Anda di halaman 1dari 24

TRANSISI DEMOGRAFI

Transisi Fertilitas
Definisi Transisi Demografi :

■ TRANSISI DEMOGRAFI

Transisi Demografi adalah proses perubahan kematian dan kelahiran


yang berlangsung dari tingkatan yang tinggi ke tingkatan yang rendah
dalam suatu kurun waktu pada masyarakat tertentu. Transisi
Demografi muncul akibat perubahan yang terjadi di masyarakat,
diantaranya adalah masalah sosial ekonomi yang memiliki hubungan
timbal balik terhadap kesehatan. Transisi Demografi di Indonesia
telah didahului dengan revolusi penurunan kematian dan dewasa ini
sedang terjadi revolusi penurunan kelahiran.
a. Tahap-tahap dalam transisi demografi yaitu :
1. Tahap stasioner tinggi
■ Tingkat kelahiran: tinggi
■ Tingkat kematian: tinggi
■ Pertumbuhan alami: nol/sangat rendah
Contoh: eropa abad 14

2. Tahap awal perkembangan


■ Tingkat kelahiran: tinggi (ada budaya pro natalis)
■ Tingkat kematian: lambat menurun
■ Pertumbuhan alami: lambat
Contoh: india sebelum pd ii
3. Tahap akhir perkembangan
■ Tingkat kelahiran: menurun
■ Tingkat kematian: menurun lebih cepat dari tingkat kelahiran
■ Pertumbuhan alami: cepat
Contoh: australia, selandia baru tahun ‘30an.

4. Tahap stasioner rendah


■ Tingkat kelahiran: rendah
■ Tingkat kematian: rendah
■ Pertumbuhan alami: nol/sangat rendah
Contoh: perancis sebelum pd ii

5. Tahap menurun
■ Tingkat kelahiran: rendah
■ Tingkat kematian: lebih tinggi dari tingkat kelahiran
■ Pertumbuhan alami: negatif
Contoh: jerman timur & barat tahun ‘75
b. Penyebab terjadinya Transisi Demografi
1. Tingkat Kesehatan, Rendahnya tingkat kesehatan di Indonesia dikarenakan pemerintah tidak bisa
menempatkan orang yang benar-benar mengerti tentang kesehatan program yang dipaksakan
yang jelas tidak bisa dijelaskan tetapi anggarannya banyak.
2. Keadaan Geografis, suatu tempat dapat dilihat dari kenyataannya di muka bumi atau letak suatu
tempat dalam kaitannya dengan daerah lain di sekitarnya. Keadaan ini ditentukan oleh fenomena-
fenomena geografis yang membatasinya.
3. Kebijakan Politik, dalam lingkungan politik terdiri dari hukum, badan hukum, dan pemerintah.
Hal ini sangat mempengaruhi keputusan pemasaran karena lembaga politik dapat membatasi
suatu organisasi dalam masyarakat.
4. Kemajuan IPTEK, adanya perkembangan IPTEK dan obat-obatan menjadikan perubahan gaya
hidup yang ada di masyarakat. Sehingga menyebabkan dinamika tingkat kematian (mortalitas)
dan tingkat kelahiran (fertilitas).
5. Perubahan pola pikir di masyarakat, di dalam masyarakat selalu terdapat tentang apa yang disebut
gejala alam dan gejala sosial. Dimana gejala-gejala tersebut akan menghasilkan pola-pola tertentu
yang bisa digunakan untuk membantu kita memahami gejala-gejala lain yang sifatnya lebih
kontekstual.
Transisi Fertilitas
A. Definisi fertilitas menurut beberapa ahli:
■ Kotmanda (2010)
merupakan kemampuan seorang wanita untuk menghasilkan kelahiran.
■ Ali (2011)
adalah suatu istilah yang dipergunakan dalam bidang demografi untuk
menggambarkan jumlah anak yang benar- benar dilahirkan hidup.
■ Sukano (2010)
merupakan jumlah anak dari anak yang dilahirkan hidup dengan
pengertian anak yang telah dilahirkan menunjukkan tanda – tanda
kehidupan.
B. Konsep fertilitas
Menurut Nadeak (2013) dijelaskan konsep-konsep penting yang harus dipegang dalam
mengkaji fenomena fertilitas, diantaranya:
■ Lahir Hidup
Lahir hidup (Life Birth), menurut WHO, adalah suatu kelahiran seorang bayi tanpa
memperhitungkan lamanya di dalam kandungan, dimana si bayi menunjukkan tanda-
tanda kehidupan, misal : bernafas, ada denyut jantungnya atau tali pusat atau gerakan-
gerakan otot
■ Lahir Mati
Lahir mati (Still Birth) adalah kelahiran seorang bayi dari kandungan yang berumur
paling sedikit 28 minggu, tanpa menunjukkan tanda-tanda kehidupan.
■ Abortus
Abortus adalah kematian bayi dalam kandungan dengan umur kurang dari 28
minggu. Ada dua macam abortus : disengaja (induced) dan tidak disengaja
(spontaneus). Abortus yang disengaja mungkin lebih sering kita kenal dengan
istilah aborsi dan yang tidak disengaja lebih sering kita kenal dengan istilah
keguguran
■ Masa Reproduksi
Masa reproduksi (Childbearing age) adalah masa dimana perempuan melahirkan,
yang disebut juga usia subur (15-49 tahun).
C. Pengukuran dan Pola fertilitas

