Anda di halaman 1dari 26

 Luh Made Deasy Dwitayanti 12700354

 Ida Ayu Paramitha Atmaja 12700362


 Nur Annisa Kurnia 12700364
 Putu Ayu Ngr Pratiwi Purwa 12700366
 I Gusti Agung Ari Nugraha 12700368
 Harpatul Aini 12700370
 M Radhinal Rustan 12700372
 Nike Ade Therinda 12700374
 I Gusti Ngurah Ary Putra 12700376
 Anestesia
Hilangnya perasaan kalau dirangsang

 Hipestesia
Perasaan tidak enak dan terasa berlebihan. Ini terjadi akibat reseptor
impuls protopatik / serabut saraf perifer atau lintasan spinotalamik
mengalami gangguan sehingga ambang rangsangnya menurun, maka
perasaan yang wajar menghasilkan perasaan yang
berlebihan. Gangguan ini dapat bersifat mekanik, toksik, vaskuler.

 Parestesia
Perasaan yang timbul secara spontan pada permukaan tubuh tanpa
adanya perangsangan. Perasaan yang timbul seperti perasaan
dingin/panas setempat, kesemutan, rasa berat atau rasa dirambati
sesuatu.

 Nyeri

 Gerakan yang canggung serta simpang


siur.
 Hemihipestesi : yaitu deficit sensorik pada
salah satu sisi tubuh saja. Ini biasa
disebabkan oleh karena lesi pada salah satu
hemisfer serebri.
 Hemihipestesi Alternans : hipestesia pada sisi
wajah ipsilateral dan hipestesia pada sisi
badan kontralateral. Ini disebabkan oleh
karena lesi pada jaras spinotalamik & traktus
spinalis N. trigeminalis di medulla oblongata.
 Hipestesia tetraplegik yaitu hipestesia pada bagian
tubuh
batas leher ke bawah, wajah dan kepala tidak
terganggu.
Ini disebabkan oleh karena lesi yang memotong
medulla
spinalis di tingkat servical.
Bila lesi medulla spinalis dibawah tingkat Thoracal
maka
deficit sensorik yang terjadi disebut : Hipestesia
Paraplegik.

 Saddle Hypestesia (hipestesia selangkangan) yaitu


hipestesia pada daerah kulit selangkangan. Ini akibat
lesi di kauda equine.

 Hipestesia perifer yaitu hipestesia pada kawasan


saraf perifer yang biasanya mengcakup bagian bagian
beberapa hematoma.
Sindroma trombosis serebri
Akibat penyumbatan arteri lentikulostriata
yang mengakibatkan infark di krus posterior
kapsula interna sehingga menimbulkan
hemiplegia dan hemiparestesia kontralateral
Sidroma Wallenberg
Akibat penyumbatan sesisi pada arteri serebelli
posterior inferior yang mengakibatkan infark di
korpus restiforme ipsilateral, lintasan
spinotalamik dan Tractus spinalis N. Trigemini.
Gejala :
– Hipestesia wajah ipsilateral, hipestesia
badan kontralateral hemihipestesia
alternans.
– Ataksia ipsilateral ( gangguan jaras spino
serebellar)
– Vertigo (lesi inti vestibuler)
– Horner sindrom ( gangguan pada substansia
retikularis lateral)
– Gangguan menelan ( gangguan pada N.
Glosofaringeus )
Syringobulbi
Yaitu berupa saluran / lubang sempit yang
memanjang dari kawasan spinotalamik dan
Traktus spinalis N. V ke Traktus Solitarius di
Medulla Oblongata.
Gejala :
Menyerupai Sindroma Wallenberg (timbul
cepat karena gangguan lesi vaskuler)
sedangkan syringobulbi timbulnya lambat
dalam waktu berbulan – bulan sesuai dengan
proses degenerasi.
Syringomyelia :
Yaitu berupa pelunakan saluran / lubang (Gliosis &
cavitation) yang memanjang di kanalis sentralis medulla
spinalis servikalis.

