Anda di halaman 1dari 28

Pendahuluan

 Preeklampsia adalah sindrom spesifik kehamilan yang terjadi


pada usia kehamilan 20 minggu berupa berkurangnya perfusi
organ akibat vasospasme dan aktivasi endotel.
 Angka kejadiannya berkisar antara 0,51%-38,4%.
 Angka kematian ibu yang diakibatkan preeklampsia di negara
berkembang masih tinggi.
 Pemilihan teknik anestesi pada pasien preeklampsia berat
tergantung dari berbagai faktor, termasuk cara persalinan (per
vaginam, bedah Caesar) dan status medis dari pasien (adanya
koagulopati, gangguan pernafasan, dll).
 Spinal anestesi lebih menjadi pilihan pada bedah Caesar dibanding
anestesi regional yang lain dikarenakan efek samping yang lebih
kecil
Definisi
Preeklampsia adalah sindrom klinis pada masa kehamilan
(setelah kehamilan 20 minggu) yang ditandai dengan peningkatan
tekanan darah (>140/90 mmHg) dan proteinuria (0,3 gram/hari)
pada wanita yang tekanan darahnya normal pada usia kehamilan
sebelum 20 minggu. Preeklampsia merupakan penyakit sistemik yang
tidak hanya ditandai oleh hipertensi, tetapi juga disertai peningkatan
resistensi pembuluh darah, disfungsi endotel difus, proteinuria, dan
koagulopati. Pada 20% wanita preeklampsia berat didapatkan
sindrom HELLP (Hemolysis, Elevated Liver Enzyme, Low Platelet
Count) yang ditandai dengan hemolisis, peningkatan enzim hepar,
trombositopenia akibat kelainan hepar dan sistem koagulasi.
Diagnostic criteria for pre-eclampsia
Pathophysiology: Potential signs and
symptoms of pre-eclampsia
Risk factors for pre-eclampsia
Etiologi
 Sampai saat ini penyebab preeklampsia belum diketahui
secara pasti
 ”the disease of theories”
 Teori yang paling banyak di anut :
1. Iskemik Plasenta
2. VLDL versus aktivitas anti toksin
3. Maladaptasi Imun
4. Genetic Imprinting
Patofisiologi
Urgent indications for delivery in pre-
eclampsia
Terapi
 Tujuan utama terapi adalah :
• Mencegah timbulnya kejang
• Mengontrol dan menstabilkan tekanan darah
• Optimalisasi volume intravascular

Terapi definitive untuk preeklampsia berat


adalah mengeluarkan janin dan plasenta
Terpenuhinya nutrisi
Dilatasi dari Meningkatkan
aliran janin dan
pembuluh darah
otak darah plasenta perkembangan janin.

Memperbaiki

↓produksi faktor biovailabilitas


↓iskemi plasenta
antiangiogenik faktor angiogenik(

PIGF dan VEGF )

Meningkatkan
MgSO4 fleksibilitas

arteri sentral
MANAJEMEN ANESTESI PADA
PRE-EKLAMPSIA BERAT
Manajemen Pra Anastesia
 Pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium dilakukan
untuk menentukan pilihan cara anestesinya
 Pemeriksaan laboratorium meliputi trombosit, fibrinogen,
PT/APTT, ureum, creatinin, fungsi liver dan konsentrasi Mg
 Monitoring dilakukan terhadap fetus dan fungsi vital ibu,
yaitu tekanan darah, cairan masuk dan keluar, refleks tendon,
pelebaran serviks, dan frekuensi kontraksi uterus.
 Dilakukan pemasangan kateter urin dan urin output diukur
setiap jam disesuaikan dengan pemberian cairan.
General Anastesi
 Diindikasikan pada pasien dengan gawat janin berat, edema
pulmonum, ketidakstabilan hemodinamik, risiko intraspinal
hematom (misalnya abrupsio plasenta, trombositopenia
berat)
 Edema dari jalan nafas yang mungkin terjadi pada pasien
tersebut menyebabkan kesulitan untuk intubasi.
 Penyulit saat intubasi yang paling berbahaya adalah
meningkatnya tekanan darah yang berakibat terjadinya edema
paru dan perdarahan otak.
Contd….

