Anda di halaman 1dari 31

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN

YANG MENGALAMI KRISIS


KONSEP DASAR
Pengertian
Krisis adalah gangguan internal yang ditimbulkan oleh Situasi
yang penuh dgn stress atau adanya ancaman terhadap
Integritas diri (Stuart & Sundeen,1998).
Krisis adalah ketidakseimbangan psikologis yang merupakan
hasil dari peristiwa yang menegangkan atau mengancam
integritas diri, pada keadaan krisis, individu tidak mampu
Menyelesaikan masalah dengan cara penggunaan koping
yang biasa dipakai
Koping (Kemampuan menangani masalah)
Setiap individu mempunyai koping yang siap dipakai setiap
saat dalam mengatasi masalah, dan sebaiknya jika individu
tidak tahu apa yang dilakukan, maka akan terjadi kecemasan
yang meningkat sehingga masalah tidak ada penyelesaiannya
yang akan menimbulkan krisis.
Pengaruh Faktor Keseimbangan
Pada Keadaan Krisis

Individu

Kejadian yg Keadaan Kejadian yg


menekan seimbang menegangkan

Tidak
seimbang
Ada Balancing Satu atau lebih
factor balancing factor

Persepsi terhadap Persepsi terhadap


kejadian. Dapat kejadian didistorsikan
dukungan situasi tidak dapat disituasi
yang adekuat dan yang mendukung koping
koping adekuat tidak adekuat

Kembali Tetap tidak


seimbang tidak seimbang &
terjadi krisis terjadi krisis
berkembang
Proses Terjadinya Krisis, (Stuart & Sundeen)
Timbul Individu menggunakan
ketegangan atau koiping yang biasa dipakai
anxietas (jika tidak efektif)

Anxietas Respon pemecahan yang


meninggi biasa (jika tidak berhasil)

Anxietas menaik “All” koping dikerahkan mencari


koping baru misalnya bantuan
oral (jika tetap tidak efektif)

Anxietas Minta bantuan orang/tenaga


berat/panik profesional. Penghentian usaha
disorganisasi
psikologis
Gangguan orientasi realita
Tipe-Tipe Krisis
Stuart & Sundeen (1998) ada 4 tipe krisis:
 Krisis Maturasinal
Sigmund Freud membagi perkembangan kepribadian
menjadi lima fase yaitu:
• Fase oral
• Fase anal
• Fase falik
• Fase laten
• Fase pubertas
Sedangkan Erikson membagi menjadi delapan fase yaitu:
• Fase bayi
• Fase anak-anak
• Fase pra sekolah
• Fase sekolah
• Fase remaja
• Fase dewasa
• Fase dewasa lanjut
Didalam teorinya ditekankan bahwa perkembangan
tersebut merupakan satu rentang yang setiap tahap
Mempunyai tugas dan masalah yang harus diselesaikan
untuk menuju kematangan pribadi individu
Keberhasilan seseorang dalam memecahkan masalahnya
pada fase tersebut diatas akan mempengaruhi kemampuan
orang itu dalam mengatasi stress yang terjadi sepanjang
hidupnya
Krisis maturasi terjadi dalam satu periode transisi yang
dapat mengganggu keseimbangan psikologis. Seperti pada
masa pubertas. Masa perkawainan, menjadi orang tua.
Menopause serta usia lanjut.
Disamping tekanan perubahan sosial dan perubahan fisik
dapat mencetuskan keadaan krisis, oleh karena itu role model
dan sumber-sumber interpersonal yang memberikan orang
tersebut kemudahan-kemudahan menerima peran baru akn
sangat membantu untuk mencegah terjadinya krisis

