Anda di halaman 1dari 37

LAPORAN KASUS

KERATOKONJUNGTIVITIS
VERNAL

Pembimbing : dr. Nanda L, Sp.M


Nama : rory sandika
IDENTITAS
• Nama : An. P

• Umur : 12 th

• Agama : Islam

• Pekerjaan : Pelajar

• Alamat : Geblug

• Tanggal pemeriksaan : 02 April 2018


ANAMNESIS
• Auto & Allo – anamnesis

Keluhan utama:
• Kedua mata merah sejak 5 hari yang lalu

Keluhan tambahan :
• Mata kiri pengelihatan kabur, mata berair, gatal
dan silau.
RPS
• Penglihatan kedua mata merah sejak 5 hari yang lalu.

• Kedua mata terasa gatal, berair & silau lihat cahaya.

• Pengelihatan Mata kiri menjadi kabur, terasa ada yang

mengganjal dan nyeri.

• Ibu pasien mengatakan, keluhan yg sama saat usia 6 tahun,

pasien memiliki alergi terhadap debu dan suhu panas.

• Keluhan batuk, pilek demam, belekan disangkal.


PEMERIKSAAN OFTALMOGLOGI
VISUS
- Visus 20/20 20/30
- Koreksi - -
- Addisi - -
- Distansia pupil Tidak dilakukan Tidak dilakukan
KEDUDUKAN BOLA MATA
- Ukuran Normal Normal
- Eksoftalmus - -
- Endoftalmus - -
- Deviasi - -
- Gerakan Bola Mata Baik ke segala arah Baik ke segala arah
SUPERSILIA
- Warna Hitam Hitam
- Simetris Normal Normal
PALPEBRA SUPERIOR DAN INFERIOR
- Edema - -
- Nyeri tekan - -
- Ekteropion - -
- Entropion - -
- Blefarospasme - -
- Trikiasis - -
- Sikatriks - -
- Punctum lakrimal Normal Normal
- Fissure palpebral - -
- Tes anel Tidak dilakukan Tidak dilakukan
KONJUNGTIVA SUPERIOR DAN INFERIOR
- Hiperemis + +
- Folikel - -
- Papil + +
- Sikatriks - -
- Hordeolum - -
- Kalazion - -
KONJUNGTIVA BULBI
- Sekret - -
- Injeksi Konjungtiva + +
- Injeksi Siliar - +
- Perdarahan Subkonjungtiva/kemosis - -
- Pterigium - -
- Pinguekula - -
- Flikten - -
- Nevus Pigmentosus - -
- Kista Dermoid - -
SKLERA
- Warna Putih Putih
- Ikterik - -
- Nyeri Tekan - -
KORNEA
- Kejernihan jernih Keruh
- Permukaan Rata Rata
- Ukuran Normal Normal
- Sensibilitas Baik Menurun
- Infiltrat - +
- Keratik Presipitat - -
- Sikatriks - -
- Ulkus - -
- Perforasi - -
- Arcus senilis - -
- Edema - -
- Test Placido Tidak dilakukan Tidak dilakukan
BILIK MATA DEPAN
- Kedalaman Cukup Cukup
- Kejernihan Jernih Jernih
- Hifema - -
- Hipopion - -
- Efek Tyndall - -
IRIS
- Warna Coklat Coklat
- Kripta - -
- Sinekia - -
- Kolobama - -
PUPIL
- Letak Tengah Tengah
- Bentuk Bulat Bulat
- Ukuran 3 mm 3 mm
- Refleks Cahaya Langsung + +

- Refleks Cahaya Tidak Langsung + +

LENSA
- Kejernihan Jernih Jernih
- Letak Tengah Tengah
- Test Shadow - -
BADAN KACA
- Kejernihan Jernih Jernih
FUNDUS OCCULI
- Batas Tegas Tegas
- Warna Jingga Jingga
- Ekskavasio Tidak ada Tidak ada
- Rasio arteri : vena 2:3 2:3
- C/D rasio 0,3 0,3
- Eksudat Tidak ada Tidak ada
- Perdarahan Tidak ada Tidak ada
- Sikatriks Tidak ada Tidak ada
- Ablasio Tidak ada Tidak ada
PALPASI
- Nyeri tekan - -
- Masa tumor - -
- Tensi Occuli Normal per palpasi Normal per palpasi
- Tonometry Schiotz - -
KAMPUS VISI
PENUNJANG
• Lab darah leukosit, eusinofil

• Uji fluoresein

• Pemeriksaan kerokan kongjungtiva gram & giemsa


RESUME
• Telah diperiksa anak laki-laki usia 12 tahun dengan keluhan

kedua mata merah sejak 5 hari yang lalu.

• Kedua mata terasa gatal, berair dan tidak tahan cahaya.

• Mata kiri menjadi agak kabur, nyeri tekan dan terasa ada

yang mengganjal.

• Keluhan awalny timbul usia 6 tahun.

