Anda di halaman 1dari 18

EKSTRAKSI PELARUT

EKSTRAKSI PELARUT
Ekstraksi Pelarut : Merupakan metode
pemisahan atau pengambilan zat
terlarut dalam suatu larutan (biasanya
air) dengan menggunakan pelarut lain
yang tidak saling bercampur (biasanya
pelarut organik)
EKSTRAKSI PELARUT

Prinsip metode ini didasarkan pada


Hukum Distribusi, distribusi zat terlarut
dengan perbandingan tertentu diantara
dua pelarut yang tidak saling
bercampur.
Misalnya : Sistem pelarut : Air – Eter,
Air – Kloroform, Air – Karbon Tetraklorida, Air -
Karbon disulfida
KLASIFIKASI EKSTRAKSI
• Berdasarkan bentuk • Berdasarkan Proses
campuran yang Pelaksanaan Ekstraksi :
diekstrak : • Ekstraksi kontinyu,
• Ekstraksi Padat – Cair, pelarut yang sama digunakan
berulang-ulang sampai ekstraksi
zat yang diekstraks terdapat selesai. Alat yang digunakan :
dalam campuran yang Soxhlet, Craig Counter Current.
berbentuk padatan
• Ekstraksi Bertahap
• Ekstraksi Cair – Cair, zat (Batch), Setiap kali ekstraksi
yang diekstraksi terdapat menggunakan pelarut yang baru
dalam campuran yang sampai proses ekstraksi selesai.
berbentuk cair. Alat yang digunakan Corong Pisah.
ekstraksi padat-cair
• Leaching = ekstraksi padat-cair; solut
dipisahkan dari padatan pembawanya
menggunakan solven cair. Alat : Soxhlet
HUKUM PARTISI
• Hubungan Antara zat terlarut yang terdisdribusi diantara dua
pelarut yang tidak saling campur dinyatakan pertama kali oleh
Wolter Nernst (1891) yang dikenal dengan hukum distribusi
atau partisi
• Hukum Distribusi :
• “ Jika solut dilarutkan ke dalam dua
pelarutyang tidak saling campur, maka solut
akan terdistribusi diantara kedua pelarut.
Pada keadaan setimbang perbandingan
konsentrasi solut berharga tetap pada suhu
tetap”
HUKUM PARTISI

Secara matematis hubungan tersebut dapat ditulis :

Dimana Kd = Koefesien Distribusi Partisi


Harga Kd tidak bergantung pada konsentrasi total solut pada kedua fase
Harga Kd bergantung pada : suhu dan jenis pelarut dan solut
HUKUM PARTISI

Hukum Distribusi atau Partisi atau Hukum


Nernst hanya berlaku untuk larutan encer
dan keadaan solut sa.ma atau tidak mengalami
perubahan pada kedua pelarut.
Hukum ini tidak berlaku jika solut mengalami
assosiasi atau disosiasi pada fase pelarut
HUKUM PARTISI
- Untuk memudahkan perhitungan digunakan
istilah Perbandingan Distribusi (D)Sebagai ganti
Kd.
- Pada penerapan praktis, D digunakan dengan
memperhitungkan konsentrasi total Zat di dalam
kedua fase.
- Harga Kd = D terjadi jika keadaan ideal yaitu
solut tidak mengalami disosiasi, asosiasi, atau
polimerisasi
Teknik Ekstrasi
Cara paling sederhana yang paling banyak digunakan
adalah Ekstraksi Cair-Cair secara bertahap
menggunakan corong pisah, yang dikerjakan dengan
cara :
- Memasukkan Larutan yang mengandung zat yang akan
diekstrak ke dalam corong pisah
- Menambahkan pelarut pengekstrak yang tidak bercampur
dengan pelarut pertama ke dalam corong pisah tersebut.
- Mengocok corong pisah tersebut sampai terjadi
kesetimbangan konsentrasi solut pada kedua pelarut.
- Setelah corong pisah didiamkan beberapa saat akan
terbentuk 2 lapisan . Lapisan dengan kerapatan yang lebih
tinggi berada pada lapisan bawah dapat dipisahkan.-
PERHITUNGAN
Jika Va ml larutan (fasa air) mengandung
W gram solut diekstrak dengan Vo ml pelarut lain ( fase
Organik) maka akan diperoleh Wo gram solut yang
terambil (terekstrak) Pada fase Organik. Sedangkan
solut sisa atau yang tidak terekstrak pada fase air
adalah W - Wo .

Konsentrasi solut pada fase air = [C1]


Konsentrasi solut pada fase organik = [C2}
Perbandingan Distribusi = [D]
Berat solut yang tersisa pada fase air = Xo
PERHITUNGAN
PERHITUNGAN
Dari persamaan di atas zat terlarut yang terekstrak

Sedangkan solut yang tersisa (Xo) pada fasa air dapat ditulis :
Untuk n kali ekstraksi zat terlarut yang tersisa (Xn) dirumuskan

Anda mungkin juga menyukai