Anda di halaman 1dari 36

Penatalaksanaan Pasien Kelainan

Sistemik Sebelum Dilakukan


Tindakan Bedah Minor
Oleh : Susana A.P Kbarek
NIM : 20180811018156
Definisi
• Bedah minor didefinisikan sebagai suatu teknik bedah ringan yang
dilakukan pada jaringan superfisial. Anestesi lokal sering diperlukan
untuk prosedur ini dan tingkat komplikasinya serta risikonya sedikit.
Tujuan
• Sebelum dilakukan suatu tindakan bedah pasien dengan kelainan sistemik
harus di tinjau kesiapannya untuk menjalani proses bedah hal ini
dilakukan agar menghindari terjadinya resiko post bedah.
Pembahasan
Hipertensi

Diabetes
Mielitus Pembahasan Stroke

Pasien
Gravid
1.Hipertensi
Hipertensi adalah kondisi medis dengan tekanan darah di arteri yang
meningkat, di tandai dengan tekanan darah sistolik > 140 mmHg dan
tekanan darah diastolic > 90 mmHg
Patofisiologi
Tabel klasifikasi Hipertensi menurut JNC VII
Klasifikasi TD Sistolik TD Diastolik
Normal <120 mmHg <80 mmHg
Pre-hipertensi 120-139 mmHg 80-89 mmHg
Hipertensi derajat 1 140-159 mmHg 80-99 mmHg
Hipertensi derajat 2 ≥160 mmHg ≥100 mmHg
Etiologi
 Genetik
Pada umumnya hipertensi
tidak mempunyai penyebab  Obesitas
yang spesifik. Hipertensi
terjadi sebagai respon  Jenis kelamin
peningkatan cardiac output
atau peningkatan tekanan  Stres
perifer. Namun ada
beberapa faktor yang  Kurang olahraga
mempengaruhi terjadinya
 Pola asupan garam
hipertensi antara lain :
dalam diet
 Kebiasaan Merokok
Diagnosis Penatalaksanaan

• Hipertensi dapat didiagnosis • Prosedur perawatan gigi untuk


dengan mengukur tekanan darah hipertensi harus di perhatikan
pasien. sebelum melakukan tindakan bedah
minor untuk menghindari resiko
 pasien dianggap hipertensi jika perdarahan pasca operasi dan
tekanan sistoliknya sama vasokonstriksi yang terjadi akibat
dengan atau melebihi 140 penggunaan anestesi lokal.
mmHg, dan jika tekanan • Pada pasien yang sangat cemas bisa
diastolik lebih besar atau sama diberikan dosis kecil diazepam (5
dengan 90 mmHg, atau pasien mg) atau short acting
pernah menerima obat benzodiazepin, seperti oxazepam
antihipertensi. (30 mg) malam sebelumnya dan 1
jam sebelum ke dokter gigi.
2. Stroke
• Stroke adalah gangguan fungsi saraf yang disebabkan oleh gangguan
aliran darah dalam otak yang dapat timbul secara mendadak dalam
beberapa detik atau secara cepat dalam beberapa jam dengan gejala atau
tanda-tanda sesuai dengan daerah yang terganggu.
• Menurut WHO, stroke adalah terjadinya gangguan fungsional otak local
maupun global secara mendadak dan akut yang berlangsung lebih dari 24
jam akibat gangguan aliran darah otak.
Patofisiologi
Penatalaksanaan
• Seorang pasien dengan stroke harus mendapatkan perhatian khusus
selama perawatan gigi.
• Pasien cacat harus dibantu oleh perawat untuk duduk di kursi tindakan,
saluran pernapasan harus dipastikan bebas dan harus ditemani oleh
orang yang merawat mereka, terutama jika ada kesulitan bicara
• Obat antikoagulan dapat menyebabkan perdarahan serius, oleh karena itu
obat antikoagulan seperti heparin harus dihentikan setidaknya 6-12 jam
sebelum tindakan.
3.Pasien Gravid (Kehamilan)
• Kehamilan merupakan suatu fase • Selain itu, selama perawatan yang
penting dalam kehidupan seorang juga perlu diperhatikan adalah posisi
perempuan dan ditandai dengan pasien wanita hamil di kursi dental.
perubahan fisik dan fisiologis. Posisi pasien wanita hamil berbeda
Perubahan ini berdampak signifikan dengan posisi pasien pada umumnya.
pada hampir semua sistem organ Perkembangan janin setiap pekannya
tubuh, termasuk rongga mulut. menyebabkan rahim ibu juga
Perlakuan khusus diperlukan bagi mengalami perbesaran sehingga
seorang wanita ketika akan menjalani perut akan tampak membesar pula.
perawatan bedah mulut sehingga Jika pasien diposisikan pada posisi
tidak menimbulkan risiko untuk ibu supinasi atau terlentang maka akan
dan perkembangan janin. berdampak buruk pada pasien
sehingga dokter gigi perlu
mengetahui posisi yang aman bagi
pasien wanita hamil di kursi dental.
Perubahan pada rongga mulut wanita hamil