• Riwayat alergi debu (+), cuaca panas (+).


RESUME
• Pada pemeriksaan ophtalmologis:

• Visus OS 20/40

• Konjungtiva tarsal superior ODS hiperemis (+), Cobble stone (+)

• Konjungtiva tarsal inferior ODS hiperemis (+), Cobble stone (+)

• Konjungtiva bulbi OS ada injeksi siliar dan injesi konjungtiva.

• Konjungtiva bulbi OD injeksi konjungtiva (+).

• Kornea OS ada infiltrat.

• Refleks Kornea OS menurun

• Nyeri tekan OS
DIAGNOSIS KERJA
• Keratokonjungtivitis vernal OS

• Konjungtivitis vernal OD

DIAGNOSIS BANDING
• Keratitis virus

• Konjungtivitis virus
TATALAKSANA
• Prednisolone 10mg/ml ED 4x1 tetes OS

• Natrium kromoglikat 20 mg/ml ED 4x1 ODS

• Jaga higiene mata

• Kompres air dingin

• Edukasi untuk hindari penyebab alergi.


PROGNOSIS
• Ad Vitam : dubia ad Bonam

• Ad Fungsionam : dubia ad Bonam

• Ad Sanationam : dubia ad Bonam


ANATOMI KONJUNGTIVA
• merupakan membran yang menutupi sklera dan
kelopak bagian belakang.

• Konjungtiva mengandung kelenjar musin yang


dihasilkan oleh sel Goblet.

• Musin bersifat membasahi bola mata terutama kornea.

• Konjungtiva divaskularisasi a. konjungtiva posterior dan


a. siliaris anterior, dipersarafi n. trigeminus &
N.Opthalmicus
Konjungtiva terdiri dari tiga bagian, yaitu:

• Konjungtiva palpebra.

• Konjungtiva forniks,

• Konjungtiva bulbi
DEFINISI
• Konjungtivitis vernal a/ peradangan bilateral konjungtiva berulang
menurut musim dengan gambaran spesifik hipertropi papiler di tarsus
dan limbus

• Konjungtivitis vernal  konjungtivitis imunologik,terbagi dua kategori


reaksi hipersensitivitas humoral cepat dan reaksi hipersensitivitas tipe
lambat.

• Konjungtivitis reaksi hipersensitivitas humoral segera terdiri dari


konjungtivitis “hay fever”, keratokonjungtivitis vernal,
keratokonjungtivitis vernal dan konjungtivitis papiler raksasa (giant
papillary keratoconjunctivitis).

• Skonjungtivitis hipersensitivitas tipe lambat terdiri dari konjungtivitis


ringan sekunder akibat blefaritis kontak.
EPIDEMIOLOGI
• Penyakit ini lebih jarang di daerah beriklim sedang daripada di

daerah dingin.

• Penyakit ini hampir selalu lebih parah selama musim semi, musim

panas dan musim gugur daripada di musim dingin.

• Di daerah yang panas, didapatkan sepanjang masa, terutama pada

musim panas

• biasanya tahun-tahun prapubertas dan berlangsung 5-10 tahun.

• Anak laki-laki > perempuan

• Terbanyak usia 5-25 tahun terutama laki-laki.


ETIOLOGI
• Alergi merupakan kemungkinan terbesar penyebab konjungtivitis

vernal.

Hal ini berdasarkan pada :

• tendensi untuk diderita anak-anak dan orang usia muda

• kambuh secara musiman

• pemeriksaan getah mata didapatkan eosinofil

• Alergen spesifiknya sulit dilacak, namun kadang” menampakkan

manifestasi alergi lainnya yang berhubungan dengan sensitivitas

tepung sari rumput


GEJALA KLINIS
• Pasien pada umumnya mengeluh tentang gatal yang sangat.

• Kotoran mata yang berserat-serat Konsistensi kotoran mata/tahi mata elastis

• Kelainan pada palpebra Terutama mengenai konjungtiva palpebra superior.

• Konjungtiva tarsalis pucat, putih keabu-abuan disertai papil-papil yang besar (

“cobble stone appearance”.

• Papil ini permukaannya rata dengan kapiler di tengahnya.

• Kadang-kadang konjungtiva palpebra menjadi hiperemi, bila terkena infeksi

sekunder.
Horner Trantas dots

• Gambaran seperti renda pada limbus, dimana konjungtiva bulbi menebal,

berwarna putih susu, kemerah-merahan, seperti lilin.

• Merupakan penumpukan eosinofil dan merupakan hal yang patognomosis

pada konjungtivitis vernal yang berlangsung selama fase aktif.

Kelainan di kornea

• Keratitis epithelial difus khas ini sering dijumpai.

• Kadang” ulkus kornea yg berbentuk bulat lonjong vertikal superfisial sentral /

para sentral, ygdapat diikuti dgpembentukan jaringan sikatrik yang ringan.