 Krisis situasi
Krisis situasi terjadi apabila keseimbangan psikologis terganggu
sebagai akibat dari suatu kejadian yang spesifik seperti:
• Kehilangan, kehamilan yg tdk diinginkan atau kehamilan
diluar nikah
• Penyakit akut
• Kehilangan orang yang sangat dicintai
• Kegagalan dalam sekolah
• Pemutusan Hubungan Kerja (PHK)
 Krisis sosial (krisis malapetaka)
Krisis ini disebabkan oleh suatu kejadian yang tidak
diharapkan serta menyebabkan kehilangan ganda dan
sejumlah perubahan lingkungannya seperti:
• Gempa bumi disertai badai tsunami
• Gunung meletus
• Kebakaran yang hebat
• Banjir yang meluluhlantakan tanah
• Tanah longsor
• Badai angin yang meratakan seisi rumah
Krisis ini tidak dialami oleh setiap orang atau individu seperti
krisis maturasi.
 Asuhan keperawatan
1. Pengkajian
Mengingat batas waktu krisis dan penyelesaiannya sangat
singkat yaitu paling lama enam minggu, maka pengkajian
harus dilakukan secara spesifik dan berorientasi pada
masalah atau kejadian yang aktual, ada beberapa yang harus
dikaji yaitu faktor pencetus, prilaku individu, persepsi terhadap
Kejadian respon individu.
Faktor Pencetus
Penyebab faktor yang mempengaruhi terjadinya krisis misalnya:
• Kehilangan orang yg sangat dicintai baik karena kematian
• maupun karena perpisahan
• Kehilangan bio-psiko-sosial seperti kehilangan anggota
tubuh karena operasi, sakit yang menahun, kehilangan
pekerjaan dan kehilangan peran sosial, kehilangan kemampuan
melihat
• Kehilangan milik pribadi seperti kehilangan harta benda,
kehilangan kewarganegaraan, rumah terkena gusur, gempa bumi,
banjir dan lain-lain
• Ancaman kehilangan seperti anggota keluarga yang sakit,
perselisihan yg hebat dengan pasangan hidup
• Perubahan-perubahan seperti pengabdian pekerjaan, pindah
rumah, garis kerja yang berbeda
Ancaman-ancaman yg lain yg dapat diidentifikasi termasuk
semua ancaman terhadap pemenuhan kebutuhannya.
Persepsi terhadap kejadian yg menimbulkan krisis termasuk
pikiran dan ingatan-ingatan yang muncul dan berkaitan dengan
kejadian tersebut.
Kemampuan dan kekuatan dari sistem pendukung dalam
pemecahan masalah seperti:
• Dengan siapa tinggal, apakah tinggal sendiri atau dengan
keluarga, teman
• Apakah bisa tempat mengadu, mengeluh
• Apakah bisa menceritakan masalah yg dihadapi bersama keluarga.
• Apakah ada orang atau lembaga yg dapat memberi bantuan
• Apakah mempunyai keterampilan untuk mengganti fungsi orang
yg hilang tersebut
Kekuatan yang dimiliki sebelumnya serta koping mekanisme
yg tersedia termasuk keberhasilan dan kegagalan dari koping
yg pernah dipakai dalam mengatasi masalah
• Apakah yg bisa dilakukan dalam mengatasi masalah yg dihadapi?
• Cara apa yg pernah berhasil dan tidak berhasil serta apa saja
yg menyebabkan kegagalan tersebut ?
Apa saja yg sdh dilakukan untuk mengatasi masalah sekarang ?
• Apakah suka meninggalkan lingkungan untuk sementara
agar dapat berpikir dengan jernih ?
• Apakah suka mengikuti latihan olah raga untuk mengurangi
ketegangan ?
• Apakah mencetuskan perasaannya dengan menangis ?
• Gali lagi koping efektif yang dimiliki dan yg telah dipakai
 Respon perilaku
• Beberapa gejala yg sering ditunjukkan oleh individu dalam
keadaan krisis antara lain:
• Perasaan tidak berdaya, kebingungan, depresi, menarik diri,
ada keinginan bunuh diri atau membunuh orang lain.
• Ada perasaan diasingkan oleh lingkungannya.
• Kadang-kadang menunjukkan gejala-gejala somatik
Data dari Frederick and Garrisson J yg dikutip oleh
