Anda di halaman 1dari 30

PENGOLAHAN DALAM INDUSTRI

MINERAL: MENINGKATKAN NILAI


TAMBAH ATAU MENGURANGI EMISI
CO2

PRAMUSANTO

dalam Seminar Itern UNISBA

Puslitbang Teknologi Mineral dan


Batubara 1
Ikhtisar
 Pendahuluan
Nilai tambah dalam industri mineral
 Industri Mineral di negara maju
Industri besi dan baja di Jepang dan
Australia
 Industri Mineral dalam negeri
 Permasalahan

 Penutup

Puslitbang Teknologi Mineral dan


Batubara 2
Pendahuluan:
pengertian nilai tambah
Berbagai pengertian nilai tambah
 Tambang memiliki nilai tertinggi pada hari
produksi pertama dan tidak bernilai lagi pada hari
tonase terakhir bijih ditambang (K E Fletcher,
Mining Project Investor Pty Ltd)
 Salah satu cara menilai pentingnya sektor
sumberdaya alam adalah di bursa saham (R G
Humphry, mantan M D, ASX)
 Dalam APBN 2007, sektor ESDM mendapat target
untuk menyumbang kepada negara sebesar Rp
2005,72 triliun, baik dari pajak maupun bukan
pajak (Purnomo Yusgiantoro, Menteri ESDM)

Puslitbang Teknologi Mineral dan


Batubara 3
Pendahuluan:
peningkatan nilai tambah (1)
 Pada tingkat operasional setiap aksi yang
mengurangi ongkos atau menambah
pendapatan akan membentuk nilai.
Dicapai melalui penerapan teknologi atau
perubahan tata kerja. Beberapa area yang
sensitif atau produktif:
– Biaya penilaian cadangan bijih,
– Perolehan tambang dan dilution,
– Perolehan metalurgi,
– Manajemen yang efektif dan tenaga kerja,
serta
– Optimisasi skala

Puslitbang Teknologi Mineral dan


Batubara 4
Pendahuluan
: peningkatan nilai tambah (2)
 Dalam lingkup komersial nilai tambah
diciptakan melalui upaya pemasaran yang
cerdas. Misalnya mendapatkan
peleburan/smelter yang mampu
mencampurkan produk konsentrat, dst
 Pemilihan produk akhir komersial sangat
ditentukan faktor-faktor: energi dan
pemasaran
 Harga logam yang meningkat tajam
mengubah: strategi perusahaan (merger,
dsb) dan kebijakan pemerintah negara
yang kaya mineral.
Puslitbang Teknologi Mineral dan
Batubara 5
Industri Mineral di negara maju
(kasus industri besi dan baja di Jepang)
 Bahan baku impor
produsen bijih besi dunia, BHP Billiton,
Rio Tinto, dan CVRD
 Kualitas bahan baku menurun
– hematit berkurang, makin banyak bijih
dengan kadar air tinggi
– Kokas sulit diperoleh
 Permintaan tinggi dari negara BRIC
(Brasil, Rusia, India, dan Cina)
 Ratifikasi Protokol Kyoto
sukarela menurunkan 10 % emisi CO2
Puslitbang Teknologi Mineral dan
Batubara 6
Industri besi dan baja Jepang
Karakteristik industri ini
 Konsumen energi yang tinggi

 Lokasi dikawasan industri dekat


dengan kota besar
 Penerapan konsep: reuse, recycle,
dan reduce.

Puslitbang Teknologi Mineral dan


Batubara 7
Steel making processes

Continuous
Blast LD casting
Furnace Converter
O2
Iron Steel
ore Pig iron

Transportation Second
Pretreatment Refining

Puslitbang Teknologi Mineral dan


Batubara 8
Exhaust gas
gas recycling

Iron ore,
Coke
Air
Heat recovery &
recycling

Slag

C + O2 = CO2 Liquid iron


CO2 + C = 2CO for steel

3Fe2O3 + CO = 2Fe3O4 + CO2


Fe3O4 + CO = 3FeO + CO2
FeO + CO = Fe + CO2
Puslitbang Teknologi Mineral dan
Batubara 9
Blast furnace process
Conventional Process
Molten slag Q MJ
1723K ➋ H2 S
➌ PROBLEMS
Water ➊
 Too Much
➍ Salts Water
 Hot Waste Heat
 Emission of
Drying Sulfide
B.F.slag ➎  Water Pollution
Wet slag
Thermal d=1~5mm  Drying Process
energy 12% water

Puslitbang Teknologi Mineral dan


Water Granulation Method Batubara 10
Methane
Steel industry:
BF-LD, EAF High temperature waste
Waste processing:
Waste smelting Molten
Combustion f’ce slag Off gas
…etc.
-Electrode, Anode,
CH4 + H2O 3H2 + CO Cathode, etc.
New technology: -Process technology
-Slag granulation Heat exchanger -Life time
-PCM
-Catalyst
SOFC
-New materials Hydrogen storage
-Equipment alloy
Fuel cell
Fuel
Municipal use
Puslitbang Teknologi Mineral dan
Batubara 11
Konsumsi energi dalam industri
baja dan prediksi kedepan (K Ishii, Effort of
Japanese Steel Industry Forward Reduction of CO2 Emission, 2007)

Puslitbang Teknologi Mineral dan


Batubara 12
Bagan alir karbon dalam industri
baja

Puslitbang Teknologi Mineral dan


Batubara 13
Pemanfaatan material karbon,
seperti limbah plastik dan biomasa.

