Anda di halaman 1dari 51

TUGAS 2

APAKAH PEMIKIRAN DAN KONSEP JAMES


HUTTON MASIH DAPAT DITERAPKAN
DALAM GEOLOGI MODERN ??
10. PERKEMBANGAN
KLASIFIKASI STRATIGRAFI

(Rujukan : R.P.Koesoemadinata, 1995)


Masalah Peristilahan
• Code (Webster):
– A body of law or set of principles (City, Organization etc)
– A set of signals or a system of secret writings
• Kode (Purwadarminta, KBBI):
– Tulisan (kata2, tanda2) dengan maksud tertentu (Kode Etik)
– Sistim dengan tanda-tanda rahasisa
• Sandi:
– Perubahan fonetis (penggabungan kata)
– Tulisan (kata, tanda) dengan arti tertentu, Rahasia (kode)
Kesimpulan:
– Sandi Stratigrafi: daftar dari tulisan, huruf, angka, simbol,
warna yang menyatakan satuan-satuan stratigrafi
– Kode Stratigrafi: Kumpulan sistematis dari aturan-aturan cara
klasifikasi dan penamaan satuan-satuan stratigrafi
ASAL KLASIFIKASI
STRATIGRAFI
• Pada mulanya tujuan ilmu geologi adalah
menyusun sejarah bumi dengan membagi
dalam selang-selang waktu tertentu
• Untuk pembagian period-perioda digunakan
kriteria litologi dan paleontologi
• Kemudian ketidaklanjutan perlapisan
disadari sebagai pembagi perioda paling
utama (unconformity, J.Hutton)
Klasifikasi Stratigrafi
Abad ke18-19
Kandungan fosil diyakini sebagai
pembagi waktu yang benar

• Law of Faunal Succession (Soulavie)


• Identification Strata by fossils (W.
Smith)
Klasifikasi Stratigrafi Inggris
William Smith
PerkembanganPembagian Tersier
KLASIFIKASI STRATIGRAFI
BERDASARKAN PENAFIRAN UMUR DALAM
SKALA WAKTU GEOLOGI BAKU

• Kongres Geologi International ke-2 di Bologna


menentukan adanya 1 kategori klasifikasi saja
berdasarkan kandungan fossil dengan merujuk
pada penampang baku yang universal
• Pemetaan geologi menyatakan satuan stratigrafi
dalam skala waktu geologi universal: era, periode,
epoch, atau stage dengan nama-nama yang baku
untuk seluruh dunia (Eocene, Cretaceous,
Paleozoic dsb)
Kebutuhan Pembagian Stratigrafi
Lokal
• Penelitian geologi di daerah-daerah baru, terutama
untuk kepentingan ekonomis memerlukan satuan-
satuan stratigrafi berdasarkan litologi 
Litostratigrafi
• Kandungan fosil berbagai daerah di dunia tidak
selalu dapat merujuk pada penampang stratigrafi
baku yang terdapat di Eropa
• Munculnya satuan stratigrafi lokal yang diberi
nama system, series, group, formation, members,
beds dsb.
Ashley Report 1933
2-fold Classification
Penjelasan Ashley Report
• Disadari bahwa satuan-satuan stratigrafi yang
didasari litologi (Litostratigrafi) tidak selalu
menunjukkan kesamaan umur
• Diusahakan bahwa satuan-satuan stratigrafi
litologi ini berada dalam rangka umur geologi
• Satuan batuan-waktu (time-rock unit) kental
dengan unsur penafsiran umur maupun genesa
(lithogenetic units)
Kepentingan pemisahan hasil pengamatan
dengan penafsiran

• Perlu adanya kategori satuan stratigrafi yang


didasarkan atas pengamatan semata-mata, dan
bebas dari penafsiran umurnya maupun cara
terbentuknya
• Perlu adanya tatanama stratigrafi yang berbeda
antara kategori satuan stratigrafi berdasarkan
pengamatan litologi dengan kategori satuan
stratigrafi berdasarkan penafsiran umur
geologinya
MUNCULNYA KODE STRATIGRAFI
BERBAGAI NEGARA

• Menjelang terbentuknya International


Subcommission on Stratigraphic Classification dari
IUGS, beberapa negara telah menyusun Kode
Stratigrafi dalam hal penggolongan dan penamaan
satuan-satuan stratigrafi, a.l. Australia (1950)
• Amerika Utara mulai prosesnya yang lama dalam
penyusunan kode stratigrafinya (1948 –1960)
American Stratigraphic Code 1961
3-fold Classification
Pembentukan ISSC dan Proses
Penyusunan Peraturan
• ISSC dibentuk pada Kongres Geologi International
di Norwegia th 1961
• ISSC hanya mengeluarkan petunjuk (guidance) bagi
penyusunan kode stratigrafi
• Masing-masing negara dianjurkan untuk menyusun
kode stratigrafinya
• ISSC menerbitkan International Guide of
Stratigraphic Classification pada tahun 1976
International Guide of Stratigraphic
Classification 1976
Perkembangan 1970-2000

