Anda di halaman 1dari 44

INFEKSI SSP

Dra.Maria Caecilia N. Setiawati H,


M.Sc, Apt
MENINGITIS

 Meningitis adalah peradangan yang terjadi


pada meninges, yaitu membran atau
selaput yang melapisi otak dan sumsum
tulang belakang.
 Berdasarkan penginfeksinya :
 Bakteri, virus
 Protozoa
 Jamur
 worm
KLASIFIKASI berdasar ETIOLOGI
 Meningitis purulenta
 M. kronis
 M.aseptik : krn virus
Meningitis bakteri
Bakteri yang sering menyebabkan
meningitis :
- Haemophilus influenzae
- Neissseria meningitidis
- Diplokokus pnemonia
- Streptococcus pneumoniae
- Staphylococcus aureus
- Eschericia colli
- Listeria monocytogenes
- Pseudomonas dan Mycobacterium
tuberculosis
 Meningitis Virus (aseptik
meningitis)
 Biasanya disebabkan oleh berbagai
penyakit yang disebabkan oleh virus
seperti : gondok, herpes simplek,herpes
zoster, CMV, influenza A
 Mosqoito borne (nyamuk borne)
Meningitis Jamur
Jamur patogen yang sering menyebabkan
meningitis :
- Cryptococcus
- Histoplasma
- Blastomyces
- Coccidiolides immitis
 Meningitis juga dapat disebabkan oleh
penyakit-penyakit yang dapat memicu
peradangan dari jaringan-jaringan tubuh
tanpa infeksi (seperti systemic lupus
erythematosus)
GEJALA MENINGITIS