Puslitbang Teknologi Mineral dan


Batubara 14
Perkembangan teknologi
pembuatan besi

Puslitbang Teknologi Mineral dan


Batubara 15
Industri Mineral di negara maju
(kasus industri besi dan baja di Ausrtalia)
 Bahan baku lokal
– Bijih besi dan batubara berlimpah; BHP
Billiton dan Rio Tinto menguasai
sebagian besar tambang bijih besi
– Kemampuan produksi besi dan baja
terbatas: pangsa pasar dalam negeri
terbatas, ekspor bahan baku/jadi
kurang daya saing
 Produk ekspor andalan
– bijih besi dan pellet
Puslitbang Teknologi Mineral dan
Batubara 16
Industri Mineral di dalam negeri
 Bahan baku lokal, kecuali bijih besi
 Lokasi industri
– Dekat bahan baku/sumberdaya alam:
timah (Bangka), feronikel (Pomalaa),
nikelmate (Soroako), konsentrat
tembaga (Papua)
– Jauh dari bahan baku:
 Impor : aluminium (Asahan), baja (Cilegon)
 Antar pulau: tembaga (Gresik)

Puslitbang Teknologi Mineral dan


Batubara 17
POMALAA’S NICKEL MINE PT
ANEKA TAMBANG

Puslitbang Teknologi Mineral dan


Batubara 18
Iron Cap at Pomalaa

Puslitbang Teknologi Mineral dan


Batubara 19
Industri Mineral di dalam negeri
(lanjutan)
 Sekala Besar  Sekala
– Konsentrat Tembaga Menengah/kecil
dan tembaga – Timah
– Feronikel – Emas
– Nikelmate – Pasir Zirkon
– dll
– Timah
– Besi dan Baja
– Aluminium
– Emas
Puslitbang Teknologi Mineral dan
Batubara 20
Pengolahan pasir besi

Puslitbang Teknologi Mineral dan


Batubara 21
Pengolahan bijih besi laterit

Puslitbang Teknologi Mineral dan


Batubara 22
Industri Mineral di dalam negeri
(lanjutan)
Beberapa permasalahan
 Regulasi

 Penggunaan Energi secara efisien

 Pemilihan lokasi kawasan industri

 Pengembangan industri produk hilir

 Potensi pasar dunia

Puslitbang Teknologi Mineral dan


Batubara 23
Permasalahan (1)
 Regulasi
Harga logam yang tinggi telah
mendorong pemerintah negara kaya
mineral untuk meminta bagian lebih
besar dari industri mineral untuk
meningkatkan perolehan negara.
Negara-negara Bolivia, Zambia,
Tanzania, dan Afrika Selatan telah
melakukan berbagai aksi tersebut.

Puslitbang Teknologi Mineral dan


Batubara 24
Permasalahan (2)
Efisiensi Penggunaan Energi
 Penggunaan Energi berasal dari
berbagai jenis BBM sudah harus
dicarikan alternatif penggantinya
yang terjamin pasokannya
 Audit energi harus mempunyai
sasaran yang jelas

Puslitbang Teknologi Mineral dan


Batubara 25
Permasalahan (3)
Pemilihan kawasan industri
 Kawasan industri baru atau yang sudah
ada harus bisa dikembangkan menjadi
kawasan industri terpadu dari hulu ke hilir
 Perencanaan mendirikan kawasan industri
baru harus berdasarkan kajian yang
cermat, sehingga dapat lebih menarik
ketimbang lokasi dekat cadangan
sumberdaya alamnya.

Puslitbang Teknologi Mineral dan


Batubara 26
Permasalahan (4)
Pengembangan industri hilir
 Industri hilir adalah padat teknologi

 Pasar dalam negeri harus kuat, sebagai


contoh produk bijih besi Australia
sebagian besar diekspor, dan hanya
sebagian kecil dijadikan produk besi dan
baja di dalam negeri, faktor penyebabnya:
pasar dalam negeri kecil dan harga produk
tidak mampu bersaing di luar negeri

Puslitbang Teknologi Mineral dan


Batubara 27
Permasalahan (5)
Potensi pasar dunia
 Pada saat ini, secara global semua
komoditas mineral sangat dibutuhkan
dalam jumlah besar. Permintaan Cina yang
tinggi akan bahan mineral sering menjadi
alasan penyebab.
 Kemampuan penyerap pasar akan
mencapai titik tertinggi, perlu antisipasi
pasca masa tersebut.

Puslitbang Teknologi Mineral dan


Batubara 28
Penutup
 Diakui bahwa negara kita kaya akan
sumberdaya alam, termasuk mineralnya
 Diakui pula bahwa berbagai masalah
timbul dalam menarik investor dan
memberi nilai tambah sumberdaya tsb,
agar digunakan untuk kesejahteraan
masyarakat
 Regulasi dan undang-undang yang akan
dibuat secara cermat, diharapkan tidak
akan mematikan usaha pertambangan
yang telah turut berperan dalam
meningkatkan ekonomi negara.
Puslitbang Teknologi Mineral dan
Batubara 29
Terima kasih

Puslitbang Teknologi Mineral dan


Batubara 30

Anda mungkin juga menyukai