Anda di halaman 1dari 34

By : Agustina Dwi Prastanti, S.ST, M.

Si
Colon in Loop adalah suatu teknik
pemeriksaan secara radiografi pada daerah
colon dengan menggunakan media kontras
secara retrograde
 Untuk mendapatkan gambaran anatomis
kolon dalam membantu menegakkan
diagnosa suatu penyakit/kelainan-kelainan
pada kolon
 Tumor
adalah massa jaringan yang abnormal, tumbuh ganda dan tidak
terkoordinasi dan keberadaannya merupakan beban dan penyakit
yang mengkhawatirkan bagi tubuh.
 Hemoroid interna
Hemoroid interna adalah iritasi atau infeksi jaringan disekitar
rectum, yang disebabkan oleh pembesaran pembuluh darah atau
pembengkakkan jaringan.
 Ileus
Ileus adalah obstruksi usus, dapat terjadi secara mekanis atau
fungsional (paralitis) yang menimbulkan mulas yang hebat dan
muntah-muntah tanpa disertai rasa nyeri.
 Colitis
Colitis adalah suatu penyakit peradangan pada rectum dan colon
yang terutama mengenai lapisan mukosa colon dan menyebar
secara kontinyu keseluruh daerah yang terkena.
 Divertikel
Divertikel adalah kantung-kantung yang menonjol pada dinding
colon, terdiri atas lapisan mukosa dan muskularis mukosa.
 Perforasi
terjadinya kebocoran pada saluran gastrointestinal
 Obstruksi
tersumbatnya saluran gastrointestinal
 Refleks fagal
◦ Apendiks vermiformis
◦ Sekum
◦ Colon ascendens
◦ Colon transversum
◦ Colon descendens
◦ Colon sigmoid
◦ Rectum/Anus
 Usus besar atau colon panjangnya ±1 ½ m adalah sambungan dari usus
halus dan mulai dikutub iliokolik atau iliosekal yaitu tempat sisa
makanan lewat.
 Reflek gastrokolik terjadi ketika makanan masuk ke lambung dan
menimbulkan peristaltik di dalam usus besar. Reflek ini menyebabkan
defekasi atau pembuangan air besar.
 Colon mulai sebagai kantong yang pekat dan padanya terdapat
appendiks vermiformis atau umbai cacing, appendix terdiri dari empat
lapisan dinding yang sama seperti usus lainnya, hanya lapisan
submukosa berisi sejumlah besar jaringan limfe yang dianggap
mempunyai fungsi serupa dengan tonsil, sebagian terletak dibawah
caecum dan sebagian dibelakang caecum.
 Dalam apendektomi, caecum terletak di daerah iliaca kanan dan
menempel pada otot iliopsoas. Dari sisi colon naik melalui daerah
sebelah kanan lumbal dan disebut fleksura hepatica lalu berjalan
melalui tepi daerah epigastrik dan umbilikalis sebagai colon
transversum.
 Dibawah limpa ia membelok sebagai fleksura sisnistra atau fleksura
lienalis dan kemudian berjalan melalui daerah kanan lumbal sebagai
colon desendens.
 Didaerah kanan iliaca terdapat belokan yang disebut fleksura sigmoid
dan dibentuk colon sigmoid atau colon pelvis kemudian masuk pelvis
besar, dimulai dari colon sigmoideus dan terakhir pada saluran anus.
 Peristaltik dalam colon sangat lamban, diperlukan waktu 16 - 20 jam
bagi isinya untuk mencapai flexura sigmoid. Fungsi colon sebagai
absorbsi air, garam dan glukosa, sekresi musin oleh kelenjar dalam
lapisan dalam.
1. Informed Consent
2. Persiapan Pemeriksaan
Persiapan Pasien
◦ 48 jam sebelum pemeriksaan pasien makan makanan lunak
rendah serat
◦ 18 jam sebelum pemeriksaan ( jam 3 sore ) minum tablet
dulcolax
◦ 4 jam sebelum pemeriksaan ( jam 5 pagi ) pasien diberi
dulkolax kapsul per anus selanjutnya dilavement
◦ Seterusnya puasa sampai pemeriksaan dimulai
◦ 30 menit sebelum pemeriksaan pasien diberi sulfas atrofin
0,25 – 1 mg / oral untuk mengurangi pembentukan
lendir 15 menit sebelum pemeriksaan pasien diberi
suntikan buscopan untuk mengurangi peristaltic usus
◦ Pesawat sinar – x yang dilengkapi fluoroscopy
◦ Kaset dan film sesuai kebutuhan
◦ Marker
◦ Standart irigator dan irigator set lengkap dengan
kanula dan rectal tube
◦ Handskun
◦ Penjepit atau klem
◦ Spuit
◦ Kain pembersih
◦ Apron
◦ Tempat mengaduk media kontras
◦ Kantong barium disposible
◦ Media kontras BaSO4 = 70 – 80 % W/V ( Weight /
Volume ), banyaknya sesuai panjang pendeknya
kolon kurang lebih 600 – 800 ml dengan
perbandingan 1: 8
◦ Air hangat
◦ Vaselin atau jelly
 Metode Kontras Tunggal
◦ Pemeriksaan hanya menggunakan BaSO4 sebagai
media kontras.
◦ Kontras dimasukkan ke kolon sigmoid, desenden,
transversum, ascenden sampai daerah seikum.
◦ Dilakukan pemotretan full fillng
◦ Evakuasi, dibuat foto post evakuasi
 Metode Kontras Ganda
◦ Kontras Ganda Satu Tingkat
 Kolon diisi BaSO4 sebagian selanjutnya ditiupkan udara
untuk mendorong barium melapisi kolon
 Selanjutnya dibuat foto full filling
◦ Kontras Ganda Dua Tingkat
 Tahap pengisian
 Kolon diisi BaSO4 sampai kira 2 fleksura lienalis atau
pertengahan kolon transversum
 Pasien disuruh merubah posisi agar barium masuk ke seluruh
kolon
 Tahap pelapisan
 Menunggu 1 – 2 menit supaya barium melapisi mukosa kolon
 Tahap pengosongan
 Pasien disuruh BAB
 Tahap pengembangan
 Dipompakan udara ke dalam kolon = 1800 – 2000 ml, tidak
boleh berlebihan karena akan timbul komplikasi : reflex fagal (
wajah pucat, bradikardi, keringat dingin dan pusing )
Tahap pemotretan
 Pemotretan dilakukan apabila yakin
seluruh kolon mengembang semua
 Posisi pemotretan tergantung dari
bentuk dan kelainan serta lokasinya.
 Proyeksi PA, PA oblig & lateral (
rectum )
 Proyeksi AP, AP oblig ( kolon
transversum termasuk fleksura)
 Proyeksi PA, PA oblig pasien berdiri (
fleksura lienalis dan hepatica)
Radiographic Positioning
 PA / AP
 RAO
 LAO
 LPO / RPO
 LATERAL RECTUM
 RLD
 LLD
 PA POST EVACUATION
 AP AXIAL / AP AXIAL OBLIQUE ( LPO ) (BUTTERFLY)
 PA AXIAL / PA AXIAL OBLIQUE ( RAO ) (BUTTERFLY)
Angka berapakah yang paling istimewa....?
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, atau 10 ?
Apa alasannya?
10 Posisi Menurut "Miller"

