Anda di halaman 1dari 11

Sejarah

Kerajaan Mataram Kuno

DI SUSUN OLEH :

1. QOIROTIN NISA
2 . S U L I S T YA
3. FRANSISKA
4. OLIVIA CLAUDIA M.S.
5 . I FA M A R
6. RAFLI
Kerajaan Mataram Kuno

 Kerajaan Mataram Kuno diperkirakan berdiri sejak awal abad ke-


8. Pada awal berdirinya, kerjaan ini berpusat di Jawa Tengah.
Akan tetapi, pada abad ke-10 pusat Kerajaan Mataram Kuno
pindah ke Jawa Timur.
 Kerajaan Mataram Kuno mempunyai dua latar belakang
keagamaan yang berbeda, yakni agama Hindu dan Buddha.
 Berdasarkan catatan yang terdapat pada prasasti yang
ditemukan, Kerajaan Mataram Kuno bermula sejak
pemerintahan Raja Sanjaya yang bergelar Rakai Mataram Sang
Ratu Sanjaya. Ia memerintah Kerajaan Mataram Kuno hingga
732M.
Peninggalan Mataram Kuno

 Peninggalan bangunan suci yang berlatar


belakang Hindu antara lain ialah Candi
Geding Songo, kompleks Candi Dieng, dan
kompleks Candi Prambanan.
 Adapun yang berlatar belakang agama
Buddha antara lain ialah Candi Kalasan,
Candi Borobudur, Candi Mendut, Candi
Sewu, dan Candi Plaosan.
Komplek Candi Dieng di Wonosobo, Jawa Tengah,
merupakan peninggalan candi Hindu pada masa
Kerajaan Mataram Kuno.
Kerajaan Mataram di Jawa Tengah

 Kerajaan Mataram Kuno yang berpusat di Jawa


Tengah terdiri dari dua wangsa (keluarga), yaitu
wangsa Sanjaya dan Sailendra.
 Pendiri wangsa Sanjaya adalah Raja Sanjaya. Ia
menggantikan raja sebelumnya, yakni Raja Sanna.
Konon, Raja Sanjaya telah menyelamatkan Kerajaan
Mataram Kuno dari kehancuran setelah Raja Sanna
wafat.
 Setelah Raja Sanjaya wafat, kekuasaan Kerajaan
Mataram Kuno dipegang oleh Dapunta Sailendra,
pendiri wangsa Sailendra.
 Para raja keturunan wangsa Sanjaya seperti Sri Maharaja Rakai
Panangkaran, Sri Maharaja Rakai Panunggalan, Sri Maharaja
Rakai Warak, dan Sri Maharaja Rakai Garung merupakan raja
bawahan dari wangsa Sailendra.
 Oleh Karena adanya perlawanan yang dilakukan oleh keturunan
Raja Sanjaya, Samaratungga (raja wangsa Sailendra)
menyerahkan anak perempuannya, Pramodawarddhani, untuk
dikawinkan dengan anak Rakai Patapan, yaitu Rakai Pikatan
(wangsa Sanjaya). Rakai Pikatan kemudian menduduki takhta
Kerajaan Mataram Kuno.
 Melihat keadaan ini, adik Pramodawarddhani, yaitu
Balaputeradewa, mengadakan perlawanan namun kalah dalam
peperangan. Balaputeradewa kemudian melarikan diri ke Pulau
Sumatra dan menjadi raja Sriwijaya.
 Pada masa Sri Maharaja Rakai Watukura Dyah
Balitung Dharmodaya Mahasambu berkuasa, terjadi
perebutan kekuasaan di antara para pangeran
Kerajaan Mataram Kuno. Ketika Sri Maharaja Rakai
Sumba Dyah Wawa berkuasa, kerajaan ini berakhir
dengan tiba-tiba. Diduga kehancuran kerajaan ini
akibat bencana alam karena letusan G. Merapi,
Magelang, Jawa Tengah.
Peninggalan di Jawa Tengah

 Candi Plaosan di Klaten, Jawa Tengah, salah satu


peninggalan Kerajaan Mataram Kuno yang
berlatar agama Buddha.
 Candi Gedong Songo di Ungaran, Jawa Tengah,
merupakan candi peninggalan Kerjaan Mataram Kuno.
Kerajaan Mataram di Jawa Timur

Setelah terjadinya bencana alam yang dianggap sebagai peristiwa pralaya,


maka sesuai dengan landasan kosmologis harus dibangun kerajaan baru
dengan wangsa yang baru pula. Pada abad ke-10, cucu Sri Maharaja Daksa,
Mpu Sindok, membangun kembali kerajaan ini di Watugaluh (wilayah antara
G. Semeru dan G. Wilis), Jawa Timur. Mpu Sindok naik takhta kerajaan pada
929 dan berkuasa hingga 948. Kerajaan yang didirikan Mpu SIndok ini tetap
bernama Mataram. Dengan demikian Mpu Sindok dianggap sebagai cikal
bakal wangsa baru, yaitu wangsa Isana. Perpindahan kerajaan ke Jawa Timur
tidak disertai dengan penaklukan karena sejak masa Dyah Balitung,
kekuasaan Kerajaan Mataram Kuno telah meluas hingga ke Jawa Timur.
Setelah masa pemerintahan Mpu Sindok terdapat masa gelap sampai masa
pemerintahan Dharmawangsa Airlangga (1020). Sampai pada masa ini
Kerajaan Mataram Kuno masih menjadi saatu kerajaan yang utuh. Akan
tetapi, untuk menghindari perang saudara, Airlangga membagi kerajaan
menjadi dua, yaitu Kerajaan Pangjalu dan Janggala.
Arca Raja Airlangga, raja terakhir Kerajaan Mataram Kuno
Jawa Timur, di Candi Belahan. Arca ini kini disimpan di Museum
Trowulan.

Anda mungkin juga menyukai