Anda di halaman 1dari 86

TBC dan Permasalahan

Masalah Dunia
 1/3 Penduduk dunia telah terinfeksi Tuberkulosis

 WHO 2000 : 95 % TBC ada di Negara berkembang.


75 % kelompok usia produktif ( 15 – 50 th )

50 % Kasus tidak terdiagnosa

 Munculnya HIV / AIDS : Penderita TBC meningkat

TB/HIV A Clinical Manual 2’nd WHO


PROPORSI TBC DI INDONESIA
DALAM PETA DUNIA

Indonesia 10% China


Bangladesh 4% 15%
Pakistan 4%
Philippines 3%
India
Nigeria 3% 30%
South Africa 2%
Russia 1% Lainnya
28%

National TB Program Indonesia


BESARNYA MASALAH TBC DI INDONESIA

 Penderita TB baru : 582.000 / tahun


 Kematian ok TBC : 140.000 / tahun
 Keberhasilan Pengobatan : 86,3% ( 2002 )
 1 BTA pos (+) dlm 1 tahun menulari : 10-15 pddk
 Peningkatan ancaman AIDS.

National TB Program Indonesia


Patogenesis

 Penyebab : Kuman “ Mycobacterium Tuberculosa “

 Kadang-2 : Mycobacterium Bovis / Myco bact. Aficanum

 Port d’entrée kasus infeksi TB : 98% lewat Paru


Faktor terjadinya infeksi TB

Mycobac TB KUMAN
SUMBER TBC
INFEKSI

1. Ada sumber Infeksi ( Open Case )

2. Jumlah Kuman, Terpapar terus menerus

3. Virulensi Kuman TBC

4. Daya Tahan Tubuh TURUN


Kondisi Daya tahan tubuh menurun
1 UMUR
Usia lanjut
2 LINGKUNGAN
Nutrisi jelek, perumahan , pekerjaan
3 TOKSIK
Peminum alkohol, perokok.
4 IMMUNOLOGIS Infeksi berat , pemakaian steroid jangka
lama
5 PENYAKIT Diabetes , Keganasan, infeksi virus
( HIV )
6 GENETIKA
Diturunkan
Fig : Patogenesis Mycobacterium Tuberculosis
B. Primary Pulmonary Tuberculosis 0 - 3 weeks

B. Primary Pulmonary Tuberculosis > 3 weeks

Mantoux Test
Perkembangan Infeksi TB

KALSIFIKASI
FIBROSIS
Inflamasi
lokal

REACTIVASI

Pengkejuan
Pengkejuan Kavitas
Penyebaran kuman Erosi ke bronkus
Hasil pertempuran antara
Inang >< Kuman TB

Kuman mati Kuman hidup

Basil TBC lemah, 85 –90 % terjadi Individu terinfeksi


Jumlah sedikit infeksi latent menjadi TBC Aktif

Basil TBC masih hidup,


Basil TBC dihancurkan
tapi terkontrol

Kesimbangan terganggu
Sehat ( HIV, DM, Malnutrisi )

Mantoux Tes positif


TBC Aktiv
( 10 – 15 mm )
Kalender Perjalanan Penyakit TBC Primer
Komplek Primer
Sebagian besar Erosi bronkus
Sembuh sendiri (3-6 bulan ) Meningitis TB Tulang TB Ginjal
(3-24 bulan ) TB Millier (3 tahun) (5 tahun)
Pleural effusion (12 bulan )
(3-6 bulan )

Infeksi

TES TUBERKULIN POSITIF

2-12 Minggu
( 6-8 Minggu)

Time table “ Wallgren”


Penyebaran kuman TB

1 2 3 4 5
a. Paru sekitar
b. Pleura
Airway Gastrointestinal Hematogen Limfogen
c. Perikardium
Komplikasi Penyebaran kuman TB

1 Pulmonary TB
2 Upper Resp Tract TB Laryngitis TB, Tonsilitis TB
3 Otologic TB TB Telinga
4 Oculer TB TB Mata
5 Central Nervous System TB Meningitis TB
6 Lymphonodi / Parotis Lymphadenitis TB , Parotitis TB
7 Cardiovasculer TB Pericarditis TB, TB Aorta, TB
Myocardium
Komplikasi Penyebaran kuman TB

8 Muskuloskeletal / Bone Spondylitis , Osteomyelitis, Arthritis TB


TB
9 Genitourinary TB TB Ginjal

10 Gastrointestinal TB TB Usus

11 Peritonitis Peritonitis TB

12 Liver, Biiliary tract, Pancreatitis TB, TB Liver


pancreas
13 Cutaneus TB Scrofuloderma, Mastitis TB
III. Diagnosis Tuberkulosis

1 Gejala Klinis
2 Pemeriksaan Fisik
3 Pemeriksaan Bakteriologis ( Sputum BTA )
4 Pemeriksaan radiologi ( Foto Toraks )
5 Pemeriksaan * Serologi ( ELISA; ICT TB; Mycodot; PAP; IgG TB )
Khusus * Kultur ( BACTEC; MGIT )
• PCR ( Polymerase Chain Reaction ): DNA kuman TB
Cairan Pleura, Liquor cerebrospinal, asites, sinovia