PEMERIKSAAN LABORATORIUM

Pada pemeriksaan sekret atau kerokan konjungtiva

dengan pewarnaan Giemsa di daerah tarsus atau

limbus didapatkan sel-sel eosinofil dan eosinofil granul.


TERAPI
KERATOKONJUNGTIVITIS VERNAL

Definisi

peradangan alergi pada permukaan mata yang

melibatkan konjungtiva tarsal dan/atau konjungtiva bulbi

yang terjadi kronik, bilateral, dapat terjadi asimetris, dan

diperburuk oleh musim


GEJALA KLINIS
• gatal, blefarospasme, fotofobia, pandangan kabur, dan kotoran mata

berlendir yang berlebihan (ropy discharge).

• 98% pasien menderita VKC bilateral.

• untuk tanda yang spesifik, pasien harus diperksa menggunakan slit lamp.

• Secara klinis, VKC terdiri dari 3 bentuk yaitu palpebra, limbal, dan campuran.

• terletak pd konjungtiva palpebra

• Konjungtiva bulbi hiperemis, dan mungkin terjadi kemosis.

• Pada banyak kasus yang lebih berat, dapat ditemukan papil raksasa

berukuran 7-8 mm menyerupai batu kali (cobble stone) pada tarsus superior.
PAPIL RAKSASA
Grading papil
• Grade 0 : tanpa reaksi papil

• Grade 1 + : beberapa papil berukuran 0,2 mm, menyebar ke konjungtiva

tarsal dan sekitar limbus

• Grade 2 + : papil berukuran 0,3-1 mm di konjungtiva tarsal atau di limbus

• Grade 3 + : papil berukuran 1-3 mm meliputi semua konjungtiva tarsal

atau 360̊ mengelilingi limbus

• Grade 4+ : papil berukuran lebih dari 3 mm meliputi konjungtiva tarsal

atau terdapat penampakan seperti agar-agar di limbus menutupi pinggir

kornea
ETIOPATOGENESIS
• penyakit alergi pada mata, etiologi & patogenesis masih belum jelas.

• Imunopatogenesis b’hubungan dg reaksi hipersensitivitas tipe I dan tipe IV

• dijumpai hiperemia & vasodilatasi difus, yg dg cepat hiperplasi krn proliferasi

jaringan yg menghasilkan pembentukan jaringan ikat yang tidak terkendali\

• menimbulkan deposit pada konjungtiva sehingga terbentuklah gambaran

cobblestone.

• Sekresi mukus kental dan melekat pada penderita keratokonjungtivitis vernalis,

menurut Neumann dan Krantz, mengandung banyak mukopolisakarida serta

asam hyaluronat.
• timbulnya tarikan sel epitel kornea & gesekan dari papil tarsal pd

kornea akan mengakibatkan kerusakan kornea yang meluas ke

tepi.

• Kerusakan kornea diduga juga berkaitan dengan infiltrasi sel

radang yang berasal dari konjungtiva.

• Infiltrat radang konjungtiva pada VKC ini terdiri dari eosinofil,

limfosit, sel plasma, dan monosit.

• Kerusakan kornea dpt menjadi difus, pembentukan ulkus.

• Pembentukan ulkus epitelial non-infeksi yang berbentuk oval atau

perisai dapat terjadi yang mendasari timbulnya kekeruhan

stroma kornea di sentral maupun superior.


• terapi alternatif yaitu injeksi kortikosteroid supratarsal.

• Eversi palpebra superior dan konjungtiva supratarsal yg dianastesi,

dilakukan penyuntikan steroid masa kerja pendek seperti

deksametason fosfat (4 mg/ml) atau steroid masa kerja panjang

seperti triamsinolon asetonid (40 mg/ml) sebanyak 0,5-1,0 ml.

• Setelah penyuntikan, wajib dilakukan pemantauan tekanan intra

okuler, karena steroid dapat menyebabkan lonjakan tekanan intra

okuler.
KOMPLIKASI
• Katarak dan glaukoma diinduksi steroid

• Sikatrik kornea

• Keratitis mikrobial

• Hiperplasia jaringan limbus

• Ambliopia karena opasitas kornea, astigmatisme iregular

dan keratokonus

• Sindroma mata kering karena penggunaan kontikosteroid

topikal tak terkontrol


PROGNOSIS
• VKC umumnya sembuh sendiri setelah pubertas.

• Dari suatu penelitian kohort didapatkan 52% pasien mempunyai

gejala yang menetap setelah dipantau selama 5 tahun dan 6%

pasien menunjukkan reduksi permanen dari ketajaman

penglihatan dikarenakan kerusakan kornea

• Faktor penyebab prognosis buruk pasien VKC yaitu ukuran papil

raksasa yg berkaitan langsung dg perburukan dari gejala dan

bentuk VKC limbal mempunyai prognosis jangka panjang yang

lebih buruk daripada bentuk VKC palpebra.


T Y

Anda mungkin juga menyukai