• Perubahan oral meliputi gingivitis, hiperplasia gingiva, pyogenic


granuloma, dan perubahan aliran saliva. Peningkatan dari sirkulasi
estrogen menyebabkan meningkatnya permeabilitas kapiler sehingga
menjadi predisposisi ibu hamil untuk mengalami gingivitis dan
hiperplasia gingiva. Kehamilan tidak hanya menyebabkan penyakit
periodontal tetapi memperparah kondisi yang sudah ada.
Berikut beberapa masalah kesehatan gigi dan mulut pada wanita hamil
antara lain
1) Pregnancy gingivitis
• Sebagian besar wanita hamil
menunjukkan perubahan pada gingiva
akibat kurangnya kesadaran menjaga
kebersihan gigi dan mulut. Gingiva
terlihat lebih merah dan mudah
berdarah ketika menyikat gigi, yang
dikenal dengan istilah gingivitis.
Penyebabnya adalah meningkatnya
hormon seks wanita dan vaskularisasi
gingiva sehingga memberikan respon
yang berlebihan terhadap iritasi lokal.
Selama kehamilan, tingkat progesteron
pada wanita hamil dapat mencapai
sepuluh kali lebih tinggi dari biasanya.
Hal ini dapat meningkatkan Gambar 3.1. Pregnancy gingivitis
pertumbuhan bakteri tertentu yang pada ibu hamil
menyebabkan peradangan gingiva.
2) Pregnancy tumor
Pregnancy tumor terlihat sekitar 1-
5% pada wanita hamil. Lesi terlihat
sebagai eritematous dengan
permukaan licin dan
pembengkakan yang biasanya
terdapat pada aspek labial dari
papilla interdental. Bagian lain dari
rongga mulut seperti lidah,
palatum, dan mukosa bukal dapat
terlibat. Lesi ini termasuk jinak dan
terlihat pada akhir trimester Gambar 3.2. Pregnancy tumor
pertama. pada ibu hamil
3) Erosi

Rasa mual dan muntah merupakan gejala yang biasa ditemukan pada
wanita hamil. Rasa mual dan muntah yang berlebihan dapat
menyebabkan erosi pada enamel selama terjadi kontak yang terus-
menerus antara permukaan gigi dengan asam lambung. Untuk mencegah
erosi, wanita hamil disarankan untuk menggunakan obat kumur yang
mengandung fluoride dan tidak langsung menyikat gigi setelah muntah.
4) Mobilitas gigi meningkat

Selama kehamilan, hormon seks perempuan seperti estrogen dan


progesterone meningkat dan menunjukkan semakin melemahnya
ligament periodontal yang dapat menyebabkan peningkatan mobilitas
gigi. Kegoyangan atau mobilitas gigi yang parah menunjukkan penyakit
periodontal yang parah dan harus dievaluasi oleh dokter gigi secepat
mungkin
5) Karies gigi