6 Pemeriksaan - Analisa cairan Pleura


lain - Biopsi Jaringan :
( Kelenjar Limfe, Pleura, Jaringan Paru, Organ diluar Paru )

7 Pemeriksaan Darah ( LED, Hitung Jenis )


8 Uji Tuberkulin ( Mantoux Test )
Kapan dikatakan Suspek TB ?
1) Batuk terus menerus > 2 minggu
2) Batuk darah
3) Demam meriang > 1 bulan, nafsu makan turun,
berat badan turun, malaise.
4) Berkeringat malam
5) Pasien kontak erat dengan penderita TB
6) TB Ekstra Paru ( Pembesaran kelenjar limfe,
gibbus, skrofuloderma )
1. Gejala Klinis

General Symptoms of TB

Lethargy/weakness/fatigue
Fever
Weight loss
Persistent productive cough > 2 weeks
Coughing up blood
Loss of appetite Trias TB
Night sweats
2. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Fisik tergantung organ yang terlibat.

Pada awal Penyakit : tak ditemukan kelainan


Pada“ limfadenitis TB “ : pembesaran kelenjar getah
bening.
Pemeriksaan Fisik Paru : Tergantung kelainan paru.
Pada “ Pleuritis TB / Efusi Pleura “ : perkusi redup,
suara nafas melemah – tak terdengar, egofoni.
3. Pemeriksaan Bakteriologi ( Kuman BTA )

WAKTU PENGAMBILAN DAHAK : ( S P S )


1. S ( SEWAKTU ) : Pada saat berkunjung pertama kali
2. P ( PAGI ) : Dikumpulkan dirumah pagi hari
3. S ( SEWAKTU ) : Pada hari ke dua saat serahkan dahak
pagi
3. Pemeriksaan Bakteriologi ( Kuman BTA )

1. Menegakkan Diagnosa
Manfaat
pemeriksaan
2. Evaluasi hasil pengobatan
dahak

3. Menentukan tingkat penularan


Pengumpulan sputum
Dalam wadah khusus dari plastik disposable
Wadah harus steril & tidak bocor
Tidak mengandung sisa bahan kimia pembersih
atau wax
Harus hati-hati  Cegah adanya kontaminan
kuman lain
Kriteria sampel sputum yang baik :

Dibatukkan langsung dari paru


Mengandung 3 - 5 cc sputum
Kental atau setengah menggumpal
Purulen (warna agak kekuningan)
Bukan hanya saliva
Cara Pemeriksaan Sputum BTA
1. Dahak purulen 2. Teteskan lrt.
ditempatkan pada slide, CARBOL FUCHSIN
difiksasi pada lampu 0,3% pd sediaan.
spiritus 3. Panaskan pada
nyala api spiritus 3
– 5 menit
4. DIALIRI DG AIR SP
ZAT WARNA TERBUANG
7. Teteskan METHYLEN
5.Teteskan dgn HCL BLUE 0,3% selama 10 –
ALKOHOL sp warna 20 detik
merah hilang.
8. Bilas dgn air
6. Bilas dgn air pelan.
9. Keringkan

Periksa dengan
KUMAN B T A
mikroskop
Interpretasi pemeriksaan sputum BTA ( skala IUATLD )
Hasil perhitungan Pencatatan

100 lap pandang Tak ada kuman Negatif


1

2 100 lap pandang 1 – 9 kuman BTA Catat hasil

3 100 lap pandang 10 – 99 kuman BTA +

4 1 lap pandang 1 – 10 kuman BTA ++

5 1 lap pandang > 10 kuman BTA +++

Catatan :
Bila dalam 100 lap. Pandang ditemukan : 1 -3 BTA  Periksa ulang dahak baru,
Bila hasilnya : tetap 1 – 3 BTA ( dilaporkan NEGATIF )
: 4 – 9 BTA ( dilaporkan POSITIF )
International Union Against Tuberculosis & Lung Diseases, 2000
Apabila penderita sukar mengeluarkan dahak ?