 Posisi AP untuk melihat fleksura lienalis dan hepatica


 Posisi lateral untuk melihat rectum
 Posisi AP dg penyudutan 15 – 25 derajat chepalad untuk
melihat rectum
 RPO dg penyudutan 15 – 25 untuk melihat fleksura lienalis
 Right Lateral untuk melihat rectum
 Prone untuk melihat fleksura lienalis dan fleksura
hepatica
 PA dengan penyudutan 15 – 25 derajat untuk melihat
rectum
 LPO dengan sudut 15 – 25 derajat untuk melihat fleksura
hepatica
 AP dengan oblique 2 – 3 derajat untuk melihat daerah
ileosaekal
 AP dg sinar horizontal untuk melihat fleksura lienalis dan
hepatica.
Proyeksi Pemotretan
 Proyeksi AP
◦ Posisi Pasien : supine diatas meja pemeriksaan,
MSP tubuh tegak lurus meja, kedua tangan
disamping tubuh dan kaki lurus
◦ Posisi Objek : obyek diatur diatas meja, Batas
atas : Proc. Xypoideus, Batas Bawah: Simp.pubis
◦ CP : MSP setinggi Krista iliaka
◦ CR : vertical tegak lurus kaset
◦ Kriteria Radiograf : seluruh kolon termasuk
fleksura hepatica
 Proyeksi PA