Gejala :
– Gejala awal hilangnya sensibilitas pain dan temperatur
dgn distribusi segmental ekstremitas atas pada ke dua
sisi. Krn serabut spinotalamikus lateral terganggu
– Sensory ekstremitas bawah dan badan tidak terganggu
– Perasaan raba dan tekan utuh pada dermatom
ekstremitas atas yang terganggu. (sensory dissosiasi)

Gejala lanjut :
• Ggn LMN dgn atropy otot bila degenerasi meluas ke
kornu
anterior
• Ggn tr pyramidal ekstremitas bawah (cystic cavity
compression)
Syndroma Brown Sequard
Terjadi akibat hemilesi / hemisection pada medulla
spinalis
sehingga timbul :
• Kelumpuhan ipsilateral (UMN) miotoma dibawah lesi.
• Kelumpuhan ipsilateral (LMN) miotoma setinggi lesi.
• Gangguan protopatik (Pain & Temperatur) kontralateral
dermatome dibawah lesi.
• Gangguan perasaan proprioseptif (getaran, gerakan,
sikap, 2-point discrimination) pada sisi tubuh ipsilateral.
• Anestesia kutaneus ipsilateral segmental setinggi level
• Hiperestesia ipsilateral dibawah lesi dan segmental
kontralateral setinggi lesi

Penyebab : tumor, infeksi, trauma, proses reaksi


imunologik.
Spinal Cord transection
Gejala timbul segera setelah transection spinal
cord komplit :
1. Aktivitas muskuler volunter, refleks somatik
dan viseral pada tubuh dibawah lesi hilang
2. Sensibilitas dibawah lesi hilang total
3. Spinal shock berlangsung 2 – 3 minggu

• Dalam keadaan kronik timbul :


1. Aktivitas refleks minimal
2. Timbul aktivitas refleks fleksor superfisial
3. Spasme antara fleksor dan ekstensor yang
tidak sesuai
4. Aktivitas refleks tendon dalam muncul.
NYERI

Ungkapan suatu proses patologik ditubuh


kita. Nyeri dapat bersifat tajam, diffuse atau
menjemukan.
Nyeri Neuromuskuloskeletal Non Neurogenik :
Nyeri pada anggota gerak akibat proses
patologik di jaringan yang dilengkapi dengan
serabut nyeri.
Nyerinya berupa :
– Nyeri tekan
– Nyeri gerak pasif & aktif.
Misalnya :
Artralgia sendi
Mialgia otot
Entesialgia tendon, fasia, jaringan miofasial,
periosteum.
Nyeri Neuromuskuloskeletal Neurogenik :
Akibat iritasi langsung terhadap serabut
sensorik perifer.

Nyerinya berupa :
– Nyeri menjalar sepanjang kawasan distal
saraf yang bersangkutan Nyeri Radikular
– Penjalaran nyeri berpangkal pada bagian
saraf yang mengalami iritasi Nyeri Neuritik
Nyeri radikular yang sering ditemukan :
• Nyeri radikular pada spondilitis tuberkulosa
nyeri interkostal antara V. T4 –T7.
• Nyeri radikular pada spondilitis
• Sebagai hasil proses menua disamping factor
turunan & factor eksogenik yang berhubungan
dengan pekerjaan panyakit. Pada tulang belakang
memperlihatkan osteofit & spondilosis, sering
terjadi pada daerah servical.

• Test Provokasi :
»Test Lhermitte
»Test Distraksi
Nyeri radikular pada HNP : yaitu akibat
jebolnya nucleus pulposus ke dalam kanalis
vertebralis

Test Provokasi :
»Test Laseque
»Test Naffzigger
Nyeri Neuritis
Timbul akibat bagian saraf perifer terlibat /
terjebak dalam proses patologik pada tempat
yang dilewati saraf perifer bersangkutan
Polyneuritis
• Saraf – saraf perifer terutama bagian distal
ke empat ekstermitas dapat mengalami
gangguan akibat infeksi, intoksikasi, proses
immunopatologik, defisiensi makanan. Gejala
utamanya dapat bersifat sensorik melulu
(polyneuritis / polineuropatia diabetic ) atau
motorik melulu (polyneuritis / polineuropatia
defisiensi makanan).

• Manifestasinya bersifat simetris terutama


distal ekstremitas.
• Polyneuritis defisiensi makanan biasanya
berupa polyneuritis campuran.
– Gangguan Sensorik : pola sarung tangan
dan kaos kaki.
– Gangguan motorik : drop hand and drop
foot.
• Polineuritis DM : gangguan sensorik saja.
• Polineuritis : intoksikasi As, alcohol, cobalt,
triklorethylene.
• Intoksikasi karena eksotoksin kuman
difteri, Pb, INH, Penicillin bersifat
mononeuritis.
Mononeuritis
• Gangguan somestesia akibat mononeuritis
umumnya besifat negative berupa naestesia /
hypestesia/ parestesia.
• Pola deficit sensorik sesuai dengan pola
kawasan saraf perifer.
• Termasuk entrapment neuritis

Anda mungkin juga menyukai