Anda di halaman 1dari 16

Penyakit Infeksius

drh A Magfira Satya Apada


Aflatoksin
Etiologi
 Kapang mampu menghasilkan metabolit beracun
yang disebut mikotoksin
 Aflatoksin: merupakan mikotoksin yang
dihasilkan oleh (kapang) Aspergillus flavus,
Aspergillus nidulans, Aspergillus versikolor dan
Aspergillus parasiticus
 Pertama kali diisolasi dari penyakit
Turkey”X”Disease di Inggris pada tahun 1960
 Penyakit yang ditimbulkan oleh aflatoksin
disebut aflatoksikosis
 Tumbuh pada suhu 4-40°C (optimal 25-33°C),
kelembaban 75-78%
 Tersebar luas di udara, alam, tanah, dapat
mencemari bahan makan pokok (kacang, jagung,
beras, ubi kayu, cabe), dan juga bisa terdapat di
hewan (utamanya unggas)
 Sifat: karsinogeneik dan hepatotoksik
 Residu aflatoksin: B1, B2, G1, dan G2
 Akumulasi residu: paru2, otak, otot, hati, darah,
ginjal urin
 Jika aflatoksin B1 dan G1 masuk ke dalam tubuh
hewan melalui pakan, akan dikonversi menjadi
afltoksin M1 dan M2 yang dapat diekskresikan dalam
susu dan urin
Epidemiologi
 Kejadian di Indonesia yang merupakan negara
tropis sangat sulit dihindari mengingat kondisi
iklim dengan tingkat kelembaban, curah hujan
dan suhu yang amat tinggi sangat mendukung
pertumbuhan Aspergillus flavus sebagai
penghasil aflatoksin
Gejala Penyakit
 Bersifat akut dan kronis (tergantung dosis, lama
kontak, status nutrisi dan umur ayam)
 Ayam muda: keracunan akut

 Ayam tua: keracunan kronik

 FCR meningkat

 Muntah, diare, nafsu makan turun, luka pada


rongga mulut, pertumbuhan lambat dan tidak
merata
 Pigmentasi abnormal pada kaki dan jari

 Pial dan jengger pucat

 Ataksia, lumpuh, konvulsi dan opistotonus


 Penurunan produksi telur, fertilitas, dan daya
tetas telur
 Broiler: pigmentasi karkas, memar pada kulit

 Respon yang tidak bagus pada program


vaksinasi dan pengobatan
 Perbesaran pada hati dan ginjal

 Rapuh dan hiperplasia sel pada hati

 Distensi duodenum krn ada penumpukan cairan

 Perdarahan pada saluran pencernaan, kulit dan


otot
 Bintik2 putih pada hati dan paru2
Patogenesa
 Inhalasi dan ingesti—metabolisme (bioaktivasi,
konjugasi dan dekonjugasi) di hepar, otot,
darah—tubuh mengurangi efek racun—racun
dikeluarkan melalui urin, susu, telur, cairan
empedu—yang tidak keluar mengakibatkan
kanker
 Pada ayam petelur: aflatoksin menghambat
proses pematangan sel telur, produksi menurun
 Aflatoksin menyebabkan penurunan kadar
protein serum, lipoprotein dan karotenoid
sehingga protrombin dan proses koagulasi
terganggu—terjadi hemoragi
 Aflatoksin menyebabkan penghambatan proses
konversi vitamin D3 yang terkandung dalam
ransum menjadi bentuk aktif—proses
metabolisme kalsium dan fosfor dalam tubuh
ayam terganggu—kualitas kerabang telur
menurun
 Aflatoksin mengganggu proses pembentukan
protein—menurunkan jumlah antibodi yang
terbentuk--immunosupresive
Diagnosa
 Recording
 Isolasi dan identifikasi

 Perubahan patologik
Pencegahan
 Kontrol lama penyimpanan pakan (maksimal 30
hari sejak tanggal produksi)
 Pemeriksaan kualitas bahan baku secara rutin.

 Pada bahan baku, berikan alas untuk


penyimpanan. Bahan baku yang lebih dahulu
ada, itu yang pertama kali digunakan.
 Hindari penyimpanan yang terkena matahari
langsung, terhindar dari hujan dan bocor.
 Beri jarak penyimpanan pakan dengan dinding

 Berikan mold inhibitor


Pemberantasan penyakit
 Membuang pakan yang terkontaminasi jamur
 Penambahan toxin binder pada pakan: zeolit,
bentonit, hydratesodium calcium aluminosilicate.
 Penambahan antioksidan dan vitamin E untuk
mengurangi efek mikotoksin
 Pemberian vitamin, terutama vitamin larut
lemak, protein kasar dan asam amino
Hepar

Anda mungkin juga menyukai