 Fever/vomiting
 Severe headache
 Stiff neck(Less common in young children)
 Dislike of bright lights(Less common in young children)
 Very sleepy / difficult to wake
 Confused / delirious
 Rash (anywhere on the body)(Not present in all cases)
Seizures
Pemeriksaan Lanjut
 Pungsi Lumbar/ lumbar puncture
pemeriksaan cairan serebrospinal.
 EEG (Electroencephalogram)
pemeriksaan gelombang otak untuk meneliti
ketidaknormalan gelombang
 Pemeriksaan Laboratorium
pemeriksaan seperti pemeriksaan darah rutin,
kadar elektrolit, kalsium, fosfor magnesium, atau
gula darah.
 Neuroimaging
pemeriksaan CT-scan dan MRI kepala.
Pengobatan/ TERAPI
 Meningitis bakteri S. pneumoniae (pneumococal
meningitis) dan Neisseria meningitidis
(meningococal meningitis):
Cephalosporin ( Ceftriaxone/cefotaxime ).
• Meningitis bakteri Listeria monocytogenes:
Ampicillin, vancomycin dan carbapenem (
meropenem ), chloramphenicol (initial) atau
ceftriaxone.
• Meningitis Jamur
Flukonazol ( pil dan infus ),
Itrakonazol, kombinasi Amfoterisin
B dan kapsul Flusitosin (
suntik/infus ).
TERAPI
Untuk mengurangi gejala yang timbul, misal
sakit kepala dan demam  PCT
Shock dan kejang  Diazepam
corticosteroids  mengurangi
pembengkakan dan peradangan otak.
VAKSINASI
 There are vaccines available against some
types of meningitis and septicaemia and
the MenC vaccine introduced in
1999/2000 has drastically reduced the
number of cases of group C
meningococcal disease in the age groups
targeted for vaccination.
Untuk pencegahan terinfeksinya penyakit
meningitis oleh virus dapat dilakukan
tindakan dengan pemberian vaksin seperti :
- Haemophilus influenzae tipe B
( Hib ).
- Pneumococcal conjugate vaccine (PCV7).
- Pneumococcal polysaccharide vaccine
(PPV).
- Meningococcal conjugate vaccine
(MCV4).
ENCEPHALITIS
 Ensefalitis  infeksi jaringan otak oleh
berbagai macam mikroorganisme .Pada
encephalitis terjadi peradangan jaringan
otak yang dapat mengenai selaput
pembungkus otak dan medula spinalis.
 Berbagai macam mikroorganisme dapat
menimbulkan Ensefalitis, misalnya
bakteria, protozoa, cacing, jamur,
spirochaeta, dan virus.
 Bakteri penyebab  Staphylococcus
aureus, streptokok, E. Coli, M. Tuberculosa
dan T. Pallidum. Encephalitis bakterial akut
sering disebut encephalitis supuratif akut
(Mansjoer, 2000). Penyebab lain adalah
keracunan arsenik dan reaksi toksin dari
thypoid fever, campak dan chicken
pox/cacar air. Penyebab encephalitis yang
terpenting dan tersering ialah virus. Infeksi
dapat terjadi karena virus langsung
menyerang otak, atau reaksi radang akut
infeksi sistemik atau vaksinasi terdahulu.
 Encephalitis adalah suatu peradangan dari
otak. Ada banyak tipe-tipe dari
encephalitis, kebanyakan darinya
disebabkan virus,
 lebih serius dr meningitis
GEJALA
 demam yang tiba-tiba, sakit kepala, muntah,
kepekaan penglihatan pada sinar, leher dan
punggung yang kaku, kebingungan, keadaan
mengantuk, kecanggungan, gaya berjalan yang
tidak mantap, dan mudah terangsang.
Kehilangan kesadaran , kemampuan reaksi
yang buruk, serangan-serangan, kelemahan
otot, demensia berat yang tiba-tiba dan
kehilangan memori dapat juga ditemukan pada
pasien-pasien dengan encephalitis.
TERAPI
 Asiklovir
 Suatu prodrug  diambil virus, di
fosforilasi  inaktivator sintesis DNA
virus menghambat ensim DNA
polimerase virus  rantai DNA terputus
 Hati2: hamil, menyusui, ggn ginjal 
butuh hidrasi agar tdk mengkristal
 Parasitic helminthic worms infect the CNS
of millions of people in developing
countries.
 Worms may produce meningitis,
encephalitis, hydrocephalus, and stroke.
 Schistosomiasis by Trematoda
 Gnathostomiasis, a rare infection, results
in necrotic tracts surrounded by
inflammation along nerve roots, spinal
cord, and brain or in subarachnoid
hemorrhage
 Cestodes (Tapeworms): Echinococcosis
Neurocysticercosis
 20 helminths that can cause neurologic
disorders, the pork tapeworm Taenia
solium causes by far the most cases
Terapi Neurocysticercosis
 Albendazole
 (7.5 mg/kg po q 12 h for 8 to 30 days;
maximum daily dose, 800 mg) is the
antimicrobial of choice/ DOC.
 Praziquantel
 20 to 33 mg/kg po tid may be given for 30
days
 Dexamethason
 8 mg once/day IV or po for the 1st 2 to 4
days may lessen the acute inflammatory
response as the worms die.
 Short- or long-term anticonvulsant
treatment may be required. Surgical
excision of cysts and ventricular shunts
may also be required.
Encephalomyelitis
 Encephalomyelitis adalah istilah yang
digunakan untuk merujuk pada
peradangan dari keduanya yaitu otak dan
spinal cord.
 Diantara penyebab-penyebab umum dari
encephalomyelitis adalah virus-virus yang
menginfeksi jaringan-jaringan syaraf
(contohnya, virus herpes zoster). Orang-
orang dengan encephalomyelitis dapat
memperlihatkan kombinasi-kombinasi dari
beragam gejala-gejala dari encephalitis
atau meningitis.
 Abses otak adalah
penumpukan nanah di otak.
Biasanya tumpukan nanah ini
mempunyai selubung yang
disebut kapsel. Tumpukan bisa
tunggal atau terletak beberapa
tempat di otak.
 Abses otak timbul karena ada
infeksi pada otak. Infeksi ini
bisa berasal dari bagian tubuh
lain, menyebar lewat jaringan
secara langsung atau melalui
pembuluh darah. Infeksi juga
dapat timbul karena ada
benturan hebat pada kepala,
misalnya pada kecelakaan lalu
lintas.
 Penyebab: bakteri
(streptokokus, bacteroides,
propionibacterium, dan proteus,
jamur)
 Hidrosefalus  keadaan
saat cairan otak (cairan
jernih yang mengelilingi
otak dan susunan saraf
dan sebagai bantalan)
tidak dapat dialirkan
keluar dari otak. Cairan
tersebut menumpuk di
dalam otak.
 Edema serebri (Cerebral oedem)
pembengkakan otak akibat bertambah-
nya volume air dalam jaringannya