1. Ukuran Fertilitas Tahunan (Vital Rates/Current Fertility)


a. Angka Kelahiran Kasar (Crude Birth Rate/CBR)
Angka kelahiran kasar didefenisikan sebagai banyaknya kelahiran hidup pada suatu tahun
tertentu tiap 1000 penduduk pada pertengahan tahun (Mantra, 2006). Perhitungan CBR
ini sangat sederhana karena hanya memerlukan keterangan tentang jumlah anak yang
dilahirkan dan jumlah penduduk pada pertengahan tahun, namun CBR ini mempunyai
kelemahan yakni tidak memisahkan penduduk laki-laki dan perempuan yang masih anak-
anak dan yang berumur 50 tahun ke atas sehingga angka yang dihasilkan sangat kasar
(BKKBN, 2006).
Angka kelahiran ini disebut “kasar” karena sebagai penyebut digunakan jumlah penduduk yang berarti termasuk penduduk yang
tidak mempunyai peluang melahirkan juga diikutsertakan, seperti anak-anak, laki-laki, dan wanita lanjut usia
Angka ini dapat digunakan untuk menggambarkan tingkat fertilitas secara umum dalam waktu singkat, tetapi kurang sensitif
untuk:
■ Membandingkan tingkat fertilitas dua wilayah
■ Mengukur perubahan fertilitas karena perubahan pada tingkat kelahiran akan menimbulkan perubahan pada jumlah
penduduk (Mubarak, 2012).

RUMUS :
Dimana:

CBR = Tingkat Kelahiran Kasar


Pm = Penduduk pertengahan tahun
k = Bilangan konstan yang biasanya 1.000
B = Jumlah kelahiran pada tahun tertentu
b. Angka Kelahiran Umum (General Fertility Rate/GFR)
Tingkat fertilitas umum mengandung pengertian sebagai jumlah
kelahiran (lahir hidup) per 1.000 wanita usia produktif (15-49
tahun) pada tahun tertentu. Pada tingkat fertilitas kasar masih
terlalu kasar karena membandingkan jumlah kelahiran dengan
jumlah penduduk pertengahan tahun. Tetapi pada tingkat
fertilitas umum ini pada penyebutnya sudah tidak menggunakan
jumlah penduduk pada pertengahan tahun lagi, tetapi jumlah
penduduk wanita pertengahan tahun umur 15-49 tahun.
Kelemahan dari penggunaan ukuran GFR adalah ukuran ini tidak membedakan kelompok umur,
sehingga wanita yang berumur 40 tahun dianggap mempunyai resiko melahirkan yang sama besar
dengan wanita yang berumur 25 tahun. Namun kelebihan dari penggunaan ukuran ini ialah ukuran ini
cermat daripada CBR karena hanya memasukkan wanita yang berumur 15-49 tahun atau sebagai
penduduk yang “exposed to risk”.
RUMUS :

dimana:
GFR = Tingkat Fertilitas Umum
B = Jumlah kelahiran
Pf (15-49) = Jumlah penduduk wanita umur 15-49 tahun pada pertengahan tahun
k = Bilangan konstanta yang bernilai 1.000
c. Tingkat Fertilitas menurut Umur (Age Specific Fertility Rate)
Diantara kelompok wanita reproduksi (15-49 tahun) terdapat variasi kemampuan
melahirkan, karena itu perlu dihitung tingkat fertilitas wanita pada tiap-tiap kelompok
umur. Dengan mengetahui angka-angka ini dapat pula dilakukan perbandingan
fertilitas antar penduduk dari daerah yang berbeda.
Adapun kelebihan dari penggunaan ukuran ASFR antara lain :
■ Ukuran lebih cermat dari GFR karena sudah membagi penduduk yang “exposed to
risk” ke dalam berbagai kelompok umur.
■ Dengan ASFR dimungkinkan pembuatan analisa perbedaan fertilitas (current
fertility) menurut berbagai karakteristik wanita.
■ Dengan ASFR dimungkinkan dilakukannya studi fertilitas menurut kohor.
■ ASFR ini merupakan dasar untuk perhitungan ukuran fertilitas dan reproduksi
selanjutnya (TFR, GRR, dan NRR).
Namun dalam pengukuran ASFR terdapat beberapa kelemahan diantaranya yaitu:
■ Ukuran ini membutuhkan data yang terperinci yaitu banyaknya kelahiran untuk tiap kelompok
umur sedangkan data tersebut belum tentu ada di tiap negara/daerah, terutama negara yang sedang
berkembang.
■ Tidak menunjukkan ukuran fertilitas untuk keseluruhan wanita umur 15-49 tahun.
RUMUS :

