Anda di halaman 1dari 26

Presentasi Kasus

Dermatitis Venenata
Dr. Pembimbing / Penguji:
dr. Natalia Wahyudi,SpKK
Nama : Stephanie Vania Embang 112016013
Identitas Pasien
 Nama : Ny. H
 Jenis Kelamin : Perempuan
 Umur : 35 Tahun
 Alamat : Jl. Sentral Listrik No.
28 Gedung Pakuon
Teluk Betung
 Pekerjaan : PNS
 Status Pernikahan : Menikah
Keluhan Utama

Bercak kemerahan
disertai gatal dan
perih pada paha dan
betis kanan sejak 2
hari.
Riwayat Perjalanan Penyakit
Pasien datang ke poliklinik kulit dan kelamin RS Imanuel Way Halim dengan keluhan
bercak kemerahan disertai rasa gatal dan perih pada paha dan betis kiri sejak 2 hari
yang lalu.

Awalnya pasien merasakan perubahan pada kulit berupa bercak kemerahan


disekitar paha dan disertai rasa gatal hingga pasien terus-menerus menggaruknya,
selanjutnya timbul bruntus-bruntus kecil berisi cairan serta rasa perih (terbakar)
dan panas, dan kemudian lepuhan kecil ini pecah dan mengeluarkan cairan jernih.

Keluhan ini muncul secara tiba-tiba ketika pasien sedang duduk menonton TV di
karpet

Pasien tidak memiliki riwayat demam, lemas, lesu dan nyeri kepala sebelum
timbulnya keluhan. Pasien baru pertama kali mengalami hal seperti ini.
Riwayat Penyakit Dahulu

Pasien belum pernah mengalami


keluhan seperti ini sebelumnya,
tidak ada darah tinggi, kencing
manis, dan asma.
Status Generalis
Keadaan umum : Tampak sakit ringan

Kesadaran : Compos Mentis

Status gizi : tidak diketahui

Tensi : tidak dilakukan

Berat Bedan : tidak dilakukan

Mata : tidak dilakukan

Gigi : tidak dilakukan

THT : tidak dilakukan


Status Dermatologi
 Distribusi Lesi : Lokalisata
 Lokasi : Regio femur dan tibia
dextra
 Jumlah Lesi : Multiple
 Bentuk Lesi : Regio Femur :Tidak
teratur, panjang  2
cm lebar  1 cm , batas
tidak tegas, tidak
menimbul, kering.
 Region Tibia :Tidak
teratur, panjang  1 cm
lebar  1 cm , batas tidak
tegas, tidak menimbul,
kering.
 Effloresensi : Nodul Eritema dengan
skuama halus.
Pemeriksaan Laboratorium

Tidak dilakukan
Resume

Pasien Ny H, perempuan berusia 35 tahun datang ke poli klinik kulit


dan kelamin RS Imanuel dengan keluhan terdapat bercak kemerahan
disertai gatal dan perih pada paha dan betis kiri sejak 2 hari. Awalnya
pasien merasakan perubahan pada kulit berupa bercak kemerahan
disekitar paha kanan dan disertai rasa gatal hingga pasien terus-
menerus menggaruknya, selanjutnya timbul bruntus-bruntus kecil berisi
cairan serta rasa perih (terbakar) dan panas, dan kemudian lepuhan
kecil ini pecah dan mengeluarkan cairan jernih. Keluhan ini muncul
secara tiba-tiba saat pasien sedang menonton TV.
Pada pemeriksaan fisik, keadaan pasien tampak sakit ringan, kesadaran compos
mentis.

Pada pemeriksaan dermatologi ditemukan distribusi lesi lokalisata, terdapat pada


Regio Femur : Tidak teratur, panjang  2 cm lebar  1 cm , batas tidak tegas, tidak
menimbul, kering. Region Tibia : Tidak teratur, panjang  1 cm lebar  1 cm , batas
tidak tegas, tidak menimbul, kering. Effloresensi terdapat nodul eritema dengan
skauma halus.
Diagnosis
Diagnosis Banding:

1. Dermatitis Venenata

2. Herpes zoster

Diagnosis Kerja:

1. Dermatitis Venenata
Penatalaksanaan
1. Menghindari pajanan terhadap Tomcat (Paederus sp).

2. Memberikan informasi kepada pasien untuk menutup


jendela rumah, kamar sebelum tidur.

3. Mencegah garukan pada daerah yang gatal.

Khusus

1. Topikal : Hydrocortisone krim 1 % 2x sehari.

2. Sistemik : Loratadine tablet 10 mg 1x sehari


per oral.
Prognosis

A. Quo ad vitam : Bonam

B. Quo ad functionam : Bonam

C. Quo ad sanationam :Dubia ad

Bonam
Tijauan Pustaka
Definisi

Dermatitis Venenata adalah peradangan kulit yang


berasal dari eksternal atau termasuk dermatitis
kontak iritan tipe akut lambat yang disebabkan oleh
gigitan liur atau bulu serangga yang terbang pada
malam hari dimana gambaran klinis dan gejalanya
baru muncul 8 sampai 24 jam atau lebih setelah
kontak
Epidemiologi

Dermatitis kontak iritan dapat dialami oleh semua orang


dari berbagai golongan umur, ras, dan jenis kelamin. Pada DKI
akibat serangga khususnya yang disebabkan Paederus
kejadiannya meningkat pada musim penghujan, karena cuaca
yang lembab merupakan lingkungan yang sesuai bagi
organisme penyebab dermatitis venenata (misal: Genus
Paederus).
Patofisiologi