Stuart & Sundeen bahwa ada lima fase respon seseorang
terhadap musibah yg dialami yaitu:
 Fase pukulan/Impact
Respon pd fase ini termasuk kejadian itu sendiri dengan
karakteristik seperti: Shock, Panic, Takut yg luar biasa, tidak
mampu menilai dan mengkaji faktor realita dan kadang-kadang
menunjukkan perilaku bunuh diri
 Fase Pemberani (Heroic)
Respon pada fase ini terjadinya suatu semangat kerjasama
yang tinggi antara teman, tetangga dan tim emergensi aktifitas
yang konstruktif yg saat itu dapat mengatasi ansietas dan
depresi akan tetapi aktifitas yg terlalu berlebihan dpt
menyebabkan keletihan
 Fase Honeymoon
Respon pada fase ini mulai tampak satu minggu sampai
beberapa bulan setelah terjadinya musibah/kebutuhan
bantuan orang lain berupa uang, sumber daya dan dukungan
dari bermacam-macam agen atau perkumpulan akan
membentuk masyarakat baru, masalah perilaku dan psikologis
mungkin tidak tampak lagi
 Fase Kekecewaan
Pada fase ini berakhir dalam dua bulan sampai satu tahun.
Pada saat individu merasa sangat kecewa, timbul kebencian
dan perasaan marah. Korban mulai membanding-bandingkan
keadaan tetangga dengan milik sendiri, dari mulai tumbuh
rasa benci, bersaing dan bersikap bermusuhan kepada
orang lain.
 Fase Rekonstruksi dan Reorganisasirm
Respon pada fase ini individu atau korban mulai menyadari
bahwa ia harus menghadapi dan mengatasi masalahnya,
mereka mulai membangun rumah, Perusahaan da hidupnya.
Fase ini akan berakhir dalam beberapa tahun setelah
terjadinya musibah
2. Diagnosa Keperawatan
a. Koping individu tdk efektif b/d orang yg dicintai dlm keluarga
telah tiada
b. Koping keluarga tdk efektif b/d perpisahan dengan suami,
pemutusan kerja, kegagalan sekolah
c. Koping keluarga tidak efektif b/d kematian anak, kerabat,
saudara yg telah tiada
d. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan anak
atau keluarga telah menikah
e. Stress proses trauma b/d bencana alam, gempa bumi,
banjir dan kebakaran
f. Gangguan penyesuaian b/d efek depresi
3. Perencanaan
Langkah selanjutnya dari intervensi krisis membuat
perencanaan. Dinamika yg mendasari krisis diformulasikan
berdasarkan informasi dengan memperhatikan:
a. Faktor pencetus
b. Alternatif pemecahan masalah
c. Langkah-langkah untuk mencapai pemecahan masalah
seperti menentukan lingkungan pendukung yang
membantu pemecahan masalah serta bagaimana
memperkuat sistem pendukung.
d. Mekanisme koping yg perlu dikembangkan dan diperkuat
Menurut Shields dikutip Stuart & Sundeen menggambarkan
empat level intervensi krisis dengan urutan dari yang dangkal
sampai yg paling dalam yaitu:
a. Manipulasi lingkungan
Intervensi yg merubah secara langsung lingkungan fisik
individu atau situasi interpersonal untuk memperoleh
dukungan situasi atau dengan memindahkan stressor
b. General Support
Tipe intervensi ini adalah dengan memberikan perasaan
klien bahwa perawat ada di sampingnya dan siap untuk
membantu, sikap perawat yang hangat, menerima,
empati serta penuh perhatian akan menawarkan dukungan
bagi klien
c. General approach
Intervensi yang sama dengan model kesehatan masyarakat
yaitu dengan menjangkau individu-individu yang mempunyai
resiko tinggi dalam jumlah yg besar dan waktu sesingkat
mungkin. Penerapan metode ini khusus untuk individu-individu
yang menghadapi tipe krisis yg sama. Tipe ini harus dipelajari
sebelumnya, diperoleh dan dirancang untuk mencapai.
d. Individual approach
Pendekatan ini merupakan penentuan diagnosa dan