◦ PP : tidur tengkurap diatas meja pemeriksaan dgn


MSP tubuh tegak lurus meja, kedua tangan
disamping tubuh & kaki lurus
◦ PO : obyek diatur diatas meja, Batas Atas : Proc.
Xypoideus, Batas Bawah: Simp.pubis
◦ CP : pada MSP setinggi kedua Krista iliaka
◦ CR : vertical tegak lurus kaset
Kriteria Radiograf : seluruh kolon, termasuk
fleksura dan rectum
 Proyeksi RPO

◦ Posisi Pasien : supine diatas meja pemeriksaan, tubuh


dirotasikan ke kanan 35-45 derajat terhadap meja,
tangan kanan untuk bantal, tangan kiri menyilang
didepan tubuh dan kaki kanan lurus, kaki kiri ditekuk
untuk fiksasi
◦ Posisi Objek : obyek diatur diatas meja, Batas atas :
Proc. Xypoideus, Batas Bawah: Simp.pubis
◦ CP : 1 – 2 inchi ke kiri dari titik tengah kedua Krista
iliaka
◦ CR : vertical tegak lurus kaset
◦ Kriteria Radiograf : seluruh kolon, fleksura lienalis
sedikit superposisi dibanding PA, colon descenden
 Proyeksi RAO

◦ Posisi Pasien : tidur tengkurap diatas meja


pemeriksaan, tubuh dirotasikan 35 – 45 derajat
terhadap meja, tangan kanan lurus disamping tubuh,
tangan kiri didepan kepala dan kaki kanan lurus, kaki
kiri ditekuk
◦ Posisi Objek : obyek diatur diatas meja, Batas Atas :
Proc. Xypoideus, Batas Bawah: Simp.pubis
◦ CP : 1 – 2 inchi ke kiri dari titik tengah kedua Krista
iliaka
◦ CR : vertical tegak lurus kaset
◦ Kriteria Radiograf : seluruh kolon, fleksura hepatica
sedikit superposisi dibanding PA, colon ascenden,
sigmoid dan sekum
 Proyeksi LAO

◦ Posisi Pasien : tidur tengkurap diatas meja


pemeriksaan, tubuh dirotasikan ke kiri 35 – 45
derajat terhadap meja, tangan kiri lurus
disamping tubuh, tangan kanan didepan kepala
dan kaki kiri lurus, kaki kanan ditekuk
◦ Posisi Objek : obyek diatur diatas meja, Batas
atas : Proc. Xypoideus, Batas bawah: Simp.pubis
◦ CP : 1 – 2 inchi ke kanan dari titik tengah kedua
Krista iliaka
◦ CR : vertical tegak lurus kaset
◦ Kriteria Radiograf : seluruh kolon, fleksura
lienalis sedikit superposisi dibanding PA, colon
ascenden
 Proyeksi LPO

◦ Posisi Pasien : supine diatas meja pemeriksaan,


tubuh dirotasikan ke kiri 35-45 derajat
terhadap meja, tangan kiri untuk bantalan,
tangan kanan menyilang didepan tubuh dan kaki
kiri lurus, kaki kanan ditekuk untuk fiksasi
◦ Posisi Objek : obyek diatur diatas meja, Batas
atas : Proc. Xypoideus, Bats bawah: Simp.pubis
◦ CP : 1 – 2 inchi ke kanan dari titik tengah kedua
Krista iliaka
◦ CR : vertical tegak lurus kaset
◦ Kriteria Radiograf : daerah sigmoid, rektosigmoid
fleksura hepatica sedikit superposisi disbanding
PA, colon ascenden, seikum.
 Proyeksi Lateral

◦ Posisi Pasien : tidur miring dgn MSP sejajar kaset,


genu sedikit fleksi untuk fiksasi
◦ Posisi Objek : obyek diatur diatas meja, Batas
atas : Proc. Xypoideus, Batas Bawah: Simp.pubis
◦ CP : MAL setinggi SIAS
◦ CR : vertical tegak lurus kaset
◦ Kriteria Radiograf : daerah rectum dan sigmoid
tampak jelas, rekto sigmoid pada pertengahan
radiograf
Keberhasilan di masa depan
ditentukan juga dengan
persiapan di masa sekarang
TERIMA KASIH
***semoga bermanfaat***

Anda mungkin juga menyukai