Anda di halaman 1dari 24

MAGANG BERSAMA

8 Februari 2018

PERJANJIAN BERNAMA (NOMINATE)


DAN
PERJANJIAN TAK BERNAMA (INNOMINATE)

Oleh:
Dr. A.A. ANDI PRAJITNO, S.H., M.Kn.
PERJANJIAN
 Perjanjian diatur dalam KUHPerdata, Buku Ke III
 ada 2 jenis perjanjian menurut KUHPerdata Pasal 1319
- Bernama : diatur pada KUHPerdata dan KUHD . misalnya :
jual beli, sewa menyewa, tukar menukar, kuasa, subrogasi,
novasi, cessie, dll
- Tidak bernama : merupakan perkembangan dari kebutuhan
masyarakat . misalnya : perjanjian franchise, perjanjian
kredit sindikasi, perjanjian kerjasama, perjanjian lisensi, dll
PERJANJIAN BERNAMA
 Perjanjian Jual Beli atau Perjanjian Ikatan Jual Beli
 Perjanjian Sewa Menyewa
 Perjanjian Tukar Menukar
 Akta Kuasa
 Akta Subrogasi (Pasal 1401-1403 KUHPerdata)
- Bersumber dari Undang- Undang
- Bersumber dari Perjanjian , terbagi menjadi
a. atas inisiatif Kreditur,
b. atas inisiatif debitur
 Akta Novasi (Pasal 1413-1424 KUHPerdata)
- Novasi Subyektif pasif
- Novasi Subyektif aktif
- Novasi Obyektif
 Akta Cessie (pasal 613-624 KUHPerdata)
lanjutan
 Akta De Command
 Akta Wesel Protes
Perjanjian Sah
 Perjanjian sah bila memenuhi KUHPerdata Pasal 1320 dan Pasal 1330
Syarat sahnya perjanjian menurut Pasal 1320:
1. kesepakatan mereka yang mengikatkan dirinya;
2. kecakapan untuk membuat suatu perikatan;
3. suatu pokok persoalan tertentu;
4. suatu sebab yang tidak terlarang.
Menurut Pasal 1330 KUHPer,Yang disebut tak cakap untuk membuat
persetujuan adalah;
1. anak yang belum dewasa;
2. orang yang ditaruh di bawah pengampuan;
3. perempuan yang telah kawin dalam hal-hal yang ditentukan undang-
undang dan pada umumnya semua orang yang oleh undang-undang
dilarang untuk membuat persetujuan tertentu.
Subyek Perjanjian
a. Orang perorangan
-Harus Cakap
b. Badan hukum
- Berkaitan dengan kewenangan /dalam jabatannya
Unsur Perjanjian menurut Prof. Herlien Budiono
1. ESSENTIALIA, merupakan unsur yang harus ada pada suatu
perjanjian tertentu yaitu pihak-pihaknya, kata sepakat, objeknya
yang tertentu dapat ditentukan, kausanya, termasuk harga jual beli
pada suatu jual beli atau harga sewa pada suatu sewa menyewa.
2. NATURALIA, merupakan bagian dari perjanjian yang karena sifat
perjanjian seperti pada perjanjian bernama, ketentuan tertentu
dianggap ada tanpa perlu diperjanjikan secara khusus oleh para
pihak karena telah diatur di dalam undang-undang, sepertu jual beli
tidak memutuskan sewa menyewa, kecuali diperjanjikan lain oleh
para pihak (KUHPerdata Pasal 1576 ayat (1)), perjanjian beralih
kepada para ahliwaris atau mereka yang memperoleh hak
daripadanya (KUHPerdata Pasal 1318). Artinya walau hal yang
dipercontohkan tersebut tidak dimuat didalam akta tetapi undang-
undang sudah mengaturnya. Tentunya adalah lebih baik apabila
ditegaskan di dalam perjanjian.
3. ACCIDENTALIA, merupakan bagian dari perjanjian berupa
ketentuan yang diperjanjikan secara khusus oleh para pihak,
misalnya tempat penyerahan barang, domisili, pilihan hukum yang
berlaku untuk perjanjian.
 Dari uraian pasal-pasal dan asas-asas tersebut diatas maka secara
ringkas dan jelas dapat disimpulkan pembuatan akta harus
memenuhi unsur-unsur kejelasan dan kepastian tentang;
- Subyek Hukum (KUHPerd. buku I), orang atau badan hukum ;
- Obyek Hukum (KUHPerd. buku II) benda berujud maupun tak
berujud yang mem punyai nilai ekonomi;
- Perbuatan dan prestasi hukum (KUHPerd. buku III), sikap
untuk melakukan atau tidak melakukan;
- Waktu/masa berlakunya perjanjian (KUHPerd. buku IV),
kepastian berakhirnya perjanjian;
- Denda/sanksi bilamana terjadi wanprestasi, bisa berupa
prestasi dan benda maupun hak kebendaan yg memiliki nilai
ekonomi.
 Bentuk perjanjian
- Perjanjian dibawah tangan
- Perjanjian yang dibuat secara otentik.

