Anda di halaman 1dari 17

Standar Pelayanan Kefarmasian

KELOMPOK 1 :
ALWIN SANTINUS TELAUMBANUA
BASTIAN BUULOLO
DIKARI HARITA
FEBRINA MADUWU
RENY SARIKA
SAMUEL RICARDO
WIDYA DAMAYANTI
ZAINAB NASUION
Ilmu Farmasi

• Paradigma Pelayanan kefarmasian pada saat ini telah bergeser orientasinya


dari obat (Drug Oriented) ke pasien yang mengacu kepada Pharmaceutical
Care. Kegiatan pelayanan kefarmasian yang semula hanya berfokus pada
pengelolaan obat sebagai komoditi menjadi pelayanan yang komprehensif
yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup dari pasien.

• Konsekuensi atas perubahan orientasi tersebut, apoteker dituntut untuk


meningkatkan pengetahuan, ketrampilan komunikasi dan perilaku agar
dapat melaksanakan interaksi langsung dengan pasien dan tenaga kesehatan
lainnya.Apoteker dituntut untuk menjalankan standar kefarmasian di apotek
untuk menghindari kemungkinan terjadinya kesalahan pengobatan
(medication error) dalam proses pelayanan.
Pengertian Pelayanan Kefarmasian
• Pelayanan kefarmasian adalah bentuk pelayanan dan tangggung jawab langsung profesi
apoteker dalam pekerjaan kefarmasian untuk meningkatkan kualitas hidup pasien
(Menkes RI, 2004). Pelayanan kefarmasian merupakan proses kolaboratif yang
bertujuan untuk mengidentifikasi, mencegah, dan menyelesaikan masalah obat dan
masalah yang berhubungan dengan kesehatan.

• Pelayanan farmasi merupakan salah satu kegiatan di rumah sakit yang menunjang
pelayanan kesehatan yang bermutu. Hal tersebut diperjelas dalam Keputusan Menteri
Kesehatan Nomor 1333/Menkes/SK/XII/1999 tentang Standar Pelayanan Rumah Sakit,
yang menyebutkan bahwa pelayanan farmasi rumah sakit adalah bagian yang tidak
terpisahkan dari sistem pelayanan kesehatan rumah sakit yang berorientasi kepada
pelayanan pasien, penyediaan obat yang bermutu, termasuk pelayanan farmasi klinik,
yang terjangkau bagi semua lapisan masyarakat.
Tujuan Pelayanan Farmasi

Tujuan pengaturan Pekerjaan Kefarmasian untuk :

• Memberikan perlindungan kepada pasien dan masyarakat dalam


memperoleh dan/atau menetapkan sediaan farmasi dan jasa kefarmasian;

• Mempertahankan dan meningkatkan mutu penyelenggaraan Pekerjaan


Kefarmasian sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
serta peraturan perundangan-undangan; dan

• Memberikan kepastian hukum bagi pasien, masyarakat dan Tenaga


Kefarmasian.
Tugas Pokok dan Fungsi Pelayanan Farmasi

Tugas Pokok:
• Melangsungkan pelayanan farmasi yang optimal

• Menyelenggarakan kegiatan pelayanan farmasi profesional berdasarkan prosedur


kefarmasian dan etik profesi

• Melaksanakan Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE)

• Memberi pelayanan bermutu melalui analisa, dan evaluasi untuk meningkatkan


mutu pelayanan farmasi

• Melakukan pengawasan berdasarkan aturan-aturan yang berlaku

• Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan di bidang farmasi

• Mengadakan penelitian dan pengembangan di bidang farmasi

• Memfasilitasi dan mendorong tersusunnya standar pengobatan dan formularium


rumah sakit
Fungsi :
1. Pengelolaan Perbekalan Farmasi

– Memilih perbekalan farmasi sesuai kebutuhan pelayanan rumah sakit

– Merencanakan kebutuhan perbekalan farmasi secara optimal

– Mengadakan perbekalan farmasi berpedoman pada perencanaan yang telah dibuat


sesuai ketentuan yang berlaku

– Memproduksi perbekalan farmasi untuk memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan


di rumah sakit

– Menerima perbekalan farmasi sesuai dengan spesifikasi dan ketentuan yang berlaku