Kehamilan tidak langsung menyebabkan terjadinya karies gigi. Faktor-


factor yang dapat mendukung lebih cepatnya proses karies gigi yang
sudah ada pada wanita hamil antara lain pH saliva wanita hamil lebih
asam jika dibandingkan dengan wanita yang tidak hamil dan konsumsi
makanan ringan yang mengandung gula.
6) Periodontitis
Periodontitis merupakan inflamasi dektruktif jaringan periodonsium
yang mempengaruhi hampir 30% wanita hamil. Proses inflamasinya
melibatkan infiltrasi bakteri ke jaringan periodonsium.
• Obat-obatan yang bersifat teratogenik
Obat teratogenik adalah obat-obat yang dapat berkontribusi terhadap kelainan
perkembangan pada janin seperti celah bibir, celah langit-langit, perubahan warna
gigi, dan sebagainya. Risiko terbesar bagi janin terpapar teratogen terjadi pada
usia tiga sampai delapan minggu setelah pembuahan. Selama waktu tersebut,
terkadang ibu tidak menyadari bahwa dia sedang hamil.
Berikut beberapa contoh obat-obatan yang bersifat teratogenik, antara lain:
1. Diazepam (Valium)
2. Midazolam (Versed)
3. Lorazepam (Ativan)
4. Triazolam (Halcion)
5. Tetrasiklin
6. Kodein
Penatalaksanaan
• Perawatan bedah mulut minor dapat dilakukan saat hamil namun yang
harus diingat adalah kondisi fisiologis yang terjadi pada wanita hamil.
• Pencabutan gigi pada wanita hamil tidak boleh dilakukan pada trimester
pertama kehamilan. Hal ini disebabkan oleh pembentukan organ terjadi
selama trimester ini. Liver, jantung, ginjal, dan sebagainya dibentuk pada
trimester pertama kehamilan. Janin berisiko tinggi mengalami malformasi
jika sang ibu dalam keadaan stress. Jika tindakan pencabutan gigi sangat
diperlukan pada trimester ini, maka sebaiknya tindakan dilakukan pada
akhir trimester pertama
• Saat melakukan tindakan, pasien
tidak boleh diposisikan
terlentang di kursi dental untuk
mencegah vena cava inferior
tertekan yang akan menyebabkan
terjadinya hipotensi.

Gambar 3.3. Posisi ibu hamil di


kursi dental
Antibiotik yang aman digunakan selama kehamilan
• Setiap pemakaian obat pada kehamilan tanpa memandang usia hamil
kemungkinan dapat menimbulkan kelainan pada janin baik fisik maupun mental
dalam tingkat ringan sampai berat. Hampir semua antibiotik dapat melintasi
plasenta sehingga berpotensi mempengaruhi janin
• Oleh karena itu, penting bagi kita untuk mengetahui antibiotik yang aman
digunakan selama kehamilan, antara lain:
1. Semua jenis penisilin
2. Semua jenis sefasporin
3. Eritromisin (E-mycin)
4. Azitromisin (Zithromax)
5. Klindamisin (Cleocin)
6. Metronidazol (Flagyl)
Analgesik yang aman digunakan selama kehamilan

• Analgesik atau obat penghalang nyeri adalah zat-zat yang mengurangi


atau menghalau rasa nyeri tanpa menghilangkan kesadaran.
• Acetaminofen (Tylenol/Tempra/Panadol) atau paracetamol termasuk
dalam kategori B yang paling aman digunakan selama kehamilan.
Anestesi lokal yang aman digunakan selama kehamilan

• Anestesi lokal mampu melewati barier plasenta dan masuk ke dalam


aliran darah janin dengan cara difusi pasif sehingga obat-obat ini
memberikan efek yang sama pada ibu dan janin. Namun, kebanyakan
anestetikum lokal aman dan nonteratogenik. Anestetikum lokal yang
aman digunakan saat kehamilan antara lain:
1.Lidokain (Xylocaine/Lignocaine/Dalcaine, Octocaine) 2% dengan
1:100.000 epinefrin
2. Prilokain (Citanest/Xylonest/Distanest) HCL 4 % dengan 1:200.000
epinefrin
3. Prilokain (Citanest/Xylonest/Distanest) HCl 4 % tanpa epinefrin
Anestesi lokal relatif aman ketika digunakan secara tepat dengan dosis
yang tepat pula
4. Diabetes Mielitus
• Diabetes mellitus adalah kelainan metabolik yang disebabkan oleh banyak
factor seperti kurangnya insulin atau ketidakmampuan tubuh untuk
memanfaatkan insulin (Insulin resistance), dengan simtoma berupa
hiperglikemia kronis dan gangguan metabolism karbohidrat, lemak dan
protein.
• Kesehatan rongga mulut merupakan salah satu indikator akan baik atau
tidaknya pengelolaan status kesehatan pada penderita Diabetse Melitus.
Diabetes Melitus merupakan salah satu penyebab komplikasi yang timbul
di dalam rongga mulut. Kesehatan rongga mulut ini akan semakin buruk
jika penderita Diabetes Melitus tidak mengerti bagaimana penanganan hal
ini.
Faktor risiko diabetes:

- Kelompok usia dewasa tua (45 tahun ke atas).