a. Perjanjian dibawah tangan :


- dapat dibuat oleh semua orang/ pejabat.

b. Perjanjian yang dibuat secara otentik


- dibuat oleh dan/ atau dihadapan pejabat
yang berwenang (openbaar ambtenaar).
Akta Otentik yang dibuat oleh/dan di hadapan Pejabat
yang berwenang
 Akta ini bersifat keperdataan, dibuat atas permintaan pihak(-
pihak) oleh dan atau di hadapan pejabat yang berwenang dan
undang-undang mengharuskan untuk itu. Pejabat-pejabat umum
(Openbaar Ambtenaar) yang dimaksud yaitu :
1. Notaris;
2. Juru Lelang/Pejabat Lelang (Vendue Master);
3. PPAT (Pejabat Pembuat Akta Tanah), yang
sampai saat ini belum diatur oleh undang-
undang organik.
Akta Notaris
 Macam akta notaris
a. Partij acte
b. Relaas acte
c. ambtelijk acte
a. Partij acte
 Akta Pihak (Partij Acte), dalam akta partij, Notaris merelatir
permintaan/kemauan/kehendak dari pihak(-pihak)/comparanten yang
- akta pihak;
- akta In Originali;
- akta kuasa kosong (blanko volmacht), dalam akta ini penerima kuasa
belum tertulis;
- akta Penunjukkan Pembeli (Acte de Command), dimana pembeli
atau pemberi kuasa masih belum diketahui. Nama pembeli atau
pemberi kuasa harus telah tertulis dan ditentukan terhitung 1 (satu)
tahun sejak ditandatanganinya akta ini.

 Akta Pihak adalah akta yang dibuat di hadapan Notaris atas permintaan
pihak (-pihak), Notaris hanya mendengarkan keinginan sebagaimana
diterangkan oleh pihak(-pihak) kemudian dituangkan kedalam bentuk
akta notariel sesuai undang-undang.
b. Relaas Acte
Isi akta merupakan konstatir “kenyataan” yang dilihat, diketahui,
dirasakan Notaris pada saat menghadiri undangan tersebut.
Contohnya :
- Akta Berita Acara Rapat;
- Akta Berita Acara Undian.
 Akta yang dibuat oleh (door) Notaris, biasa disebut dengan istilah
Akta Relaas atau Berita Acara
 Akta Relaas akta yang dibuat oleh Notaris atas permintaan para
pihak, agar Notaris mencatat atau menuliskan segala sesuatu hal
yang dibicarakan oleh pihak berkaitan dengan tindakan hukum
atau tindakan lainnya yang dilakukan oleh para pihak, agar
tindakan tersebut dibuat atau dituangkan dalam suatu akta
Notaris.
Lanjutan relaas acte
 Dalam Akta Relaas ini Notaris menulis atau mencatatkan
semua hal yang dilihat atau didengar sendiri secara
langsung oleh Notaris yang dilakukan para pihak.
 Untuk Badan Hukum yang telah mendapat pengesahan
dari instansi yang berwenang, maka setiap tindakan
hukum yang dilakukan Badan Hukum tersebut wajib
dibuat atau dituangkan ke dalam Akta Relaas. Hal ini
dilakukan karena Badan Hukum sebagai Subjek Hukum
yang mempunyai kedudukan yang sama dengan subjek
Hukum Manusia, yang di represetasikan oleh para
pengurusnya.
c. Ambtelijk acte
 Akta berisikan perbuatan hukum dari Notaris
berupa teguran atau pembetulan dari akta yang
dibuatnya. Contohnya :
- Akta Wessel Protes (Pasal 143 dan Pasal
218 Wetboek Van Koophandel);
- Akta Berita Acara Pembetulan (telah
dihapus dan tidak diatur dalam UUJN No 2
tahun 2014).
Proses Pembuatan Akta Notaris
1. Tahapan Awal: Notaris pertama-tama harus dapat
menilai Penghadap/Pihak apakah penghadap/pihak
cakap dan berwenang serta tidak termasuk yang
dilarang oleh hukum yang berlaku.