Prosedur untuk mengumpulkan


sampel sputum

Induksi sputum
Kumbah lambung
Bronkoskopi
Alur Diagnose TB Paru

Batuk berdahak > 2 minggu


tanpa sebab yang jelas

Periksa dahak 3kali


ALL PULMONARY TB SUSPECTS
Sputum AFB Microscopy

Two or three Only one Three


smears positive smear positive smears negative
Non-anti TB
antibiotics
X-ray and
medical officer’s No Improved
judgment Repeat AFB Improvement

All smears negative


One or more
smears positive

X-ray and medical


officer’s judgment

Yes TB No TB

WHO (2003) : Treatment of TB Guidelines for National Programmes


Foto Toraks
4. Pemeriksaan Radiologi ( Foto Toraks )

Infiltrat
Apex Paru

Kavitas Paru

Efusi Pleura
5. Pemeriksaan Khusus
KULTUR Mycobacterium tuberculosis

Buku Panduan Pelatihan Diagnostik Standar Tuberkulose


Metode Kultur TB
Merupakan metode Gold Standart

Dapat mendeteksi : 1 – 100 kuman / ml

Sensitifitas > 95 %

Spesifitasnya 100%

Kuman dapat dideteksi : 3 – 6 minggu

TB Update 2002, Global Management of TB To Reach an Indonesian Health


Pemeriksaan PCR TB
(Polymerase Chain Reaction)

Dapat mendeteksi DNA. M.tuberculosis


dalam waktu 24 - 48 jam
Dapat mendeteksi : 1 – 10 kuman
Perlu alat canggih & biaya mahal

TB Update 2002, Global Management of TB To Reach an Indonesian Health


6. Pemeriksaan Penunjang lain

JENIS PEMERIKSAAN TRANSUDAT EKSUDAT

RIVALTA - / + +
Periksa Berat jenis < 1,106 > 1,106
Cairan Pleura
Protein < 3 gr/100cc > 3 gr/100cc

LDH < 200 IU > 200 IU


( Lactic Dehydrogenase )

Biopsi
Kelenjar getah Bening
7. Pemeriksaan Darah

LED = Laju Enap Darah

TB Aktif : LED Naik / Normal


TB aktif dengan LED tinggi, setelah pengobatan
LED menjadi Normal
LED tidak menunjukan indikator spesifik
LED dapat digunakan indikator penyembuhan
LED normal tidak menyingkirkan TB
8. Uji Tuberkulin ( Mantoux Test )
 KULIT DESINFEKSI DG ALKOHOL

 SPUIT TUBERKULIN 1 CC NO. 26

 SUNTIKAN 0,1 CC PPD RT 23 INTRA KUTAN

 TUNGGU 48 – 72 JAM

 UKUR DIAMETER INDURASI:

> 10 MM ( Positip ) ( GIZI BAIK )

> 5 MM ( Positip ) ( GIZI BURUK )

5 – 9 MM ( Meragukan )

< 5 MM ( Negatif )
Makna klinis Uji Tuberkulin ( Mantoux Tes )

Mantoux Tes (+) Mantoux Tes (-)

1. Infeksi TB tanpa sakit 1. Tidak ada Infeksi TB


2. Infeksi TB & sakit 2. Masa Inkubasi
3. TB telah sembuh 3. Anergi
4. Imunisasi BCG
5. Inf. M Atipik
Klasifikasi Tuberkulosis
Berdasarkan pemeriksaan Sputum BTA

Sputum BTA Foto Toraks Kultur


Jenis Kasus TB
3 kali ( Biakan ) BTA
1 (+ + / +++ )
TBC Paru (+) TB Paru
BTA Positif ( + ) Aktif
(+) (+)
2 (-) TB Paru
TBC Paru Aktif
BTA Negatif ( - )
(-) (+)
Gejala Umum TBC pada Anak

1. Kontak erat dengan pasien TBC

2. Demam ( subfebril ) lama ( ≥ 2 minggu ) dan / berulang tanpa


sebab jelas.

3. Berat Badan turun tanpa sebab jelas.

4. Batuk lama ( > 3 minggu )

5. Malaesa ( Anak tidak mau makan )

6. Ada benjolan tidak nyeri di Leher / Ketiak / Lipat Paha.


Pedoman Nasional Tuberkulosis Anak edisi ke-2, 2007
Tabel 4.5. Sistem skoring penunjang TB
Alur tatalaksana pasien TB anak pada unit
pelayanan kesehatan dasar
Skor ≥ 6

Beri OAT selama 2


bulan dan dievaluasi

Respons (+) Respons (-)