pengobatan masalah yg spesifik pada pasien. Individual
approach efektif untuk semua bentuk krisis terutama yg
merupakan kombinasi dari krisis maturasi dengan komponen
Suicide atau homicide yang kuat. Perawat harus aktif dalam
menuntun klien dalam langkah-langkah yg bervariasi.
Teknik-teknik dari intervensi krisis aktif-focal exsploratif dan
tidak memakai teknik intervensi krisis adalah pemecahan
masalah yg cepat dan segera
Teknik-teknik intervensi krisis:
 Terapi keluarga dimana keluarga sebagai sistem pendukung,
 Kelompok krisis yaitu perawat dan kelompok membantu klien
memecahkan masalah
 Tim bencana
 Konseling melalui telepon yang dikenal dengan Crisis Hot Line
Service
 Klinik krisis dan kunjungan rumah
Teknik pendekatan individual yang dilakukan pada klien yang
mengalami krisis adalah:
 Abreaction (mengungkapkan perasaan)
Klien mengungkapkan perasaannya dengan membicarakan
area emosi yg membebaninya
 Klarifikasi
Klien didorong untuk menguraikan secara rinci dan jelas
hubungan beberapa peristiwa dalam kehidupannya
 Saran
Klien dipengaruhi untuk menerima ide atau keyakinan khususnya
yg dpt dilakukan perawat untuk membantu klien.
 Manipulasi
Menggunakan keinginan, niat, emosi pasien untuk
kepentingannya melalui proses yg terapeutik
 Reinforcement
Memberikan respon positif terhadap perilaku adaptif
 Dorongan koping
Perawat mendorong pasien menggunakan koping yg adaptif
dan menekan atau mengabaikan koping yg mal-adaptif
 Meningkatkan Harga Diri
Membantu klien untuk merasa bahwa pasien berarti dan
berguna
 Mengidentifikasi cara pemecahan masalah
Bersama pasien mengidentifikasi alternatif pemecahan masalah
dan menilai konsekuensinya.
4. Evaluasi
 Apakah klien mampu mengungkapkan perasaannya
 Apakah klien mempunyai persepsi yang realisti terhadap
kejadian
 Dapatkah klien menggunakan koping baru yang adaptif
dalam mengatasi masalah
 Apakah klien dapat beradaptasi terhadap kejadian yg
dialami
 Apakah klien mempunyai sistem pendukung yang adekuat
Contoh Kasus:
Ada sebuah desa yg tenang yaitu desa Harum. Jumlah
penduduknya 500 kepala keluarga. Suatu saat desa Harum
terkena gempa bumi yg memporakporandakan keadaan
desa tersebut. Banya anak yg kehilangan orang tua, orang
tua kehilangan anaknya, suami kehilangan istri yang tercinta,
ada pula yg kehilangan sanak saudara dan kerabat terdekat.
1. Data:
 Desa harum dengan 500 kepala keluarga
 Terjadi gempa bumi yg telah memporakporandakan
 Banyak kehilangan anak, sanak keluarga, suami dan istri
2. Faktor pencetus
 Krisis situasi
Krisis ini terjadi karena keseimbangan psikologis
terganggu akibat dari suatu kejadian yg spesifik yaitu
kehilangan orang yang sangat dicintai.
 Krisis sosial
Disebabkan oleh suatu kejadian yang tidak diharapkan
serta menyebabkan kehilangan ganda dan merubah
disekitar lingkungannya
a. Pengkajian
Pada data tersebut sdh jelas bahwa prioritas masalah
utama dalam menangani kasus yg terjadi pada desa
harum adalah dengan penanganan masalah krisis yg
terjadi karena musibah bencana alam dengan tipe krisis
sosial dan situasi.
Pusat kesehatan mental komunitas diberikan tanggung
jawab utama untuk pengembangan dan implementasi
sistem pendukung komunitas bagi masyarakat di area
pelayanan mereka. Dalam mengimplementasikan
sistem-sistem ini, manajemen kasus menjadi cara utama
untuk memastikan bahwa semua komponen sistem
Pelayanan bersedia bagi semua dengan kesakitan mental
Kronis yang memerlukannya.