dimana:
ASFRi= Tingkat Fertilitas menurut Umur
i= kelompok umur wanita
Bi= Jumlah kelahiran bayi pada kelompok umur
Pfi = Jumlah wanita kelompok umur i pada pertengahan tahun
k = Angka konstanta, yaitu 1.000
d. Tingkat Fertilitas menurut Urutan Kelahiran (Birth Order Specific Fertility Rate)
Tingkat fertilitas menurut urutan kelahiran sangat penting untuk mengukur
tinggi rendahnya fertilitas suatu negara. Kemungkinan seorang istri menambah
kelahiran tergantung pada jumlah anak yang telah dilahirkannya. Seorang istri
mungkin menggunakan alat kontrasepsi setelah mempunyai jumlah anak
tertentu dan juga umur anak yang masih hidup.
RUMUS:

dimana:
BOSFR = Tingkat Fertilitas menurut Urutan Kelahiran
Boi = Jumlaha kelahiran urutan ke 1
Pf (15-49) = Jumlah wanita umur 15-49 pertengahan tahun
k = Bilangan konstan bernilai 1.000
2. Ukuran Fertilitas Kumulatif (Cumulative Fertility/Reproductive History)
a. Angka Kelahiran Total (Total Fertility Rate/TFR)
TFR didefinisikan sebagai jumlah kelahiran hidup laki-laki dan perempuan tiap 1000
perempuan yang hidup hingga akhir masa reproduksinya (BKKBN, 2006).
Tingkat Fertilitas Total didefenisikan sebagai jumlah kelahiran hidup laki-laki dan
perempuan tiap 1.000 penduduk yang hidup hingga akhir masa reproduksinya dengan
catatan :
■ Tidak ada seorang perempuan yang meninggal sebelum mengakhiri masa
reproduksinya.
■ Tingkat fertilitas menurut umur tidak berubah pada periode waktu tertentu
Dalam praktek Tingkat Fertilitas Total dikerjakan dengan menjumlahkan Tingkat
Fertilitas perempuan menurut umur, apabila umur tersebut berjenjang lima tahunan,
dengan asumsi bahwa fertilitas menurut umur tunggal sama dengan rata-rata tingkat
fertilitas kelompok umur lima tahunan.
Kelemahan pada perhitungan TFR ialah pada TFR semua wanita selama masa subur dianggap tidak
ada yang meninggal, semuanya menikah, serta mempunyai anak dengan pola seperti ASFR, padahal
hal ini tidak sesuai dengan kenyataan
RUMUS :

dimana :
TFR=Total Fertility Rate
à= Penjumlah tingkat fertilitas menurut umur
ASFRi= Tingkat fertilitas menurut umur ke 1 dari kelompok berjenjang 5 tahunan.
b. Angka Reproduksi Nyata (Gross Reproduction Rates/GRR)
Gross Reproduction Rate ialah jumlah kelahiran bayi perempuan oleh 1.000
perempuan sepanjang masa reproduksinya dengan catatan tidak ada seorang
perempuan yang meninggal sebelum mengakhiri masa reproduksinya, seperti
angkat kelahiran total.
RUMUS :