Terapi TB diteruskan Teruskan terapi TB sambil


mencari penyebabnya
V. KOMPLIKASI TBC
Beberapa komplikasi TBC yaitu :
1. Batuk darah ( Hemoptoe )
2. Pleuritis ( Efusi Pleura ), Schwarte, Abses paru,Empiema
4. Tuberkulosis Organ Lain ( Meningitis dll )
5. SOPT ( Syndrome Obstruction Pasca TB )
6. Kor Pulmonale ( Jantung )
7. Anemia, Hipokalemia
8. Pneumotoraks.
10. Gagal Nafas  meninggal
VI. Tujuan Pengobatan TB

a. Menyembuhkan Penderita

b. Mencegah Kekambuhan

c. Mengurangi tingkat penularan

d. Mencegah resistensi obat

e. Mencegah kematian

Jurnal Tuberkulosis Indonesia Vol 4 N0. 1 tahun 2007


Jenis - jenis kasus TBC

1 Kasus Baru
2 Kasus Kambuh (Relaps)
Kasus TBC

3 Gagal Pengobatan
4 Putus Berobat
5 Kasus Kronis
Jenis - jenis kasus TBC

1 Kasus Baru ( New Case )


Kasus TBC

Belum pernah minum obat OAT


atau
Minum obat OAT < 1 bulan
Jenis - jenis kasus TBC

2 Kasus Kambuh (Relaps)


Kasus TBC

Setelah sembuh dengan Terapi TB

Sputum BTA menjadi (+) Positip


Jenis - jenis kasus TBC

3 Gagal Pengobatan
Kasus TBC

 Setelah Terapi TB selama 5 bulan 

BTA tetap / mejadi (+) Positip

 Sebelum Tx TB BTA ( - )  terapi

2 bulan BTA menjadi (+) Positip


Jenis - jenis kasus TBC

4 Putus Berobat
Kasus TBC

 Berhenti obat > 2 bulan,

pemeriksaan BTA (+),

klinis TB Aktif
Jenis - jenis kasus TBC

5 Kasus Kronis
Kasus TBC

 BTA tetap (+) Positip setelah


terapi berulang dengan
supervisi
VI. A
OAT ( Obat Anti Tuberculosis )
Anti Tuberculosis Drugs
(ATS / CDC / IDSA document 2003)

1. First Line drugs 2. Second-line drugs

a. Cycloserine
a. Isoniazide (H) b. p-Aminosalicylic acid (PAS)
b. Rifampicin (R) c. Ethionamide
c. Pyrazinamide (Z) d. Amikacin or kanamycin*
d. Ethambutol (E) e. Capreomycin
f. Levofloxacin*
e. Streptomycin (S)
g. Moxifloxacin*
h. Gatifloxacin*
*Not approved by the U.S. Food and Drug
Prinsip Pengobatan :

a. Kombinasi beberapa obat


b. Dosis yang tepat
c. Kontinue ( 6 - 8 bulan )
d. Pengawasan langsung
( DOT = Directtly Observed Treatment )
The Basis for Multi-Drug Therapy
HIGH
INH
А
(RIF, SM)
Continuous
growth

PZA RIF
Speed of
bacteria
growth

B C
D Acid Spurts of
Dormant inhibition metabolism
LOW (No cure)

Special bacterial population


hypothesis and action of the specific
Mitchison, Tubercle 66:219-226 drugs
(From Mitchison, 1985)
Terapi diberikan dalam 2 Tahap :

a. Tahap INTENSIF : ( 2 bulan )


 Minum obat tiap hari
 Setelah 2 Minggu Pend. Menular  tidak menular
 Konversi BTA ( + )  BTA ( - )

b. Tahap LANJUTAN ( 4 – 6 bulan )


 Minum obat ( 3 x / minggu atau tiap hari )
VI. B Pola Paduan Pengobatan TB Paru
Kate KRITERIA PADUAN OBAT
gori Fase Intensif Fase Lanjutan

I a. Penderita baru Sputum BTA (+) 4 H3R3


b. Sputum BTA (-) ; Foto Ro” : Berat 2HRZE 4 HR
c. TBC Diluar Paru “ Berat “ 6 HE
II a. Relaps ( Kambuh ) 5 H3R3E3
b. Gagal Terapi ( treatment Failure ) 2 HRZES / 5 HRE
1 HRZE
c. Putus berobat ( default )
III a. Sputum BTA (-) ; Foto Ro” : Ringan 4 H3R3
b. TBC Diluar Paru “ Ringan 2HRZ 4HR
6 HE
IV Kasus Kronis INH
( Uji resis – OAT sensitif + OAT lini 2 )

WHO & IUATLD ( International Union Againts Tubeculosis and Lung Disease )
TBC Diluar Paru

Berat Ringan
1. Meningitis ( Otak ) TB 1. TB Kel Limfe
2. Millier TB ( Paru )
2. Efusi unilateral
3. Peritonitis ( Abdomen ) TB
3. TB sendi perifer
4. Perikarditis ( Jantung ) TB
5. Efusi bilateral 4. TB adrenal
6. ( Tulang vertebra ) TB
7. Intestinal ( usus ) TB
8. Genitourinariy TB
Terapi TBC Kategori I 2 HRZE- 4H3R3
6 - month treatment regimen