Komponen ini mencakup pengidentifikasian dan pengakuan
Klien, perawatan kesehatan perawatan kesehatan mental
layanan respon krisis, asuhan kesehatan dan mental,
perumahan, dukungan penghasilan dan jabatan, dukungan
rekan sebaya, keluarga dan masyarakat, layanan rehabilitasi
serta perlindungan dan advokasi.
b. Penatalaksanaan kasus
Pelayanan penatalaksanaan kasus bertujuan untuk
menghubungkan sistem pelayanan dengan komponen serta
Mengkoordinasi komponen-komponen pelayanan sehingga
klien dapat mencapai kehidupan komunitas yang sukses.
Penatalaksanaan kasus mencakup pemecahan masalah,
menyediakan kelangsungan pelayanan dan mengatasi
masalah sistem yg ada.
c. Diagnosa Keperawatan
Koping keluarga tdk efektif b/d perpisahan dengan orang yg
sangat dicintai, kematian, menangis, perasaan tdk berharga
Perubahan proses keluarga b/d anggota keluarga yg terkena
musibah, bencana alam, kebakaran, kebanjiran dan kehilangan
d. Perencanaan
 Faktor pencetus
 Alternatif pemecahan masalah
 Langkah-langkah untuk mencapai pemecahan masalah
seperti menentukan lingkungan mendukung yg membantu
pemecahan masalah serta bagaimana memperkuat
sistem pendukung
 Makanisme koping yang perlu dikembangkan dan diperkuat
e. Intervensi krisis
Merupakan strategi pengobatan singkat berfokus dan dibatasi
oleh waktu yg telah menunjukkan keefektifannya dalam
Membantu orang-orang melakukan koping secara adaptif
terhadap kejadian-kejadian yg membuat stress. Pengetahuan
mengenai teknik intervensi krisis merupakan keahlian klinis
yg penting bagi setiap perawat, tidak peduli pada setting klinis
atau spesialisasi praktik apapun.
Intervensi krisis dpt menawarkan bantuan segera kepada orang
lain dan intervensi krisis ini merupakan suatu terapi jangka
pendek yg tdk mahal yg difokuskan untuk memecahkan
masalah- masalah dan biasanya dibatasi selama 6 minggu,
tujuan intervensi krisis adalah agar individu dpt kembali pd
tingkat fungsi yg tepat
Penting bagi perawat untuk mengingat bahwa sikap kultur
sangat memengaruhi komunikasi dan gaya respon dan
pekerja krisis/sikap-sikap ini tertanam dalam proses meminta,
Memberi dan menerima bantuan, penting untuk dipahami dan
Menghormati nilai-nilai budaya dari korban, faktor budaya spesifik
yg harus dipertimbangkan dalam intervensi krisis yg mencakup:
 Status migrasi dan kewarganegaraan
 Peran gender dan keluarga
 Sistem kepercayaan religius
 Praktik child bearing
 Penggunaan sistem keluarga dan pendukung tambahan
Usia merupakan faktor yg penting dan harus dipertimbangkan
oleh perawat dalam memberikan intervensi krisis
(Adam et al 1998) respon terhadap even stressor berbeda
disepanjang rentang kehidupan.
f. Evaluasi
Tahap akhir dari intervensi krisis adalah evaluasi pada saat
dimana perawat dan klien mengevaluasi apakah intervensi
yg dihasilkan dalam resolusi positif krisis, pertanyaan yg
harus ditanyakan oleh perawat mencakup hal-hal sebagai
berikut:
 Apakah hsl yg diharapkan telah tercapai dan apakah
klien telah kembali berfungsi ketahap sebelum krisis
 Apakah kebutuhan klien yg sebelumnya terancam oleh
suatu kejadian yg telah terpenuhi
 Apakah gejala-gejala klien telah berkurang atau telah
terpecahkan
 Apakah klien memiliki sistem pendukung yg adekuat dan
sumber daya koping untuk diandalkan
 Apakah klien menggunakan mekanisme koping yg konstruktif
 Apakah klien menunjukkan respon krisis adaptif
 Apakah klien perlu dirujuk untuk perawatan lanjutan

Anda mungkin juga menyukai