Salah satu penyebab munculnya dermatitis venenata adalah toksin yang


terdapat pada gigitan, liur, maupun bulu serangga. Kelainan kulit timbul akibat
kerusakan sel yang disebabkan oleh toksin melalui 4 mekanisme kerja kimiawi
atau fisis.
• Toksin dapat merusak lapisan tanduk
• Denaturasi keratin
• Menyingkirkan lemak lapisan tanduk
• Mengubah daya ikat air terhadap kulit
 Rentetan kejadian tersebut mengakibatkan gejala
peradangan klasik di tempat terjadinya kontak
dengan kelainan kulit setelah kontak berulang kali,
yang dimulai dengan kerusakan stratum korneum
oleh karena delipidasi menyebabkan desikasi
sehingga kulit kehilangan fungsi sawarnya. Hal
tersebut akan mempermudah kerusakan sel
dilapisan kulit yang lebih dalam
Gambaran Klinis
 Tidak ada gejala prodromal.
 Lesi muncul tiba-tiba pada pagi hari atau setelah berkebun dan terasa gatal serta pedih.
 Kulit yang terpapar oleh bahan aktif paederin akan menjadi eritem, disertai rasa perih,
panas dan terbakar. Bila lesi ini digaruk, maka lesi ini akan menyebar dan membentuk
gambaran lesi berupa patch eritem linear yang kemudian berlanjut menjadi vesikel, bula,
terkadang bula menjadi pustular, bahkan nekrosis.
 Lesi biasanya terjadi pda tempat yang tidak tertutupi, misalnya tangan, kaki juga leher dan
wajah, khususnya area periorbital, yang merupakan bagian tubuh paling sering menjadi
predileksi.
 Adanya kissing phenomenon, yang berarti yang tertempel atau terkena lesi akan berubah
menjadi lesi yang baru.
Diagnosis
Dermatitis Venenata Herpes Zoster
Bahan aktif serangga, tanaman, atau zat Virus Varicella Zoster
kimia tertentu
Kerusakan sel karena bahan iritan Reaktivasi virus infeksi primer
Semua orang Terutama orang tua dengan
immunocompromised
Awalnya berupa makula eritematosus Vesikel bergerobol diatas kulit
batas tidak tegas kemudian terdapat eritematous , kulit di antara
vesikel, papul, bula. bergerombol normal.
Gejala prodomal ( - ) Gejala prodomal ( + )
Eritema batas jelas, reaksi berkurang Tzanck smear ( + )
setelah tes dilepas
Tatalaksana
 Pengobatan medikamentosa terdiri dari:
 Pengobatan topikal :
1. Bentuk akut dan eksudatif diberi kompres larutan garam faali (NaCl 0,9%) atau Burrow’s
solution. Kompres dingin dilakukan untuk mengurangi pembentukan vesikel dan membantu
mengurangi pertumbuhan bakteri. Kompres ini diganti setiap 2-3 jam.
2. Bentuk kronis dan kering, untuk mengatasi peradangan pada rekasi lokal, dapat diberikan krim
hydrocortisone 1% yang merupakan lini pertama pengobatan sebagai antiinflamasi ringan, atau
diflucortolone valerat 0,1% atau krim betamethasone valerat 0,005-0,1%, atau untuk kelainan
yang kronis dapat diawali dengan kortikosteroid dosis yang lebih kuat. Apabila terjadi reaksi
sistemik maka dipertimbangkan pemberian obat secara sistemik.
 Pengobatan sistemik :
 Kortikosteroid sistemik hanya diberikan penyakit
berat. Ketika pertahanan kulit rusak, hal tersebut
berpotensial untuk terjadinya infeksi sekunder oleh
bakteri.
 Antihistamin mungkin dapat mengurangi pruritus yang
disebabkan oleh dermatitis akibat iritan. Secara klinis
antihistamin biasanya diresepkan untuk mengobati
beberapa gejala simptomatis.
 Kortikosteroid, hanya untuk kasus yang berat dan digunakan dalam waktu
singkat.
- Prednisone
Dewasa: 5-10 mg/dosis, sehari 2-3 kali p.o
Anak : 1 mg/KgBB/hari
- Dexamethasone
Dewasa: 0,5-1 mg/dosis, sehari 2-3 kali p.o
Anak : 0,1 mg/KgBB/hari
- Triamcinolone
Dewasa: 4-8 mg/dosis, sehari 2-3 kali p.o
Anak : 1 mg/KgBB/hari
 Antihistamin
- Chlorpheniramine maleat
Dewasa: 3-4 mg/dosis, sehari 2-3 kali p.o
Anak : 0,09 mg/KgBB/dosis, sehari 3 kali
- Diphenhydramine HCl
Dewasa: 10-20 mg/dosis i.m. sehari 1-2 kali
Anak : 0,5 mg/KgBB/dosis, sehari 1-2 kali
- Loratadine
Dewasa: 1 tablet sehari 1 kali
 Antibiotik sistemik
- Sefadroksil 2 x500 mg selama 5 hari, untuk pengobatan infeksi sekunder.
Prognosis
 Bila bahan iritan yang menjadi penyebab
dermatitis tersebut tidak dapat
disingkirkan dengan sempurna, maka
prognosisnya kurang baik.

Anda mungkin juga menyukai