M-1 M-2 M-3 M-4 M-5 M-6

1. INH 1. INH
2. Rifampicin 2. Rifampicin
3. Pyrazinamide
Obat TB diminum tiap hari
4. Ethambutol
Atau
Obat TB diminum tiap hari
Seminggu 3 kali ( dosis > besar )
Terapi TBC Kategori II 2 HRZES/ 1 HRZE - 5H3R3

BTA ( - )

BTA ( + )

1. INH + Vit B6
1. INH + Vit B6 2. Rifampicin

2. Rifampicin 3. Ethambutol

3. Pyrazinamid
e
Efek samping obat anti TBC ( OAT )

OAT Efek samping

Isoniasid  Hepatitis ( 0,5 % )

( INH )  Neuritis perifer ( kesemutan, nyeri otot,

gangguan kesadaran )  Vitamin B6

 Urticaria

 Psikosis
Efek samping obat anti TBC ( OAT )

OAT Efek samping


Pirazinamide  Hepatitis

( PZA )  Nyeri sendi ( arthritis gout )

 Asam Urat darah ↑


 Reaksi hipersensitif : demam, mual, rash.
Efek samping obat anti TBC ( OAT )

OAT Efek samping

RIFAMPICIN  Hepatitis

 “ PURPURA, ANEMIA HEMOLITIK, GAGAL

GINJAL & SYOK “

 Alergi : gatal kemerahan

 Sindrom flu : demam menggigil, nyeri tulang

 Gastrointestinal : mual, muntah, diare


Efek samping obat anti TBC ( OAT )

OAT Efek samping


ETHAMBUTOL
 Gangguan penglihatan

 Buta warna

 Efek samping jarang terjadi bila dosis :

15 – 25 mg Kg BB / hari atau

30 mg / Kg BB 3x / minggu
Efek samping obat anti TBC ( OAT )

OAT Efek samping

Streptomycin  Kerusakan saraf ke 8 ( 2 bulan pertama ) :

TELINGA MENDENGING, PUSING, KEHILANGAN

KESEIMBANGAN )

 Reaksi allergi : mual, muntah eritema di kulit, syok.

 Dapat menembus barier plasenta ( tidak boleh

diberikan pada wanita hamil )


TBC pada keadaan khusus

1 WANITA
HAMIL  OAT aman , kecuali “ Streptomycin “.
Streptomycin  Gangguan pendengaran & keseimbangan bayi

2 IBU
MENYUSUI  OAT aman untuk ibu menyusui
Bayinya diberi preventif INH selama 6 bulan

3 Pemakai  Rifampicin me ↓ kan efektifitas


kontrasepsi
kontrasepsi hormonal
4 TB dengan
HIV/AIDS  Sama dengan TB lain
TBC pada keadaan khusus

5 Penyakit  Pemeriksaan faal hati sebelum terapi TB


liver kronis
 PYRAZINAMIDE TAK BOLEH DIBERIKAN !!!!

6 HEPATITIS  Obat TB ( OAT ) ditunda dahulu sampai hepatitis baik


AKUT

7 GANGGUAN  Dihindari “ STREP & ETHAMBUTOL “


GINJAL
8 DIABETES  Diabetes harus dikontrol

Interaksi Rifampicin dengan OAD ( Sulfonil urea )


VI. F
Evaluasi Pengobatan TB

Evaluasi Klinis
Evaluasi Bakteriologi
Evaluasi Radiologi
Evaluasi Efek samping obat
Evaluasi Keteraturan berobat
Evaluasi Pengobatan TB
VI. F

6 - month treatment regimen

M-1 M-2 M-3 M-4 M-5 M-6

1. Klinis
1. Klinis 1. Klinis 2. Sputum BTA
1. Klinis
2. Foto Toraks 2. Foto Toraks * 2. Foto Torak
3. Sputum BTA 3. Sputum BTA 3. Sputum BT
4. Darah lengkap 4. Darah leng
5. LFT, RFT 5. Kultur BTA
VI. F
Kapan penderita TBC dinyatakan Sembuh

1 Klinis Batuk tidak ada, Sesak tak ada, nafsu


makan baik, berat badan naik

2 Fisik Ronkhi tak ada, suara nafas normal

3 Radiologi Infiltrat hilang, jaringan fibrotik, jaringan


( Foto toraks ) kalsifikasi

4 Sputum / Kultur Tidak didapatkan kuman BTA


BTA

5 Laboratorium Darah ( LED ) normal


Gambaran Foto Toraks TB setelah terapi 6 bulan
( Fixed Drug Combination = FDC )
Tablet berisi beberapa jenis obat TBC
Beberapa keuntungan obat FDC

 Lebih aman dan mudah pemberiannya

 Lebih nyaman untuk penderita ( ok jumlah lebih sedikit)

 Meningkatkan kepatuhan minum obat OAT

 Lebih sesuai antara dosis obat dengan berat badan

 Pengelolaan obat lebih mudah


TB Drugs FDC

FDC
MASALAH TB PARU RESISTEN
Multi Drugs Resistant Tuberculosis (MDR-TB)

• Multidrug-resistant TB is defined :
TB resistant to the two most important anti-TB
drugs, isoniazid and rifampicin
XDR TB
( Extreme/Extensive Drug Resistance TB )

• Suatu bentuk TB yang resisten pada obat TB Primer dan


Sekunder.

