Anda di halaman 1dari 29

Oleh :

Anisa Fauziah
30101306874

Pembimbing : dr. H. Hasyim, Sp.S

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kedokteran Saraf


RSUD dr. R. Soedjati Soemadiharjo
IDENTITAS JURNAL
 Judul : Role of sleep-disordered breathing and sleep-wake disturbances for stroke and

stroke recovery.

 Penulis : Dirk M. Hermann, MD dan Claudio L. Bassetti, MD.

 Penerbit : Department of Neurology (D.M.H.), University Hospital Essen, Germany; and Department

of Neurology (C.L.B.), University Hospital Berne, Switzerland.

 Tahun terbit : Agustus, 2016.


 Latar Belakang. Gangguan pernafasan saat tidur (SDB)
dan gangguan siklus tidur (SWD) sering terjadi pada
pasien stroke. Penelitian sebelumnya menyatakan bahwa
hal tersebut muncul baik sebagai faktor resiko maupun
sebagai akibat dari stroke dan hal ini dapat mempengaruhi
perbaikan, outcome, serta kekambuhan dari stroke.
Gangguan pernafasan saat tidur
(SDB) dan gangguan siklus tidur hal tersebut muncul baik
(SWD) sering terjadi pada penyakit sebagai faktor resiko maupun
neurologis, serta mempengaruhi sebagai akibat dari stroke dan
insidensi dan outcome, yang telah hal ini dapat mempengaruhi
dikaitkan dengan hilangnya fungsi pemulihan dan outcome stroke
neurorestoratif.

Gangguan siklus tidur (SWD) seperti


hipersomnia, insomnia, RLS dan
Gangguan Perilaku tidur REM.
 SDB dapat di katakan sebagai faktor resiko stroke sejalan
dengan meningkatnya AHI. SDB dengan AHI>30/jam di
prediksi menyebabkan stroke.

 Studi sebelumnya menyatakan bahwa SDB


mempengaruhi TD pada post stroke, pemulihan
neurologis dini, dan durasi perawatan.
Hipersomnia, seperti meningkatnya waktu tidur,
merupakan hal yang paling sering ditemukan setelah
terjadinya stroke subkortikal dan pontomesenphalik.
Awalnya, pasien menunjukkan hipersomnia berat dan
perilaku seperti tidur selama 20 jam/hari, berhubungan
dengan perhatian, kognisi, dan defisit memori.

Pada analisa cross sectional yang melibatkan 1244


partisipan di sebutkan bahwa kelebihan tidur terjadi
karena adaya penyakit pada pembuluh darah kecil
serebral.
Insomnia, seperti sulitnya mengantuk dan
sulitnya untuk tetap terlelap, sering terjadi pada
pasien stroke.
Insomnia post stroke sering disebabkan oleh
faktor lingkungan (cahaya atau kebisingan pada
unit stroke) atau kondisi komorbid (SDB,
depresi, nyeri).
Insomnia post stroke bisa memperparah cedera
otak dan mesrusak neuroplastisitas.
Pasien post stroke mengalami RLS, seperti
keinginan menggerakkan anggota tubuh yang pulih
saat digunakan beraktivitas dan memburuk pada
sore hari, malam, dan saat istirahat. RLS sering
diikuti dengan PLMS, seperti pergerakan anggota
tubuh involunter secara periodik saat tidur non-
REM (NREM).
Tujuan Penelitian
 Tujuan kami adalah untuk menyelidiki
(1) Apakah SDB dan SWD meningkatkan faktor resiko
stroke
(2) Apakah SDB dan SWD mempengaruhi pemulihan
post stroke
Jenis Penelitian :
Pengkajian literatur

Waktu
Waktu penelitian tidak di
sebutkan, data diambil dari
PubMed hingga Desember
2015 .
Pencarian PubMed dengan kata kunci :
sleep atau sleepiness atau insomnia atau
hypersomnia atau restless legs syndrome atau
periodic limb movements during sleep dan stroke.

Memunculkan 2691 hasil


Artikel di seleksi berdasarkan kontribusinya
dalam penelitian ini yaitu yang berkaitan dengan
tidur atau stroke.
Berikut di sajikan beberapa studi mengenai efek CPAP dan terapi
lain untuk SDB post stroke.
 4 dari 8 studi melaporkan efek baik dari CPAP, berupa perbaikan
signifikan pada pemulihan neurologis, tidur, depresi dan
kejadian vaskuler berulang.

 Pengamatan saat tidur mungkin dipertimbangkan pada pasien


dengan stroke iskemik atau TIA, melihat sangat tingginya
prevalensi sleep apnea pada populasi tersebut.

