Anda di halaman 1dari 10

PROPOSAL TUGAS AKHIR

ASUHAN KEPERAWATAN CVA


BLEEDING DENGAN HAMBATAN
MOBILITAS FISIK

DISUSUN OLEH : SITI SUGIARTIN


NIM : 15.047
BAB 1

Mobilisasi adalah kemampuan seseorang untuk bergerak


secara bebas, mudah, dan teratur yang bertujuan untuk memenuhi
kebutuhan hidup sehat.
Mobilisasi fisik diperlukan untuk meningkatkan kemandirian
diri, meningkatkan kesehatan, memperlambat proses penyakit
khususnya penyakit degenerative dan untuk aktualisasi diri (harga
diri dan citra tubuh (Mubarak, Lilis, Joko,2015).
Widarti mita (2013) yang melaporkan penelitiannya tahun
2007 oleh auryn menyatakan bahwa, di amerika kurang lebih 5
juta orang mengalami CVA tiap orang dan setiap tahun meningkat
750 kasus, sedangkan di asia khususnya indonesia diperkirakan
setiap tahun, ada 5000 orang mengalami CVA dan sekitar 2,5
persen diantaranya meninggal dunia dan sisanya mengalami
kecacatan fisik atau hambatan mobilitas fisik.

Sedangkan berdasarkan data yang diperoleh dalam 3


bulan terakhir, mulai dari tanggal 01-Maret-2015 sampai tanggal
12-Mei-2015 diruang paviliyun Flamboyan, terdapat 235 penderita
CVA yang dirawat diruang paviliyun flamboyan RSUD Jombang.
Terdiri dari 140 penderita CVA non hemoragi dan 95 penderita
CVA hemoragi. Dari 140 penderita CVA non hemoragi hampir
seluruhnya mengalami hambatan mobilitas fisik.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Medis

Menurut Irfan, Muhammad (2010) CVA adalah


gangguan fungsi saraf yang disebabkan oleh gangguan aliran
darah dalam otak yang dapat timbul secara mendadak dalam
beberapa detik atau secara cepat dalam beberapa jam dengan
gejala atau tanda – tanda sesuai dengan daerah yang
terganggu .

Etiologi
 Penyebab dari timbulnya CVA bleeding yaitu
perdarahan intracranial atau intraserebral termasuk dalam
perdarahan dalam ruang subaraknoid atau kedalam jaringan
otak sendiri.
Gejala klinis
Klasifikasinya menurut Nugroho, Taufan (2011) :
1. Haemorogic intraserebral
a. Peningkatan TIK : nyeri kepala hebat, mual, muntah proyektil,
b. Hemiparese ./ hemiplegi
c. Kesadaran menurun dan cepat masuk ke koma
d. Reflek patologis (+)
2. Hemoragic subaraknoid
 peningkatan TIK: nyeri kepala hebat, mual, muntah proyektil
Kesadaran sering terganggu, sangat bervariasi
Kaku kuduk, kerning (+)
Gejala neurologic fokal tergantung lokasi lesi
Gangguan saraf otonom :
a. Demam setelah 24 jam, demam tinggi jika mengenai hipotalalmus
b. Muntah, berkeringat, menggigil, takikardi (ada hubungan dengan hipotalamus)
c. ulcus pepticum disertai hematemesis dan melena bila berat
d. Fundus okuli 10% mengalami papil edema
e. Perdarahan subarachnoid
f. Cairan LCS hamper 100% berubah.
2.2. Konsep Keperawatan
2.2.1 Definisi
Imobilisasi adalah suatu keadaan dimana penderita harus
istirahat di tempat tidur, tidak bergerak secara aktif akibat berbagai
penyakit atau gangguan pada alat atau organ tubuh yang bersifat
tubuh atau mental. Dapat juga diartikan suatu keadaan bergerak atau
tirah baring yang terus - menerus selama 5 hari atau lebih akibat
perubahan fungsi fisiologis (Bimoariotejo, 2009).
2.2.2 Batasan Karakteristik :
 a. Ketidak mampuan untuk bergerak dengan tujuan didalam lingkungan, termasuk mobilitas di
tempat tidur, berpindah dan ambulasi.
 b. Keengganan untuk melakukan pergerakan
 c. Keterbatasan rentang gerak
 d. Penurunan kekuatan, pengendalian, atau masa otot.
 e. Mengalami pembatasan pergerakan, termasuk protokol-protokol mekanis dan medis.
 f. Gangguan koordinasi.
 g. Keterbatasan kemampuan untuk melakukan keterampilan motorik halus.
 h. Pergerakan yang lambat
 i. Bergerak menyebabkan tremor.

2.2.3 Faktor Yang Berhubungan :


 Pengobatan
 Terapi pembatasan gerak
 Kurang pengetahuan tentang kegunaan pergerakan fisik
 Kerusakan persepsi sensori
 Tidak nyaman, nyeri
 Kerusakan muskuloskeletal dan neuromuskuler
 Intoleransi aktifitas atau penurunan kekuatan dan stamina
 Depresi mood atau cemas
 Kerusakan kognitif
 Penurunan otot kontrol atau masa
Diagnosa keperawatan

 Ketidak efektifan jalan nafas yang berhubungan dengan okumulasi


sekret .
 gangguan perfusi jaringan serebral yang berhubungan dengan
oklusi otak dan edema otak .
 Hambatan mobiltas fisik berhubungan dengan kerusakan
neuromuskular pada ekstremitas akibat gangguan fungsi otak .
 Perubahan nutrisi berhubungan dengan kesulitan menelan
 Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan oto
 2.2.4 Kriteria Hasil (Nurarif .A.H. dan Kusuma. H. 2015)

NOC (Nursing Outcome Classification)


Diharapkan Pasien meningkat dalam aktifitas fisik agar
dapat mengerti tujuan dari peningkatan mobilitas.
Memverbalisasikan perasaan dalam meningkatkan kekuatan dan
kemampuan berpindah serta memperagakan penggunaan alat bantu
untuk mobilisasi (walker).
2.2.5 Intervensi (Nurarif .A.H. dan Kusuma. H. 2015)

 NIC (Nursing Intervention Classification)


 Memantau monitor sebelum atau sesudah latihan dan lihat
respon pasien saat latihan. Serta konsultasikan tentang terapi fisik
dengan rencana ambulansi dengan sesuai kebutuhan pasien.

Anda mungkin juga menyukai