• Tiga dekade terakhir ini telah terjadi perkembangan


yang pesat dalam ilmu geologi maupun teknologi
yang menimbulkan berkembang biaknya kategori-
kategori baru dalam klasifikasi stratigrafi
• Kepentingan untuk memisahkan kategori klasifikasi
stratigrafi berdasarkan pengamatan dan berdasarkan
penafsiran semakin dipertajam
• Berkembang biaknya kategori baru ini tercermin
dalam Kode Stratigrafi Amerika 1976
American Stratigraphic Code 1983
American Stratigraphic Code 1983
Categories Expressing or Related to Geologic Ages
American Stratigraphic Code 1983
Biostratigraphic Type Units
TANGGAPAN ISSC ATAS PROLIFERASI
KATEGORI KLASIFIKASI STRATIGRAFI

• Kategori lithostratigrafi hanya didasarkan atas


pengamatan litologi secara visual, pengamatan
berdasarkan pengukuran alat (seismic, log dsb) hanya
sebagai penunjang.
• Kategori stratigrafi berdasarkan batas ketidak
selarasan dapat diterima.
• Kategori stratigrafi berdasarkan sifat-sifat fisika-kimia
hanya diterima jika dapat digunakan sebagai penunjuk
waktu/umur.
• Kategori satuan stratigrafi lainnya dianjurkan untuk
dimasukkan sebagai satuan stratigrafi informal.
International Stratigraphic Guide 1994
International Stratigraphic Guide 1994
Time Related Terms
PEMBAHASAN
• Sejarah klasifikasi stratigrafi mempertegas
pemisahan kategori deskriptif murni dengan
kategori interpretatif
• Sekala waktu geologi berkembang dari yang
bersifat relatif menjadi yang bersifat mutlak dan
numeris khususnya berdasarkan radiometri
• Ada kecenderungan prolifikasi kategori
klasifikasi stratigrafi sesuai dengan perkembangan
konsep geologi dan teknologi (sequence
stratigraphy, cyclostratigraphy, magnetic polarity,
chemostratigrafi, subsurface stratigraphy ds)
• Kecenderungan kesepakatan internasional
membatasi:
– kategori klasifikasi stratigrafi deskriptif pada kriteria
litologi dan fosil saja (visual)
– kategori klasifikasi stratigrafi interpretatif dalam
hubungan waktu
• Petunjuk Stratigrafi International menganjurkan
tatanama tidak resmi untuk kategori klasifikasi
stratigrafi lainnya
• Petunjuk Stratigrafi Internasional juga menetapkan
persyaratan untuk nama2 satuan stratigrafi yang
resmi
• ISSC menerima adanya nama2 satuan stratigafi
yang tidak memenuhi syarat dalam publikasi demi
keperluan praktis untuk industri ataupun ilmiah,
namun menganjurkan penulisan secara informal
(tanpa huruf besar).
• ISSC juga mengakui kepentingan adanya kategori
klasifikasi khusus untuk berbagai negara, dan
menganjurkannya dalam kode stratigrafi masing-
masing negara.
Kategori satuan stratigrafi hasil pengamatan harus
dengan tegas dipisahkan dengan kategori satuan
stratigrafi hasil penafsirannya.
• Lithostratigraphic units are recognized and
defined by observable physical features and not by
their inferred age, the time span they represent,
inferred geologic history or manner of formation
(genesa, penulis). Definition and recognition of
lithostratigraphic units must be based on
description of the lithologic composition of
actual rock material, not on the geophysical
properties (electric, radioactive, density, sonic,
and other inferred or measured physical
properties) of the rock.”
Pemisahan antara kategori satuan stratigrafi hasil
pengamatan dengan kategori satuan stratigrafi hasil
penafsirannya.(1)

• “ A lithostratigraphic unit may consists of


sedimentary, or igneous, or metamorphic rocks, or
of an association of two or more of these.
Lithostratigraphic units may be composed of
consolidated or unconsolidated rocks. The critical
requirement of the unit is a substantial degree of
overall lithologic homogeneity (diversity in detail
may in itself constitute a form of overall lithologic
unity).
PERMASALAHAN
• Mengingat persyaratan akan nama2 satuan
stratigrafi resmi ada kecenderungan munculnya
lebih banyak nama-nama stratigrafi tidak resmi
dalam literatur daripada nama2 yang resmi.
• Penegakan Kode Stratigrafi dalam literatur
merupakan masalah yang hanya dapat diatasi
dengan disiplin diri dari para penulis dan para
editor dari berbagai jurnal dan penerbitan ilmiah.
• Masalah pembatasan penamaan satuan
stratigrafi secara lateral; khususnya untuk
cekungan terbatas yang tidak
memperlihatkan kontinuitas (Contoh:
Pematang Fm).
• Adanya kategori klasifikasi stratigrafi di
Indonesia dengan kriteria yang bersifat
interpretatif.
Sandi Stratigrafi Indonesia (SSI)

