicine (EBM) yaitu pengelolaan penderita atas dasar
hasil penelitian yang telah terbukti efektif dan sahih sebagai
dasar pengambilan keputusan klinis.
Tujuan telaah kritis adalah agar seorang klinisi :
a. Dapat memilih artikel sahih untuk diterapkan pada
pengelolaan penderita.
b. Dapat mengikuti perkembangan ilmu kedokteran
2. Metode Kuantitatif
Penerapan statistika untuk memperhitungkan akurasi dan
efisiensi, diagnosis, terapi dan prognosis. Misalnya metode nilai
prediksi, likelihood ratio methods dan clinical decision analysis.
3. Ekonomi klinis
Efisiensi lebih ditingkatkan jika diaplikasikan ilmu ekonomi dalam
pengelolaan penderita.
4. Ilmu sosial
dalam menegakkan diagnosis misalnya AIDS, informasi sosial
dan perilaku sangat diperlukan. Kepatuhan terhadap perintah
dokter dalam diagnosis dan terapi juga dipengaruhi faktor sosial.
Tetap mengikuti perkembangan
• Perlu metode cepat untuk menilai kesahihan sebuah artikel.
• Pengelolaan yang baik berasal dari penelitian yang baik untuk
itu epidemiologi klinis diharapkan akan merangsang para klinisi
untuk meningkatkan kualitas maupun kuantitas penelitian.
Pengambilan keputusan klinis
untuk membuat keputusan klinis dalam menegakkan diagnosis
para klinisi selalu tergantung pada informasi diagnostik seperti
riwayat penyakit, pemeriksaan fisik dan penunjang. Atas dasar
itulah dibuat perkiraan berapa besar probabilitas seseorang
untuk menderita suatu penyakit.
Kuantifikasi diagnosis
• Pengambilan keputusan penggunaan tes diagnostik
Metode Nilai Prediktif salah satu metode terbaik untuk
menentukan sakit tidaknya seseorang. Diolah melalui
penerapan nilai sensitifitas (SN) dan spesifisitas (SP) suatu tes
diagnostik untuk memprediksi seberapa besar probabilitas
sesorang untuk menderita suatu penyakit setelah dilakukan tes
diagnostik tersebut.
Langkah-langkah nya :
1. memperkirakan besarnya probabilitas pra-tes seseorang untuk
menderita suatu penyakit sebelum tes diagnostik yang akan
digunakan.
a. Penentuan Probabilitas Pra-tes ditentukan oleh kemampuan klinisi
yaitu :
- ilmu kedokteran dasar, keterampilan diagnosis fisik, penguasaan ilmu
penyakit, ketepatan penerapan skor dan kriteria diagnosis serta ilmu
kedokteran yang lain.
- kemampuan sintesis dan analisis data klinis yang digali dari
anamnesis, pemeriksaan fisik dan laboratorium.
- Pengalaman semakin besar pengalaman makin akurat nilai
probabilitas pra-tesnya.
- seni (art) masing-masing dokter yang merupakan komposit dari
pertimbangan intuisi, keyakinan.
2. Mengetahui nilai SN dan SP tes diagnostik yang akan
digunakan Penting untuk digunakan apabila berbiaya tinggi
atau riskan jika dilakukan.
Panduan untuk membantu memilih akurasi tes diagnostik
adalah :
- jika individu sakit tetapi tidak terdiagnosis (negatif palsu) akan
meninggal jika tidak diobati, pilih tes diagnosis dengan SN yang
tinggi.
- jika diagnosis yang positif palsu akan memberikan terapi yang
beresiko seperti kemoterapi atau tindak lanjut yang berisiko
seperti kateterisasi jantung atau memberikan efek yang
merugikan pada penderita seperti AIDS, maka pilih tes dengan
SP yang tinggi.
3. Menafsirkan kesahihan SN dan SP dari tes diagnostik yang akan
digunakan.
- Nilai SN dan SP biasanya diambil dari artikel yang melaporkan
hasil penelitian suatu tes diagnostik baik luar maupun dalam
negeri, namun tidak semuanya sahih oleh karena itu telaah
terlebih dahulu kesahihannya.
4. Mengolah informasi-informasi dalam tabel 2x3 untuk
mendapatkan probabilitas seseorang untuk menderita penyakit
setelah dilakukan tes diagnostik. Inilah yang disebut probabilitas
pasca tes.
• Memperkirakan Probabilitas penyakit jika hasil tes diagnostik
sudah diketahui dengan metode likelihood rasio (MLR).
Referensi :
Soeparto, pitono dkk. Epidemiologi klinis. 1998. Surabaya :
GRAMIK FK. UNAIR

Anda mungkin juga menyukai