 Treatmen CPAP mungkin dapat dipertimbangkan pada pasien


dengan stroke iskemik dan TIA serta sleep apnea, melihat
terdapat bukti yang mendukung perbaikan outcome dengan
treatmen tersebut.
 Hasil. Beberapa penelitian membuktikan bahwa SDB dapat menjadi faktor
tunggal terjadinya stroke. Pengamatan saat tidur pada pasien TIA dan stroke
direkomendasikan untuk dilakukan pada prevalensi tinggi SDB (>50%) (Kelas
IIb, tingkat evidence B). Mengingat bukti yang mendukung outcome positif,
penanganan SDB obstruktif direkomendasikan menggunakan tekanan jalan
nafas positif secara kontinu (CPAP) (Kelas IIb, tingkat evidence B). Oksigen,
tekanan jalan nafas positif bifasik, dan servoventilasi adaptif dapat
dipertimbangkan pada pasien dengan SDB sentral. Dewasa ini, berkurang
maupun bertambahnya durasi tidur, seperti pada hipersomnina, insomnia, dan
sindrom kaki gelisah/restless legs (RLS), juga dapat meningkatkan resiko stroke.
Sebagian besar penelitian eksperimental menemukan bahwa SWD juga dapat
mengganggu proses neuroplastisitas dan pemulihan stroke fungsional.
Penanganan SWD menggunakan hipnotik dan antidepresan sedatif (insomnia),
aktivasi antidepresan atau stimulant (hipersomia), obat dopaminergik (RLS),
dan klonazepam (parasomnia) didasarkan pada penelitian tiap kasus dan harus
digunakan dengan hati-hati.
Kesimpulan

 SDB dan SWD meningkatkan resiko stroke pada populasi


umum dan mempengaruhi pemulihan serta outcome
stroke jangka panjang maupun pendek. Pengetahuan
terkini mendukung untuk dilakukannya implementasi
prosedur klinis secara sistematis untuk diagnosis dan
penanganan SDB dan SWD post stroke pada unit stroke.
Saran
 Pendekatan sistematik untuk diagnosis dan treatmen SDB
dan SWD harus diimplementasikan pada pengelolaan
stroke dan TIA. Oksimetri atau pengukuran aliran nasal
dapat menunjukkan SDB, yang harus dipastikan
menggunakan respirografi sebelum dimulai treatmen.
Riwayat pasien, kuesioner, dan aktigrafi dapat
meningkatkan deteksi SWD. Treatmen ini sesuai untuk
pemulihan dan outcome stroke, namun harus digunakan
berdasarkan pertimbangan potensial terhadap efek
samping.
Judul

 Jumlah kata : 14 Kata (>12kata)


 Tidak ada kata yang disingkat
 Mewakili isi penelitian
 Informatif dan menarik
Abstrak
No Kriteria Ya (+) atau Tidak (-)

1 Abstrak satu paragraf -

2 Mencakup komponen IMRC +

3 Secara keseluruhan informatif +

4 Tanpa singkatan selain yang baku -

5 Kurang dari 250 kata +(242 kata)


Pendahuluan
No Kriteria Ya (+) atau Tidak (-)
1 Terdiri dari dua bagian atau dua paragraf -
( paragraf)
2 Paragraf pertama mengemukakan alasan +
dilakukan penelitian
3 Paragraf kedua menyatakan hipotesis atau -
tujuan penelitian
4 Didukung oleh pustaka yang relevan +
5 Kurang dari satu halaman -
Bahan dan Metode Penelitian
No Kriteria Ya (+) atau tidak (-)
1 Jenis dan rancangan penelitian -
2 Waktu dan tempat penelitian +
3 Identifikasi studi +
4 Kriteria inklusi -
5 Kriteria ekslusi -
6 Perincian cara penelitian +
7 Uji statistik -
8 Program komputer -
9 Persetujuan subjek -
Hasil Penelitian
No Kriteria Ya (+) atau Tidak (-)

1 Jumlah subjek +

2 Tabel karakteristik subjek -

3 Tabel hasil penelitian +

4 Komentar dan pendapat penulis tentang hasil +

5 Tabel analisis data dengan uji chi square -


Pembahasan, Kesimpulan dan
Daftar Pustaka
No Kriteria YA (+) dan Tidak (-)
1 Pembahasan dan kesimpulan dipaparkan -
terpisah
2 Pembahasan dan kesimpulan dipaparkan +
dengan jelas
3 Pembahasan mengacu dari penelitian +
selanjutnya
4 Pembahasan sesuai landasan teori +
5 Keterbatasan penelitian -
6 Simpulan utama +
7 Simpulan berdasarkan hasil penelitian +
8 Saran penelitian +
9 Penulisan daftar pustaka sesuai aturan +
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai