Anda di halaman 1dari 11

DESEMBER 2014

Era Wahyu Ningsih, SS


Mengemukakan tentang KEPEMIMPINAN
TERSENTRAL YANG KUAT, yang menyatakan
bahwa kekuasaan yang lebih besar untuk
menghindari terjadinya kekacauan adalah
penguasa yang memimpin negara

SPM/Mnj/Bamisha 2
Hobbes adalah pemikir yang lahir
dan mengalami proses
intelektualisasi dalam situasi sosial-
politik yang anarkis pada abad XVII
 Konflik antara raja Charles I dengan parlemen
yang berakhir dengan kekalahan raja.
 Akhirnya raja dipenggal atas perintah
Cromwell.
 Inggis pasca kematian raja Charles I menjadi
Negara yang diperintah oleh sebuah komisi,
tidak lagi dipandang sebagai Negara yang
adikuasa dan lemah.
 Luka-luka sejarah tersebut memaksa Hobbes
untuk mencari solusi bagaimana konflik bisa
dihindari dan tercipta perdamaian hakiki.
Nafsu Keengganan
(appetite) (aversion)

kekuasaan, akan keengganan


kekayaan, akan untuk hidup
pengetahuan, sengsara dan
dan akan mati
kehormatan.

Tindakan

Nalar manusia menurut


Hobbes membimbing
orang untuk berdamai
Oleh karena
setiap manusia
berusaha untuk hasrat manusia itu tidaklah
memenuhi terbatas.
hasrat dan
keengganannya
, dengan
menggunakan
power-nya
masing-
masing, maka
yang terjadi
adalah POWER
benturan power
antarsesama
manusia, yang
meningkatkan
keengganan
untuk mati.
 Pertama, salah satu penyebab terjadinya
perang agama, konflik sosial, sipil, dan
sebagainya karena lemahnya kekuasaan
Negara. Kekuasaan Negara terbelah. Di
Inggris misalnya, kekuasaan Negara terbelah
menjadi dua, kekuasaan raja dan kekuasaan
parlemen.
 Kedua, perang dan konflik tidak akan terjadi
apaila kekuasaan mutlak dan sentral.
Demokrasi menurut Hobbes adalah suatu
malapetaka politik yang harus dihindari,
sebab kekuasaannya terbagi-bagi. (Suhelmi,
2001)
 Pertama, menata masyarakat berdasarkan
prinsip-prinsip normatif seperti agama dan
moralitas tidak mungkin. Karena prinsip
tersebut hanya merupakan kedok-kedok
emosi dan hawa nafsu hewani yang palig
rendah.
 Kedua, masyarakat bisa mewujudkan
perdamaian hanya apabila mampu
mengenyahkan nafsu-nafsu rendah itu.
Damai bisa terwujud apabila manusia
terbebas dari hawa nafsunya
 Hobbes mengibaratkan Negara sebagai Leviathan,
sejenis monster (mahkluk raksasa) yang ganas,
menakutkan dan bengis.
 Muncul ketika siapa pun yang mencoba melanggar
hukum Negara.

 Hobbes berpendapat manusia dalam keadaan


alamiah bukanlah sejenis hewan sosial (social animal)
seperti yang dikemukakan aristoteles. Sebaliknya
naluri manusia mendorong seseorang untuk
berkompetisi atau berperang. Keadaan itulah yang
kemudian ‘memaksa’ akal manusia untuk mencari
kehidupan alternatif yang lebih baik dimana manusia
dapat mengekang hawa nafsunya.
 Memiliki kekuasaan mutlak.
 Kekuasaannya tidak boleh terbelah.
 Kekuasaan terbelah akan mengakibatkan timbulnya
anarki, perang sipil atau perang agama dalam
Negara.
 Pada akhirnya ia memperoleh kesimpulan bahwa
Negara kekuasaan yang memiliki sifat-sifat
Leviathan-kuat, kejam dan ditakuti-merupakan
pemecahan masalah terbaik untuk menghadapi
persoalan itu.
 Kepatuhan total merupakan esensi utama Negara
kekuasaan. Hobbes memang tidak mengemukakan
secara jelas menegenai bentuk Negara terbaik, bagi
hobbes bentuk Negara apapun baik, asal kekuasaan
nya tidak terbagi-bagi.
Demokrasi menuntut adanya pluralism politik,
kekuasaannya terbelah, dan menurut Hobbes itu yang
menjadi cikal bakal terjadinya konflik kekuasaan.

Anda mungkin juga menyukai