 Pada anestesi umum, pemberian lidokain 1,5 mg/kg BB


secara intravena dapat mengendalikan respons hemodinamik
saat intubasi
 Isoflurane sebagai pilihan pertama obat anesthesi inhalasi
 Anestesia umum pada bedah Caesar pada preeklampsia berat
dikatakan berhubungan dengan peningkatan yang bermakna
pada tekanan arteri sistemik dan pulmoner pada saat induksi,
jika dibandingkan dengan epidural anestesia.
Berikut adalah rekomendasi teknik anestesi
umum pada ibu preeklampsia berat:
1. Pasang kanul arteri radialis untuk monitor tekanan darah kontinyu.
2. Pasang akses intravena besar untuk antisipasi perdarahan postpartum.
3. Pastikan berbagai ukuran pipa endotrakheal dan perlengkapan sulit
intubasi.
4. Berikan antagonis reseptor H2 dan metoklopramid iv 30–60 menit
sebelum induksi anestesi.
5. Berikan antasida nonpartikel per oral 30 menit sebelum induksi.
6. Denitrogenasi (3 menit bernapas biasa atau 8 kali bernapas dalam
dengan oksigen 100% menggunakan sungkup muka).
Contd …
 7. Beri labetolol (10 mg iv bolus) untuk mentitrasi penurunan
tekanan darah sampai 140/90 mmHg sebelum induksi anestesi.
Labetolol merupakan obat pilihan, karena onsetnya lambat dan
durasinya panjang. Bila tidak tersedia, tidak respon atau kontraindikasi
dengan labetolol dapat digunakan hidralazin atau nikardipin, sodium
nitroprusid (SNP) atau infus nitrogliserin. Pemberian SNP dan
nitrogliserin harus hati-hati, karena berefek pada preload, sedangkan
pasien dengan preload terbatas. Nikardipin diberikan dengan dosis
15–30 mcg/kgbb intravena. Karena sifatnya yang arterioselektif
(tidak ada efek pada kapasitan vena atau preload), nikardipin tidak
menurunkan dengan cepat tekanan darah dibandingkan dengan SNP
dan nitrogliserin. Dapat juga diberikan MgSO4 intravena bolus 30–
45 mg/kgbb segera setelah induksi.
 8. Monitor denyut jantung janin.
Contd…
 9. Lakukan rapid sequence induction(RSI) dengan propofol 2–2,8
mg/kgbb dan pelumpuh otot kemudian lakukan laringoskopi.
 10. Pemeliharaan anestesi dengan agen volatil atau propofol
intravena dan oksigen 100% sebelum lahir bayi. Bila bayi telah
lahir, turunkan dosis agen volatil atau propofol untuk mengurangi
risiko atoni dan berikan opioid dengan atau tanpa benzodiazepin.
Sebaiknya tidak memberi tambahan pelumpuh otot nondepoler.
 11. Pada akhir operasi, reversepelumpuh otot nondepoler dan dapat
diberikan lagi labetolol 5–10 mg intravena bolus untuk mencegah
hipertensi akibat ekstubasi.
Regional Anastesi / Spinal Anastesi
 Lokal anastesi memiliki keuntungan dalam kontrol tekanan darah
dan meningkatan perfusi plasenta karena efek vasodilatasi yang
dimiliki.
 Selain itu juga dapat menurunkan stress response dan melepaskan
katekolamin yang berfungsi untuk meredakan nyeri.
 Hitung trombosit <50,000 x 109 litre–1 merupakan kontra indikasi
absolut untuk regional anastesi.
 Hitung trombosit 50–100,000 x 109 litre–1 merupakan kontra
indikasi relative, asalkan faktor koagulasinya normal.
 Pemberian cairan yang berlebihan bisa menimbulkan edema
pulmo.
Contd…
 Penggunaan epinephrine dan fentanyl bisa meningkatkan
komponen blok sensory.
 Bupivacaine atau ropivacaine merupakan pilihan yang terbaik.
 Penggunaan lokal anastesi sering menimbulkan hipotensi.
 Penatalaksanaan hipotensi dengan kombinasi kristaloid,
koloid dan epedhrine.
 Phenylephrine bisa digunakan untuk alternative pengganti
ephedrine.
Penanganan Post Anastesi
 Risiko preeklampsia berat tidak berakhir begitu saja setelah
kelahiran bayi.
 Ibu preeklampsia masih berisiko terjadi edema pulmonum,
hipertensi, stroke, tromboemboli, sumbatan jalan napas,
kejang, bahkan eklampsia dan sindroma HELLP.
 Risiko kejadian serebrovaskuler tinggi pada periode ini,
karena ibu dengan preeklampsia biasanya mengalami
pemanjangan kejadian hipertensif.
Contd…
 Direkomendasikan untuk memberikan obat anti hipertensi
bila tekanan darah sistol diatas 150 mmHg atau tekanan darah
diastol diatas 100 mmHg.
 Keadaan ini harus dimonitor dengan baik. Pada ibu pada masa
postpartum yang mengalami peningkatan tekanan darah
disertai nyeri kepala atau gejala neurologis, atau munculnya
tiba-tiba hipertensi berat, pemberian MgSO4 selama 24 jam
mencegah kejadian eklampsia atau gangguan serebrovaskuler.
Penghentian MgSO4 intravena
 MgSO4 infus umumnya tetap diberikan selama 24 jam
postpartum
 Beberapa parameter untuk pertimbangan penghentian
diantaranya :
1. tidak adanya sakit kepala;
2. tidak ada perubahan visual dan nyeri epigastrium;
3. hasil pengamatan tekanan darah berkelanjutan kurang dari
150/100 mmHg tanpa terapi antihipertensi;
4. dan diuresis spontan > 100 ml/jam setidaknya selama
kurang dari 2 jam.

Anda mungkin juga menyukai