Sandi Stratigrafi Indonesia (SSI) – 1972


direvisi dan dilengkapi  1997

SSI-1972 : Lito dan Biostratigrafi. Lito lebih


difokuskan ke batuan sedimen.
SSI-1997  Lito lebih lengkap, meliputi
batuan volkanik, batuan beku dan juga
batuan metamorfosa
USULAN PENGAJUAN NAMA SATUAN
STRATIGRAFI RESMI BERBAGAI FORMASI
DI INDONESIA

• Pelaksanaan: Tugas akhir, tesis atau disertasi


mahasiswa geologi dari berbagai perguruan tinggi di
Indonesia,
• Publikasi: Majalah/Jurnal Ilmiah (mis. Majalah
IAGI), pada setiap penerbitan ada pengusulan/
peresmian nama satuan stratigrafi
• Pendanaan: Tidak perlu khusus
GEOLOGIC TIME SCALE

Geological Concepts
Development of Geologic Time Scale
and Stratigraphic Classification
• Smith’s Stratigraphic Classification of England
• Contributions to the Geologic Timescale
Nomenclature
• International Geological Congress Paris 1878 and
Bologna 1881 ( 1-fold classification)
• Ashely Report (1933) (2 fold classification)
• North American Stratigraphic Code (1956) and
IGC (1961) (3 fold classification)
• North American Stratigraphic Code (1986) and
IGC (1990) (multi-fold classification)
TIME AND GEOLOGIC TIME

• Chronometric: duration of events with no


reference to geologic boundaries
• Geochronometry /geochronology:
duration of events in reference to geologic
boundaries
• Chronostratigraphy/Chronostratic:
sequence of rocks bounded by time
GEOLOGIC
TIME
SCALE
Geologic Time Scale
GEOLOGIC TIME SCALE
Terminologi Kuarter (Quaternary) untuk geologi pertama
kali diusulkan oleh Desnoyer pada tahun 1829 untuk endapan
sedimen yang menutupi sedimen Tersier di Cekungan Paris
(Paris Basin)
Pada tahun 1839, Lyell memngajukan nama Pleistocene –
berarti paling baru – untuk endapan yang mengandung > 70 %
moluska marin yang masih hidup hingga sekarang ini
Selanjutnya, Forbes pada tahun 1846 menyatakan bahwa
Pleistocene sebenarnya merupakan sinonim untuk Glacial
Epoch, sedangkan Recent untuk Postglacial.
Pada tahun 1885, International Geological Congress
mengusulkan terminologi Holocene yang berarti seluruhnya
baru.
Holocene  seluruhnya baru
Kuarter _______

Plestosen  paling baru


Zaman Kuarter dipisahkan dari Zaman Tersier

1. Munculnya manusia pertama/purba : Australopithecus,


Homo erectus
2. Terjadinya perubahan iklim hangat/panas (Pliosen – fauna
panas) ke iklim dingin (Plestosen – fauna dingin)  jenis
fauna : moluska laut
 Data dari pemboran laut di Mediterania, Italia.

Calabrian - fauna dingin


Plestosen Pre Calabrian - fauna sedang
____________________________________
Pliosen Astian
Plaisancian - fauna panas/hangat
Tabianian
3. Data lainnya :
* Foraminifera : Adanya kepunahan foram plankton
Globigerinoides saculiferus, Globigerinoides fustilosa,
Globorotalia tosaensis yang punah pada Akhir Pliosen (N-21)
dan munculnya Globorotalia truncatulinoides pada awal
pemunculannya pada Plestosen Awal (N-22)
* Punahnya nannoplankton Discoaster (Discoaster broweri dan
Discoaster omega ) Akhir Pliosen.
* Paleomagnetisme : Adanya magnetisme positif bumi pada
saat periode negatif Matuyama yang disebut periode Olduvai
: 1,8 juta yl.  sebagai batas Tersier dan Kuarter
* Periode Glasiasi : Wurm dingin R
-------- Riss-Wurm - hangat T
Riss dingin R
-------- Mindell-Riss – hangat T
Mindel dingin R
-------- Gunz – Mindell – hangat T
Gunz dingin R
1,8 jtl – Olduvai Event
BATAS PLIO-PLESTOSEN
Akhir Zaman Tersier (Pliosen) memasuki awal
Zaman Kuarter (Plestosen) keadaan bumi sangat
tidak stabil (labil) yang ditandai oleh kegiatan
tektonik (gempa,magmatisme serta volkanisme)
yang sangat aktif, dikenal sebagai Fasa Tektonik
Plio-Plestosen yang terjadi hampir diseluruh dunia,
pada waktu bersamaan terjadi proses sedimentasi,
perkembangan evolusi organisme (fauna dan
tetumbuhan) yang pesat, serta kemunculan awal
Hominidae (Kelompok Kera dan Manusia)
SENJA DI PANTAI SURADE – SUKABUMI SELATAN - 2004

Anda mungkin juga menyukai