2. Tahapan kedua: Pihak-pihak yang berkepentingan


mengutarakan maksud dan tujuannya. Notaris harus
mampu melihat maksud tujuan pihak-pihak tersebut
membuat akta serta perbuatan hukum ini atas dasar
kesepakatan yang tulus bukan ada unsur keterpaksaan,
sebagaimana tertulis dalam pasal 1321 KUHPerdata
lanjutan
3. Tahapan ketiga: apabila maksud dan tujuan pembuatan
akta tidak melanggar hukum, ideologi, adat istiadat,
budaya maka akan ditindak lanjuti dengan meminta
kelengkapan data/dokumen baik asli maupun fotocopy
yang harus dilengkapi oleh penghadap/pihak untuk
diteliti kebenarannya.
Data pendukung atau dokumen dimaksud antara lain
Identitas Diri, Status Keperdataan, Surat Perijinan, surat
kepemilikan dan lain-lain, yang harus dicermati dengan
teliti keabsahannya. Kemungkinan akibat hukumnya juga
harus diterangkan secara jelas dan tegas.
Lanjutan
4. Tahapan keempat: Setelah pihak mengerti dan memahami
keterangan dari notaris dan pihak menyatakan setuju atau
semupakat, maka dengan segera notaris menyiapkan minuta
aktanya, memerlukan waktu yang lamanya tergantung pada
situasi dan kondisi bisa sesaat kemudian juga bisa beberapa hari.

5. Tahapan kelima: Minuta akta siap, di hadapan pihak dan saksi-


saksi dibacakan, diterangkan sekali lagi, kemungkinan ada
pembetulan dari pihak/penghadap. Setelah penghadap/pihak
menerima, mengetahui, mengerti, memahami dan setuju atas
apa yang direlatir dalam minuta akta oleh notaris maka dengan
segera minuta akta itu diparaf/dibubuhi cap empujari tangan bila
ada perbaikan (renvoi) dan ditandatangani/dibubuhi cap
empujari tangan berturut-turut oleh pihak/penghadap, saksi-
saksi dan terakhir notaris.
lanjutan
 Notaris tidak membacakan, tidak menerangkan isi akta
atas permintaan pihak/pihak-pihak karena sudah
memahami dan mengerti sepenuhnya tentang isi akta
tersebut, maka dengan segera minuta akta itu tiap
halaman dibubuhi parap/cap empujari kiri dan halaman
terakhir ditandatangani dan/atau dibubuhi cap empujari
kiri.
Pada penutup aktanya harus ditulis tidak dibacakan atas
permintaan penghadap. Penandatanganan/pembubuhan
cap empujari tangan akta harus diselesaikan pihak saat
selang waktu saat itu juga secara berturutan
Lanjutan
 Penandatanganan/pembubuhan cap empujari tangan
akta harus diselesaikan pihak saat selang waktu saat
itu juga secara berturutan ditempat yang sama,
bukan ditanda tangani/dibubuhi cap empujari tangan
secara terpisah satu sama lain ditempat dan waktu
yang berbeda.
 Hal ini harus diperhatikan oleh notaris karena
pelanggaran dalam proses pembuatan akta dapat
menjadikan akta ini hilang nilai Otensitasnya dan
merupakan pelanggaran sumpah jabatan.
Lanjutan
 Hasil dari proses pembuatan akta tersebut di atas dikenal
dengan nama MINUTA AKTA yang disimpan dalam protokol
notaris dimana akta tersebut dibuat, pihak (- pihak) yang
tertulis dalam akta atau orang yang berkepentingan
(onmiddelijk belanghebbende) berhak dan akan memperoleh
SALINAN AKTA dari minuta akta tersebut bermeterai,
berstempel jabatan notaris dan ditandatangani hanya oleh
notaris saja. Salinan akta ini wajib diberikan kepada pihak-
pihak yang namanya tercantum di dalam akta tersebut atau
kuasanya secara tertulis. Salinan akta yang diberikan kepada
pihak (- pihak) ini dapat berfungsi sebagai tolak ukur atau
panduan untuk melaksanakan isi yang telah diperjanjikan
sehingga dapat menghindari terjadinya wanprestasi dari
pihak-pihaknya.
 Dapat disimpulkan bahwa tahapan tersebut,
disederhanakan menjadi 2 tahapan, yaitu:
a. Opmaken : tahapan drafting (membuat akta), bisa
dilaksanakan dalam waktu relatif lama
b. Uitsliten : tahapan pembacaan, penyelesaian akta,
dan ditandatangani oleh para pihak dengan
sempurna. Hanya beberapa jam saja
Kesimpulan
 Bahwa perjanjian-perjanjian bernama maupun tidak
bernama seyogyanya dibuat dalam bentuk akta otentik
 Pejabat yang berwenang dalam membuat akta otentik
harus memiliki karakter sbb:
1. independent (mandiri, tidak memihak),
2. jujur,
3. integritas,
4. profesional
 Bahwa jabatan notaris tersebut bukan termasuk mata
pencaharian melainkan sebagai pejabat.
SIMULASI AKTA UNTUK
PERJANJIAN

Anda mungkin juga menyukai