 STROKE gejala-gejala defisit fungsi


susunan saraf yang diakibatkan oleh
penyakit pembuluh darah otak dan bukan
oleh yang lain dari itu.
Stroke dibagi menjadi dua jenis yaitu:
stroke iskemik maupun stroke
hemorragik.
Stroke iskemik yaitu tersumbatnya
pembuluh darah yang menyebabkan
aliran darah ke otak sebagian atau
keseluruhan terhenti. 80% stroke adalah
stroke Iskemik
Stroke hemoragik adalah stroke yang
disebabkan oleh pecahnya pembuluh
darah otak. Hampir 70% kasus stroke
hemoragik terjadi pada penderita
hipertensi.
RABIES
 Rabies adalah penyakit infeksi akut pada
SSP yang disebabkan oleh virus rabies.
 Penyakit ini bersifat zoonotik
 Virus rabies ditularkan ke manusia melalu
gigitan hewan misalnya oleh anjing,
kucing, kera, rakun, dan kelelawar
rakun
 Rabies disebabkan oleh virus rabies yang
masuk ke keluarga Rhabdoviridae dan
genus Lysavirus.
 Rabies disebut juga penyakit anjing gila
DIAGNOSIS
 Satu-satunya uji yang menghasilkan keakuratan
100% terhadap adanya virus rabies adalah
dengan uji antibodi fluoresensi langsung (direct
fluorescent antibody test/ dFAT) pada jaringan
otak hewan yang terinfeksi
 Diagnosis can also be made by Specimens
tested for rabies antibodies include serum and
CSF. CT, MRI, and EEG are normal or show
nonspecific changes.
GEJALA: 4 stadium

 Stadium prodromal
 Dalam stadium prodomal sakit yang timbul pada
penderita tidak khas, menyerupai infeksi virus pada
umumnya yang meliputi demam, sulit makan yang
menuju taraf anoreksia, pusing dan pening (nausea)
 Stadium sensoris
 Dalam stadium sensori penderita umumnya akan
mengalami rasa nyeri pada daerah luka gigitan, panas,
gugup, kebingungan, keluar banyak air liur
(hipersalivasi), dilatasi pupil, hiperhidrosis, hiperlakrimasi
 Stadium eksitasi
 Pada stadium eksitasi penderita menjadi gelisah, mudah
kaget, kejang-kejang setiap ada rangsangan dari luar
sehingga terjadi ketakutan pada udara (aerofobia),
ketakutan pada cahaya (fotofobia), dan ketakutan air
(hidrofobia). Kejang-kejang terjadi akibat adanya
gangguan daerah otak yang mengatur proses menelan
dan pernapasan. Hidrofobia yang terjadi pada penderita
rabies terutama karena adanya rasa sakit yang luar
biasa di kala berusaha menelan air
 Stadium paralitik
 Pada stadium paralitik setelah melalui ketiga stadium
sebelumnya, penderita memasuki stadium paralitik ini
menunjukkan tanda kelumpuhan dari bagian atas tubuh
ke bawah yang progresif.
 Karena durasi penyebaran penyakit yang cukup cepat
maka umumnya keempat stadium di atas tidak dapat
dibedakan dengan jelas. Gejala-gejala yang tampak
jelas pada penderita di antaranya adanya nyeri pada
luka bekas gigitan dan ketakutan pada air, udara, dan
cahaya, serta suara yang keras.
Penanganan
 segera cuci luka dengan sabun atau pelarut lemak lain di bawah air
mengalir selama 10-15 menit lalu beri antiseptik alkohol 70% atau
betadin.
 Orang-orang yang belum pernah mendapat vaksin rabies akan
diberikan suntikan globulin imun rabies yang dikombinasikan
dengan vaksin. Separuh dari dosisnya disuntikkan di tempat gigitan
dan separuhnya disuntikan ke otot, biasanya di daerah pinggang.
 Dalam periode 28 hari diberikan 5 kali suntikan. Suntikan pertama
untuk menentukan risiko adanya virus rabies akibat bekas gigitan.
 Sisa suntikan diberikan pada hari ke 3, 7, 14, dan 28.
 The WHO also recommends a 6th injection on
day 90.
 Death usually occurs 3 to 10 days after
symptoms begin. Only a handful of
patients have survived, all of whom
received immunoprophylaxis before onset
of symptoms. and comfort measures.
 Treatment is only supportive and includes
sedation
VAKSINASI
 Postexposure prophylaxis (PEP) with rabies vaccine and
rabies immune globulin
 For PEP, rabies immune globulin (RIG) 20 IU/kg is
infiltrated around the wound for passive immunization; if
injection volume is too much for distal areas (eg, fingers,
nose), some RIG may be given IM. This treatment is
accompanied by human diploid cell rabies vaccine
(HDCV) for active immunization. HDCV is given in a
series of 5 1-mL IM injections, beginning on the day of
exposure (day 0),
 Subsequent injections occur on days 3, 7, 14, and 28.

Anda mungkin juga menyukai