Konstitusi 1

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 21

KONSTITUSI dan

UUD 1945
Emi Setyaningsih
Pengertian
• Istilah konstitusi berasal dari bahasa Perancis dari kata
“constituer” yang berarti membentuk, jadi konstitusi berarti
pembentukan. Dalam hal ini yang dibentuk adalah suatu
negara. Disamping itu terdapat istilah lain dari konstitusi, yaitu
Undang Undang Dasar (UUD) yang merupakan terjemahan
dari Grondwet (Belanda), Gerunddgezetz (Jerman), Loi
Constitutionel (Perancis). Dalam praktek, pengertian konstitusi
diartikan lebih luas dari Undang Undang Dasar, tetapi juga ada
yang menyamakan pengertian konstitusi dengan Undang
Undang Dasar.
• konstitusi menurut C.F. Strong, bisa berupa catatan tertulis,
konstitusi dapat ditemukan dalam bentuk dokumen yang bisa
diubah atau diamandemen menurut kebutuhan dan
perkembangan jaman.
• Pengertian konstitusi menurut C.F. Strong ini merupakan
pengertian yang luas, karena sebuah konstitusi tidak cukup
hanya mengatur fungsi dan kewenangan kerangka
masyarakat politik (negara) termasuk didalamnya alat-alat
kelengkapan negara yang diatur secara hukum, tetapi juga
harus mengatur hak-hak rakyat yang diperintah dan
hubungan keduanya.
Sri Soemantri, menyatakan bahwa pada konstitusi berisikan 3
(tiga) hal pokok, yaitu :
Pertama, adanya jaminan terhadap hak-hak azasi manusia dan
warganya;
Kedua, ditetapkannya susunan ketatanegaraan suatu negara
yang bersifat fundamental;
Ketiga, adanya pembagian dan pembatasan tugas
ketatanegaraan yang juga bersifat fundamental;
Aristoteles membedakan antara konstitusi benar (right
constitution) dan konstitusi salah (wrong constitution). Jika
konstitusi diarahkan untuk tujuan mewujudkan kepentingan
bersama, maka kostitusinya disebut konstitusi yang baik,
tetapi jika sebaliknya maka konstitusi tersebut merupakan
konstitusi yang salah.
`
Hakekat konstitusi harus mengatur tentang
pertama, struktur negara, yang dalam hal ini mengatur
tentang lembaga-lembaga negara, mekanisme hubungan
antar lembaga negara, tugas dan fungsi lembaga negara dan
hubungan lembaga negara dengan warga negara.
Kedua, tentang hak asasi manusia. Pengaturan hak asasi
manusia dalam konstitusi adalah mutlak harus ada, karena
hak asasi manusia merupakan hak dasar manusia yang harus
diakui keberadaannya dalam hukum dasar.
ketiga, pengakuan adanya pluralism, dalam arti bahwa dalam
suatu negara akan terdiri dari berbagai macam suku, ras dan
agama, hendaknya perbedaan macam suku, ras dan agama
tersebut diakui keberadaannya.
Tujuan Konstitusi
• Untuk memberikan pembatasan dan pengawasan terhadap
kekuasaan politik dan Untuk membebaskan kekuasaan dari
control mutlak penguasa, serta menetapkan bagi para
penguasa tersebut batas-batas kekuasaan mereka.
• Sementara itu didalam negara-negara yang mendasarkan
dirinya atas demokrasi konstitusional, konstitusi mempunyai
fungsi yang khas, yaitu membatasi kekuasaan pemerintah
sedemikian rupa sehingga penyelenggaraan kekuasaan tidak
bersifat sewenang-wenang, dengan demikian diharapkan
hak-hak warga negara akan lebih terlindungi.
Supremasi Konstitusi
• Konstitusi dilihat dari aspek hokum mempunyai derajat
tertinggi (Supremasi). Dasar pertimbangan supremasi
konstitusi itu adalah, karena :
Konstitusi dibentuk atas nama rakyat, berasal dari rakyat,
kekuatan berlakunya dijamin oleh rakyat, dan ia harus
dilaksanakan langsung kepada masyarakat untuk kepentingan
mereka.
Dilihat dari proses pembuatannya, konstitusi ditetapkan oleh
lembaga atau badan yang diakui keabsahannya.
Superioritas konstitusi mempunyai daya ikat bukan saja bagi
rakyat/warga negara tetapi juga termasuk bagi para penguasa
dan bagi pembuat konstitusi itu sendiri.
• Jika konstitusi dilihat dari aspek moral landasan
fundamental, maka konstitusi berada di
bawahnya. Dengan kata lain, konstitusi tidak
boleh berttentangan dengan nilai-nilai universal
dan etika moral. Oleh karena itu dilihat dari
constitutional phylosofi, apabila aturan konstitusi
bertentangan dengan etika moral, maka
seharusnya konstitusi dikesampingkan. Contoh :
jika konstitusi mengesahkan perbudakan dan
atau system apartheid sudah sewajarnya tidak
dituruti.
Kalau konstitusi sudah supreme, siapa yang
menjamin ketentuan konstitusi benar2
diselenggarakan menurut jiwa dan kata-kata dan
naskah konstitusi? Untuk itulah timbul lembaga
Mahkamah Konstitusi yang mempunyai tugas
untuk melakukan pengujian terhadap peraturan
undang-undang yang berada di bawahnya yang
bertentangan dengan konstitusi, atau dengan
kata lain lembaga yang dapat melakukan judicial
review (constitutional review).
Dinamika Pelaksanaan Konstitusi
Indonesia ( UUD 1945 )
• UUD 1945, Berlaku 18 Agustus 1945 Sampai 27 Desember
1949 :
naskah UUD tersebut terdiri dari pembukaan, batang tubuh yg
terdiri dari 16 bab, 37 pasal, 4 pasal aturan peralihan, 2 ayat
aturan tambahan.
 sistem ketatanegaraan : bentuk negara kesatuan dengan
sistem presidensial. Hal ini diatur dalam pasal 1 ayat 1 ‘ negara
indonesia adalah negara kesatuan berbentuk republik’ dan
pasal 1 ayat 2 “kedaulatan adalah ditangan rakyat dan
dilakukan sepenuhnya oleh MPR “
•UUDS, Berlaku 15 Agustus 1950 Sampai 5 Juli 1959