– Menyimpan perbekalan farmasi sesuai dengan spesifikasi dan persyaratan


kefarmasian

– Mendistribusikan perbekalan farmasi ke unit-unit pelayanan di rumah sakit


2. Pelayanan Kefarmasian dalam Penggunaan Obat dan Alat Kesehatan

– Mengkaji instruksi pengobatan/resep pasien

– Mengidentifikasi masalah yang berkaitan dengan penggunaan obat dan alat kesehatan

– Mencegah dan mengatasi masalah yang berkaitan dengan obat dan alat kesehatan

– Memantau efektifitas dan keamanan penggunaan obat dan alat kesehatan

– Memberikan informasi kepada petugas kesehatan pasien/keluarga

– Memberi konseling kepada pasien/keluarga

– Melakukan pencampuran obat suntik

– Melakukan penyiapan nutrisi parenteral

– Melakukan penanganan obat kanker

– Melakukan penentuan kadar obat dalam darah

– Melakukan pencatatan setiap kegiatan

– Melaporkan setiap kegiatan


Standar Pelayanan Farmasi

Standar Pelayanan Kefarmasian adalah tolak ukur yang dipergunakan


sebagai pedoman bagi tenaga kefarmasian dalam menyelenggarakan pelayanan
kefarmasian.

Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 tentang


Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek telah mensyaratkan apotek harus
memiliki : ruang tunggu yang nyaman bagi pasien, tempat untuk mendisplai
informasi bagi pasien (termasuk penempatan brosur/materi informasi), ruangan
tertutup untuk konseling bagi pasien yang dilengkapi dengan meja dan kursi
serta lemari untuk menyimpan catatan medikasi pasien, keranjang sampah
yang tersedia untuk staf maupun pasien, dan ruang racikan.
Pengaturan Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek bertujuan untuk :

• Meningkatkan mutu Pelayanan Kefarmasian;

• Menjamin kepastian hukum bagi tenaga kefarmasian; dan

• Melindungi pasien dan masyarakat dari penggunaan Obat yang tidak


rasional dalam rangka keselamatan pasien (patient safety)

Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit meliputi standar :

• Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis


Habis Pakai; dan

• Pelayanan farmasi klinik.


Indikator Pelayanan Farmasi
Untuk memudahkan penilaian kinerja rumah sakit, diperlukan adanya
parameter/ indikator/ standar yang dapat digunakan sebagai pembanding. Sebagai
contoh, tujuan khusus pemeriksaan kinerja bidang penunjang pelayanan medis adalah
menilai apakah bidang penunjang pelayanan medis mampu memenuhi kebutuhan
harian obat-obatan yang diperlukan oleh bidang pelayanan medis (penilaian
efektivitas), untuk tujuan itu indikator pelayanan farmasi dapat dilihat dari jumlah resep
yang dilayani dibandingkan dengan jumlah pasien (rawat jalan, rawat inap, dan rawat
darurat).

Indikator-indikator lainnya untuk penilaian kinerja pelayanan farmasi dalam


ruang lingkup efektivitas pelayanan resep antara lain adalah :

1.Angka Penyerahan Obat Jadi Lebih Dari 15 Menit,

2.Angka Penyerahan Obat Racikan Lebih Dari 30 Menit, dan

3. Angka Kesalahan Penyerahan Obat kurang dari 3 %


Prosedur Pelayanan Farmasi

Bagi Pasien Rawat Inap

 Petugas depo farmasi menerima resep dan CPO dari ruang perawatan.

 Petugas depo farmasi melakukan telaah resep pada tahap awal.