• Definisi XDR TB :
TB yang resisten terhadap INH & Rifampicin ( MDR TB )
dengan Fluorokuinolon dan minimal 1 obat suntik
( amikasin, kanamicin, kapreomisin )
Jurnal Tuberkulosis Indonesia Vol.4 No 1. 2007
Identitas pasien
 Nama : Ny.HT
 Jenis kelamin : Perempuan
 Umur : 38 tahun
 Alamat : Paiton
 Agama : Islam
 Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
 MRS : 24 Juni 2015
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang dengan keluhan utama pusing sejak 3 hari yang
lalu, memberat sejak sehari yang lalu. Pusing sedikit cekot-cekot,
pusing berputar(-). Pusing sedikit membaik dengan istirahat dan
semakin memburuk saat aktifitas, terutama saat menyusui anaknya.
Pasien belum mengkonsumsi obat apapun untuk pusingnya. Selain itu
pasien mengeluh lemas seluruh badan sejak 3 minggu ini. Pasien
mengatakan badan sering panas dingin terutama saat malam hari sejak 3
minggu ini. Selain itu pasien juga mengeluh sering batuk kumat2an
mulai +- 3 bulan yang lalu, batuk berdahak warna putih, sejak 2 minggu
ini pasien mengatakan dahak sedikit kekuningan dan berbau. Darah (-).
Pasien mengaku mengalami penurunan berat badan selama 3 bulan
belakangan ini sebanyak +- 6 kg. Pasien melakukan pengobatan
beberapa kali untuk batuknya di puskesmas, pasien diberikan antibiotic
dan obat sirup dari puskesmas, namun tidak membaik karena batuk
tetap kumat2an. Mual (+) Muntah (-) Batuk darah (-) Berak hitam(-)
Nyeri perut (-). Makan minum tidak enak karena mual selama 1 bulan
belakangan.
Riwayat penyakit dahulu:
• Tidak ada riwayat MRS sebelumnya
• Hipertensi disangkal
• Asma disangkal
• Pasien mengaku sering minum obat dari puskesmas, namun
sakitnya tidak sembuh2.
Riwayat Penyakit Keluarga :
• Diabetes, HT, Batuk lama disangkal.
Riwayat Sosial :
• Pasien tinggal bersama dengan suami dan 2 orang anak, anak
terkecil berusia 6 bulan dan masih menyusui aktif.
• Pasien mengaku sering berkunjung ke rumah tetangga dimana
ada keluarga yang batuk lama dan dalam pengobatan di
puskesmas.
Pemeriksaan fisik (tgl 5 Juli 2012)

a. Keadaan Umum : pasien tampak sakit, keadaan gizi kurang,


kesadaran compos mentis.
b. Tanda-tanda vital : HR: 90/60 mmHg; suhu 37,90 C; RR 24 x/
menit; nadi 98 x/menit,
c. BB :40 kg; TB 160 cm – BMI : 15,6 (Underweight )
d. Keadaan Tubuh
• Kepala : mesosefal
• Kulit : turgor baik, pucat (+), sianosis (-), ikterik (-)
• Mata : konjungtiva anemis (+/+), pupil isokor, reflek
pupil (+/+), ikterik (-/-)
• Hidung : sekret (-/-)
• Telinga : discharge (-/-)
• Mulut : kering (-), sianosis (-)
• Leher : simetris, pembesaran kelenjar limfe (-)
Pemeriksaan Depan Belakang
Kanan Kiri Kanan Kiri
INSPEKSI
Bentuk Simetris + + + +

Pergerakan Simetris + + + +
PALPASI
Pergerakan Simetris + - + -
ICS Simetris + + + +
PERKUSI
Suara Ketok Sonor Sonor Sonor Sonor
Sonor Redup Sonor redup
Sonor Redup Sonor Redup
Redup Sonor Redup Sonor
AUSKULTASI
Suara Nafas Vesikuler Vesikuler Vesikuler Vesikuler
Vesikuler Vesikuler Vesikuler Vesikuler
Vesikuler Vesikuler↓ Vesikuler Vesikuler↓
Vesikuler Vesikuler↓ Vesikuler Vesikuler↓
Ronkhi - + - +
- + - +
- + - +
- - - -
Wheezing - - - -
- - - -
- - - -
- - - -
Inspeksi Iktus cordis: tidak tampak
Palpasi Iktus: tidak teraba
Thrill: tidak didapat
Perkusi Batas kanan: ICS III-IV Parasternal line dextra
Batas kiri: ICS V, 1 cm lateral MCL sinistra
Auskultasi S1, S2: tunggal
Suara Tambahan: murmur (-) gallop (-)