• Konstitusi RIS, Berlaku 27 Desember 1949 Sampai 17 Agustus


1950 :
setelah perjajnjian KMB, bentuknegara kesatuan berubah
menjadi negara serikat, hal ini mengharuskan adanya
pergantian UUD. Oleh karena itu, disusunlah rancangan UUD
yang dibuat oleh delegasi RI dan BFO.
Konstitusi RIS berisi mukadimah, batang tubuh yang terdiri
dari 6 bab, 197 pasal, dan sebuah lampiran.
Sistem pemerintahan parlementer, dimana kepala
pemerintahan dijabat oleh perdana mentri dan
bertanggungjawab terhadap parlemen
• UUDS, Berlaku 15 Agustus 1950 Sampai 5 Juli 1959
Berdasar kesepakatan antara negara indonesia timur dan
negara sumatera timur dengan republik Indonesia untuk
kembali pada negara kesatuan maka diperlukan suatu UUD
negara kesatuan.
Maka ditetapkanlah UUDS yang terdiri atas mukadimah dan
batang tubuh, yang meliputi 6 bab dan 146 pasal
 Menurut UUDS ini, sistem pemerintahan yang dianut adalah sistem
pemerintahan parlementer dan bukan sistem kabinet presidensial
lagi seperti dalam UUD 1945, Menurut sistem Pemerintahan
Parlementer yang tertuang dalam UUDS ini Presiden dan Wakil
Presiden adalah Presiden dan Wakil Presiden Konstitusional dan
"tidak dapat di ganggu gugat", karena yang bertanggung jawab
adalah para menteri kepada parlemen (DPR). UUDS ini berpijak pada
pemikiran liberal yang mengutamakan kebebasan individu
 Dalam pelaksanaannya sistem parlementer yang dianut oleh UUDS
ini menvebabkan tidak tercapainya stabilitas politik dan
pemerintahan, karena sering bergantinya kabinet yang didasarkan
kepada dukungan suara di Parlemen. Selama tahun 1950-1959,
terjadi pergantian kabinet sebanyak tujuh kali, sehingga
implikasinya, banyak program kabinet yang tidak berjalan dan
berkesinanibungan
• UUD 1945, Berlaku 5 Juli 1959 Sampai 1966 ( Orde Lama)
 Kegagalan konstituante dalam menyusun RUUD membuat
pemerintah (Presiden Ir. Soekarno) mengeluarkan Dekrit Presiden 5
Juli 1959 yang isinya kita kembali ke UUD 1945.
 Pelaksanaan UUD 1945 pada kurun waktu kepeinimpinan Presiden
Ir. Soekarno adalah beberapa hal yang perlu dicatat mengenai
penyimpangan konstitusi (UUD 1945) yaitu:
1. Presiden merangkap sebagai penguasa eksekutif dan legislatif.
2. Mengeluarkan UU dalam bentuk Penetapan Presiden dengan
tanpa persetujuan DPR.
3. MPRS mengangkat presiden seumur hidup.
4. Hak Budget DPR tidak berjalan, karena setelah tahun 1960
pemerintah tidak mengajukan RUU APBN untuk mendapat
persetujuan DPR.
5. Pimpinan lembaga-lembaga tinggi dan tertinggi negara diangkat
menjadi menteri-menteri negara dan presiden menjadi Ketua
DPA.
• Pelaksanaan UUD 1945 tahun 1966-1999 ( orde baru)
semboyan orde baru untuk melaksanakan pancasila dan
UUD 45 secara murni dan konsekuen ternyta tidak sesuai
kenyataan : prinsip demokrasi, prinsip negara hukum,
dan keadilan sosial masih jauh dari harapan.
Kekuasaan presiden yang dominan dan lemahnya kontrol
DPR terhadap kebijakan-kebijakan pemerintah.
Pemerintah ordebaru bertekad untuk mempertahankan
dan tidak merubah UUD 45. UUD 45 digunakan sebagai
instrumen politik yang ampuh untuk membenarkan
berkembangnya otoritarianisme.
Masa Reformasi