 Petugas Farmasi menyiapkan obat dan alat kesehatan habis pakai,dengan


ketentuan untuk obat oral disipkan untuk pemakaian 3 hari, untuk cairan infus,
obat injeksi dan alkes disiapkan untuk pemakaian 1 hari.

 Petugas depo farmasi melayani resep jaminan (BPJS) berpedoman pada


Formularium Nasional, Formularium Rumah sakit.

 Petugas depo farmasi melakukan konfirmasi ke dokter jika penulisan resep tidak
jelas, dan jenis obat dan alkes yang diresepkan tidak tersedia.
 Petugas depo farmasi mengantar obat dan alat medis habis pakai mengantar ke
ruang perawatan,sebelum obat dan alat medis habis pakai diserahkan petugas depo
farmasi melakukan telaah resep tahap akhir dan memeriksa kesesuai jumlah
perbekalan farmasi yang akan diserahkan bersama CPO ke Perawat, kemudian
perawat paraf pada kolom penerima resep.

 Petugas depo farmasi menyimpan obat dan alat medis habis pakai pasien pada
container penyimpanan bahan farmasi pasien.

 Petugas Farmasi membawa kembali resep dan diserahkan pada operator


pengimputan resep.

 Petugas Farmasi menarik obat dan alat medis habis pakai dari ruang perawatan
jika atas instruksi dokter obat dan alat kesehatan tersebut dihentikan
penggunaannya.

 Petugas farmasi memberi catatan retur pada CPO untuk obat yang ditarik dari
ruang perawatan. Selanjutnya dientry pada computer.
Bagi Pasien Rawat Jalan
 Resep datang dari counter rawat jalan.

 Sebelum menyiapkan resep, asisten apoteker wajib memeriksa kelengkapan resep sebagai berikut:

1. Tanggal penulisan resep

2. Nama dokter

3. Surat izin dokter

4. Nama obat, jenis obat (tablet, kapsul, sirup, atau injeksi) dan jumlah obat.

5. Cara pembuatan (obat diracik atau tidak)

6. Signa (aturan pakai)

7. Nama pasien

8. Umur pasien

9. Alamat pasien

 Selesai memeriksa resep, petugas farmasi yang menerima resep member stempel HTKP
(Harga, Timbang, Kemas, Penyerahan) pada resep, menulis nama dan membubuhi paraf pada
kolom H.
 Jika ada obat racikan, dihitung sesuai dengan dosis. Selesai meracik obat, petugas yang
meracik menulis nama dan membubuhi paraf di kolom T.

 Obat disiapkan sesuai dengan resep.

 Obat diberi etiket sesuai dengan resep dokter. Petugas yang memberi etiket pada obat
menulis nama dan membubuhi paraf pada kolom K.

 Sebelum obat diserahkan, petugas yang menyerahkan obat meneliti kembali obat yang telah
disiapkan sesuai dengan resep serta dikonfirmasi ulang data pasien tersebut, seperti:

1. No. DO bill 3. Alamat

2. Nama pasien 4. Jaminan umum atau perusahaan

 Obat diserahkan dan menjelaskan kepada penerima obat mengenai:

1. Aturan pakai 3. Cara penyimpanan obat

2. Cara pakai

 Meminta nomor telepon pasien untuk dokumentasi farmasi.

 Petugas yang menyerahkan obat menuliskan nama dan membubuhi paraf di kolom P.
Kesimpulan

• Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa pelayanan kefarmasian


merupakanbentuk pelayanan dan tangggung jawab langsung profesi
apoteker dalam pekerjaan kefarmasian untuk meningkatkan kualitas hidup
pasien (Menkes RI, 2004).

• Pelayanan kefarmasian merupakan proses kolaboratif yang bertujuan untuk


mengidentifikasi, mencegah, dan menyelesaikan masalah obat dan masalah
yang berhubungan dengan kesehatan.

Anda mungkin juga menyukai