Inspeksi Flat
Massa (-)
Auskultasi Bising usus (+) normal
Palpasi Supel
Hepar: tidak teraba
Lien: tidak teraba
Ginjal: tidak teraba
Nyeri tekan (-)
Perkusi Suara timpani
Shiftting Dulness: (-)
Undulasi : (-)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
 Darah Lengkap (25 Juni
 Laboratorium 2015)
 Darah lengkap (23 Juni Hemoglobin : 9,2 g/dl
2015)  Fungsi Hati (26-07-15)
Leukosit : 7.500/cm SGOT : 244 U/l
Eritrosit : 2.460.000 SGPT : 230 U/l
/cm  Fungsi Ginjal (26-07-15)
Hemoglobin : 6,6 g/dL Ureum : 15 g/dl
Platelet : 189.000/cm Kreatinin : 0,9 md/dL
Hematokrit : 40,3  Pemeriksaan Penunjang
Monosit : 12,3 (↑) Lainnya
Eosinofil : 3,3 (↑) Sputum BTA 1x (27-
Glukosa acak : 145 06-15) : positif +3
FOTO THORAX
PROBLEM LIST
 Perempuan usia 37 tahun
 Mengeluh Pusing, lemas, batuk dan panas dingin disertai penurunan berat
badan sejak 3 bln yg lalu.
 Dari pemeriksaan lab diketahui bahwa Hb 6,6g/dl dan foto rontgen thorax
menunjukkan adanya gambaran konsolidasi mengarah ke TBC paru dan
gambaran air fluid level di bagian kiri paru yang menandakan terdapat abses
paru di bagian sinistra paru. Selain itu terdapat peningkatan SGOT 244 U/l
dan SGPT 230 U/l.
DIAGNOSA
1. Tuberculosis Paru
2. Abses Paru Sinistra
3. Anemia
4. Transaminitis
PLANNING

1. Planning diagnosis : Laboratorium, BTA, Foto rontgen,


kultur dahak.