Tuntutan reformasi :

1. Amandemen UUD 45
2. Penghapusan dwi fungsi ABRI
3. Penegakan hukum, HAM, dan pemberantasan KKN
4. Otonomi daerahh
5. Kebebasan pers
6. Mewujudkan kehidupan yang lebih demokratis
Latar belakang perubahan :
 Undang-Undang Dasar 1945 membentuk struktur ketatanegaraan yang
bertumpu pada kekuasaan tertinggi di tangan MPR yang sepenuhnya
melaksanakan kedaulatan rakyat. Hal ini berakibat pada tidak terjadinya
checks and balances pada institusi-institusi ketatanegaraan.
 Undang-Undang Dasar 1945 memberikan kekuasaan yang sangat besar
kepada pemegang kekuasaan eksekutif (Presiden). Sistem yang dianut UUD
1945 adalah executive heavy yakni kekuasaan dominan berada di tangan
Presiden dilengkapi dengan berbagai hak konstitusional yang lazim disebut
hak prerogatif (antara lain: memberi grasi, amnesti, abolisi dan rehabilitasi)
dan kekuasaan legislatif karena memiliki kekuasan membentuk Undang-
undang.
 Rumusan UUD 1945 tentang semangat penyelenggaraan negara belum
cukup didukung ketentuan konstitusi yang memuat aturan dasar tentang
kehidupan yang demokratis, supremasi hukum, pemberdayaan rakyat,
penghormatan hak asasi manusia dan otonomi daerah.
Kesepakatan Dasar :
1. Tidak mengubah pembukaan UUD 45
2. Tetap mempertahankan NKRI
3. Mempertegas sistem presidensil
4. Perubahan dilakukan dengan cara adendum
Proses Perubahan :
lembaga yang berwenang melakukan perubahan adalah
MPR (pasal 3 ayat 1) dengan prosedur :
1. Usul perubahan diajukan oleh sekurang-kurangnya 1/3
dari jumlah anggota MPR
2. Diajukan secara tertulis dan ditunjukan dengan jelas
bagian yang diusulkan untuk diubah beserta alasannya
3. Sidang MPR dihadiri oleh sekurang-kurangnya 2/3 dari
jumlah anggota yang hadir.
4. Putusan dilakukan dengan persetujuan sekurang-
kurangnya 50%+1 anggota dari seluruh anggota MPR
• UUD45 telah mengalami empat tahap perubahan pada tahun
1999, 2000, 2001, dan 2002. terjadi perubahan cukup
mendasar yang menyangkut kelembagaan negara, pemilihan
umum, pembatasan kekuasaan presiden dan wakil presiden,
memperkuat kedudukan DPR, pemerintah daerah, dan
ketentuan HAM yang lebih rinci.

Anda mungkin juga menyukai