dimana :
ASFRfi = angka kelahiran bayi perempuan pd klp umur i per 1000 permpuan
klp umur i
c. Angka Reproduksi Kotor (Net Reproduction Rate/NRR)
Net Reproductio Rate/NRR ialah jumlah kelahiran bayi perempuan oleh sebuah
kohor hipotesis dari 1.000 perempuan dengan memperhitungkan kemungkinan
meninggalkan perempuan-perempuan itu sebelum mengakhiri masa
reproduksinya. Misalnya sebuah kohor yang terdiri dari 1.000 bayi perempuan
tersebut mempunyai kesempatan melahirkan hingga umur 20, sebagian hingga
umur 30, sebagian hingga umur 40, dan seterusnya dan hanya sebagian yang
dapat melewati usia 50 tahun (usia reproduksi). Jadi dari kohor tersebut
dihitung jumlah perempuan-perempuan yang dapat bertahan hidup pada umur
tertentu dengan mengalihkannya dengan kemungkinan hidup dari waktu lahir
hingga mencapai umur tersebut.
RUMUS :
D. Faktor-faktor yang mempengaruhi Fertilitas
Faktor-faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya fertilitas dapat dibagi menjadi dua, yakni :
1. Faktor demografi diantaranya adalah
■ struktur umur
■ struktur perkawinan
■ umur kawin pertama, paritas
■ proporsi yang kawin
2. faktor non demografi antara lain
■ keadaan ekonomi penduduk
■ tingkat pendidikan
■ perbaikan status perempuan
■ urbanisasi
■ industrialisasi
Menurut Davis dan Blake (1956) yang dikutip oleh Mantra (2009menyatakan bahwa faktor-faktor
sosial mempengaruhi fertilitas melalui proses reproduksi seorang wanita usia subur melalui tiga tahap,
yaitu hubungan seks, konsepsi, kehamilan dan kelahiran.
Menurut Kingsley Davis dan Judith Blake faktor-faktor yang mempengaruhi fertilitas ada 11 variabel
sebagai berikut:
1. Faktor-faktor yang mempengaruhi kemungkinan diadakan persetubuhan atau hubungan kelamin
a. Faktor-faktor yang mempengaruhi diadakan atau terputusnya hubungan kelamin pada masa
reproduksi.
■ Usia mulai mengadakan hubungan kelamin atau persetubuhan.
■ Selibat tetap : proporsi wanita yang tidak pernah kawin atau mengadakan persetubuhan.
■ Lamanya suatu reproduksi yang hilang setelah atau diantara masa hubungan kelamin
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi diadakan persetubuhan atau hubungan kelamin.
■ Pantang sukarela.
■ Pantang terpaksa (karena impoten, sakit, berpisah sementara yang tak dapat dielakkan).
■ Frekuensi persetubuhan (tidak termasuk masa pantang).
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi kemungkinan kehamilan
■ Kesuburan atau kemandulan yang dipengaruhi oeh hal-hal yang tidak diinginkan
atau diluar kemauan.
■ Menggunakan atau tidak menggunakan alat-alat kontrasepsi.
■ Kesuburan atau kemandulan yang dipengaruhi oleh hal-hal yang diinginkan atau
disengaja, (sterilisasi, sub-insisi (pembelahan bagian bawah penis sehingga semen
tidak keluar melalui kepala penis), obat-obatan, dan sebagainya).
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi masa hamil dan kelahiran dengan selamat
■ Kematian fetus (janin) karena hal-hal yang tidak disengaja.
■ Kematian fetus karena hal-hal yang disengaja (Fawcett, 1982).
Menurut Bongaarts menyatakan bahwa variabel antara dibagi menjadi 7, yaitu :
1. Variabel perkawinan
2. Kemandulan permanen
3. Lamanya tidak subur sesudah melahirkan (post partum)
4. Kemampuan melahirkan
5. Penggunaan alat-alat kontrasepsi yang efektif
6. Pengguguran secara spontan
7. Pengguguran secara tidak sengaja
Menurut Moni Nag (1979), yang menyebabkan turunnya fertilitas yaitu sebagai berikut :
1. Fekunditas (amenorrhea dan ovulasi), yang dipengaruhi oleh laktasi (lamanya menyusui).
2. Fekunditas dalam hal ini amenorrhea (periode mati haid atau berhentinya haid secara alami setelah
melahirkan), menarche (periode haid yang pertama), dan menopause (periode berhentinya haid), yang
dipengaruhi oleh gizi (nutrisi).
3. Keguguran (miscarriage) dan lahir mati (stillbirth) lebih sedikit karena kesehatan yang terpelihara dengan
baik.
4. Kemandulan yang disebabkan oleh penyakit kelamin akan menurun karena kesehatan meningkat dan
bertambah baik, sehingga kesuburan wanita meningkat.
5. Abstinensi (pantang) sukarela terutama sesudah melahirkan tidak tinggi lagi, sehingga fertilitas naik.
6. Keadaan menjanda dan janda (widowerkrod) prosentasenya menurun, sehingga menyebabkan fertilitas
naik.
7. Perceraian dan perpisahan juga berkurang karena ekonomi membaik, sehingga fertilitas naik.
8. Usia kawin dan proporsi wanita yang tidak pernah kawin (selibat). Usia kawin meningkat dan proporsi
wanita tidak kawin menurun karena ekonomi membaik, sehingga fetilitas naik.
9. Frekuensi hubungan kelamin (intercouse) makin tinggi terutama dalam hubungan dengan keluarga
luasnya, sehingga fertilitas naik.
10. Abstinensi terpaksa atau tidak sengaja berkurang, sehingga fertilitas naik.

Anda mungkin juga menyukai