2.Planning monitoring:
a. Monitor keluhan
b. Laboratorium
c. Pemeriksaan sputum

3.Planning terapi:
a. KIE mengenai penyakit
b. Pro MRS
c. Konsultasi dokter spesialis paru dan penyakit dalam
Tanggal 24 – Juni – 2015
FOLLOW UP
S : pusing,lemas,mual,batuk,panas
Tanggal 23 – Juni - 2015
O : 110/90, N= 86x, RR= 20x, Temp= 37,2°C
MRS
A : Tuberculosis paru
S : pusing,lemas,mual,batuk,panas
Abses paru sinistra
O : 90/60, N= 98x, RR= 24x, Temp=
Anemia
37,9°C
Transaminitis
A : Tuberculosis Paru
P : Foto rontgen tuberculosis dan abses
Abses Paru sinistra
paru sinistra
Anemia
IVFD NaCl 7 tetes per menit
Transaminitis
Antrain 1 ampul/12 jam bila demam
P:
Inj Ceftriaxone 2x1 gr
IVFD NaCl 14 tetes per menit
Inj Gentamicin 1x 2 amp
Oksigen via nasal kanul 1-3 liter/menit
Inj metronidazole 3x500mg
Antrain 1 ampul/8 jam (bila demam)
Inj mecobalamine 1 amp
Omeprazole 1 ampul / 12 jam
Asetil sitein 3x1 tab oral
Ampicillin 1 ampul /12 jam
OAT Tunda sampai KU membaik.
Tranfusi PRC 2 bag/hari sampai Hb>8
Tanggal 25-Juni-2015
S : Panas,batuk
O : TD: 120/90, N= 86x, RR= 20x, Temp= 37,4°C
Pemeriksaan Penunjang
BTA : +3
A : Tuberculosis Paru
abses paru sinistra
Transaminitis
P: IVFD NaCl 7 tetes per menit
Antrain 1 ampul/12 jam bila demam
Inj Ceftriaxone 2x1 gr
Inj Gentamicin 1x 2 amp
Inj metronidazole 3x500mg
Inj mecobalamine 1 amp
Asetil sitein 3x1 tab oral
OAT Tunda sampai KU membaik.
DISKUSI
• Gejala respiratorik terdiri dari batuk ≥ 3 minggu, batuk darah,
sesak napas dan nyeri dada. Sedangkan gejala sistemik dapat
berupa demam, malaise, keringat malam, anoreksia, dan berat
badan menurun.
• Dari anamnesis pasien ditemukan gejala klinis yang memenuhi
gejala respiratorik maupun gejala sistemik dari tuberkulosis.
Gejala itu berupa demam yang dialami sekitar 2 bulan sebelum
masuk rumah sakit yang disertai batuk berlendir, sesak napas,
keringat malam, malaise, penurunan nafsu makan dan berat
badan.
• Pada pemeriksaan fisik pasien ini ditemukan tanda yang sesuai
untuk abses paru karena tuberkulosa, yaitu pekak pada perkusi
throraks kiri bagian bawah, adanya penurunan suara napas dan
focal fremitus pada paru kiri.
• Meskipun demikian, infeksi paru lainnya dapat menyebabkan abses
paru sehingga perlu pemeriksaan lebih lanjut untuk menyingkirkan
kemungkinan lain. Oleh karena itu dilakukan pemeriksaan sputum
BTA 3 kali.
• Untuk menegakkan diagnosis tuberkulosis, perlu dilakukan
pemeriksaan bakteriologi dan pemeriksaan radiologi. Pemeriksaan
bakteriologik dapat berupa pemeriksaan dahak/sputum BTA 3 kali,
sedangkan pemeriksaan standar untuk radiologi ialah foto toraks PA
dengan atau tanpa foto lateral.
• Pasien dalam kasus ini telah dilakukan pemeriksaan sputum BTA 1
kali namun hasilnya positif. Meskipun demikian, pasien ini tetap
dapat diterapi karena dari foto thoraks ditemukan abses paru dan
tuberkulosis paru yang mendukung diagnosis.
• Pemeriksaan penunjang lain yang telah dilakukan pada pasien ini
yaitu pemeriksaan darah . Pada pemeriksaan darah ditemukan jumlah
monosit 12,3 % dan Eosinofil 3,3 % serta pemanjangan LED II yaitu
59 menit. Hasil ini menunjukkan adanya infeksi aktif.
• Dari anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan radiologi,
pemeriksaan bakteriologi serta pemeriksaan pemenunjang lainnya
maka dapat ditetapkan diagnosis awal pasien ini adalah TB Paru
BTA Positif Foto toraks Positif Ringan Kasus Baru + Abses paru
sinistra.
• Pada pemeriksaan lab pada pasien ini diketahui bahwa Hb 6,6g/dl
dan peningkatan kadar SGOT dan SGPT sehingga pada pasien ini di
diagnosis anemia dan transaminitis.
• Pasien ini diterapi simptomatis dan kausatif. Untuk terapi
simptomatis pasien diberi IVFD NaCl 0,9% 16 tetes per menit untuk
mencegah dehidrasi karena pasien sering demam. Oksigen via nasal
kanul 1-2 liter/menit karena ada sesak napas. Antrain 1 ampul/8
jam/IV. Acetyl sistein untuk mengencerkan dahak sehingga keluhan
batuk pasien berkurang dan antibiotic ceftriaxone, gentamicin dan
metronidazole mengingat kondisi infeksi pasien dan abses di paru
pasien. Selain itu antibiotic diberikan karena kondisi KU pasien yg
kurang baik sehingga AB diperlukan selain untuk pengobatan juga
untuk pencegahan infeksi sekunder lain.
• Untuk terapi kausatif direncanakan akan diberi OAT kategori I yaitu
4RHZE/2RH. Pasien ini mendapat obat kombinasi dosis tetap OAT
Kategori I fase intensif yaitu Rimstar® 4FDC 3 tablet/24 jam/oral
selama 2 bulan. Tiap 1 tablet Rimstar® berisi Rifampisin 150 mg,
Isoniazid 75 mg, Pirazinamid 400 mg, dan Etambutol 275 mg. Bila
diberi terpisah, OAT dapat diberikan berupa Isoniazid (INH (tab 300
mg : 1x1 ) ; Rifampicin (tab 450 mg : 1x1); Etambutol (tab 500 mg :
1x 1 1/2); Pirazinamid 1125 mg (tab 500 mg : 1x 2 ½). Namun karena
pada pasien ini terdapat penyakit penyerta yaitu transaminitis maka
rencana pengobatan kausatif ditunda sampai kadar SGOT dan SGPT
mencapai nilai normal mengingat efek samping obat yang dapat
memperparah penyakit penyerta.
• Untuk penyakit penyerta transaminitis pasien diberikan roborantia
untuk mempercepat penyembuhan penyakit penyerta. Selain itu pasien
mendapat tranfusi PRC 3 kolf untuk meningkatkan kadar Hb agar
mendekati nilai normal dan memperbaiki keadaan umum pasien.

Anda mungkin juga menyukai