- Kegemukan
- Tekanan darah tinggi (> 140/90 mmHg).
- Riwayat keluarga DM
- Riwayat kehamilan dengan BB lahir bayi > 4000 gram.
- Riwayat DM pada kehamilan.
- Dislipidemia (HDL < 35 mg/dl dan atau Trigliserida > 250 mg/dl.
- Pernah TGT (Toleransi Glukosa Terganggu) atau GDPT (glukosa darah
puasa terganggu).
MANIFESTASI DIABETES MELITUS PADA RONGGA MULUT

1) Xerostomia (Mulut Kering)

Diabetes yang tidak terkontrol menyebabkan penurunan aliran saliva (air


liur), sehingga mulut terasa kering. Saliva memiliki efek self-cleansing, di
mana alirannya dapat berfungsi sebagai pembilas sisa-sisa makanan dan
kotoran dari dalam mulut. Jadi bila aliran saliva menurun maka akan
menyebabkan timbulnya rasa tak nyaman, lebih rentan untuk terjadinya
ulserasi (luka), lubang gigi, dan bisa menjadi ladang subur bagi bakteri
untuk tumbuh dan berkembang
2) Periodontitis

Periodontitis ialah radang pada jaringan pendukung gigi (gusi dan tulang).
Selain merusak sel darah putih, komplikasi lain dari diabetes adalah
menebalnya pembuluh darah sehingga memperlambat aliran nutrisi dan
produk sisa dari tubuh. Lambatnya aliran darah ini menurunkan
kemampuan tubuh untuk memerangi infeksi, Sedangkan periodontitis
adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri. Dan hal ini menjadi
lebih berat dikarenakan infeksi bakteri pada penderita Diabetes lebih berat.
Ada banyak faktor yang menjadi pencetus atau yang memperberat
periodontitis, di antaranya akumulasi plak, kalkulus (karang gigi), dan
faktor sistemik.
Rusaknya jaringan Periodontal membuat gusi tidak lagi melekat ke gigi,
tulang menjadi rusak, dan lama kelamaan gigi menjadi goyang.
Gambar 4.1 pasien DM dengan periodontal dan
tanggalnya gigi akibat lanjutan dari periodontal
3) Stomatitis Apthosa (Sariawan)

Meski sariawan biasa dialami oleh banyak orang, namun penyakit ini
bisa menyebabkan komplikasi parah jika dialami oleh penderita
diabetes. Penderita Diabetes sangat rentan terkena infeksi jamur
dalam mulut dan lidah yang kemudian menimbulkan penyakit sejenis
sariawan. Sariawan ini disebabkan oleh jamur yang berkembang
seiring naiknya tingkat gula dalam darah dan air liur penderita
diabetes.
4) Oral thrush
Oral thrush atau oral candida adalah
infeksi di dalam mulut yang
disebabkan oleh jamur, sejumlah
kecil jamur candida ada di dalam
mulut. Pada penderita Diabetes
Melitus kronis dimana tubuh rentan
terhadap infeksi sehingga sering
menggunakan antibiotik dapat
mengganggu keseimbangan kuman di
dalam mulut yang mengakibatkan
jamur candida berkembang tidak
terkontrol sehingga menyebabkan
thrush. Gambar 4.2 Oral candida pada
pasien DM
5) Dental Caries (Karies Gigi)

Pada penderita Diabetes Melitus telah diketahui bahwa jumlah air liur
berkurang sehingga makanan melekat pada permukaan gigi, dan bila yang
melekat adalah makanan dari golongan karbohidrat bercampur dengan
kuman yang ada pada permukaan gigi dan tidak langsung dibersihkan
dapat mengakibatkan keasaman didalam mulut menurun, sehingga dapat
mengakibatkan terjadinya lubang atau caries gigi.
penatalaksanaan
• Tindakan bedah minor di kerjakan ketika pasien DM terkontrol dengan
baik untuk mencegah komplikasi atau kedaruratan yang timbul pasca
operasi.
• Penting bagi dokter untuk memastikan bahwa pasien makan dengan
normal dan minum obat seperti biasa.
• Untuk pasien yang menerima terapi insulin, tindakan harus dijadwalkan
sehingga tidak menggangu aktivitas insulin sehingga tidak berisiko
terjadinya hipoglikemia.
Tanda dan gejala hipoglikemia:

1) Ringan:

- Kecemasan
- Takikardia
- Berkeringat

2) Berat:

- Kebingungan
- Seizure
- Koma
Penatalaksanaan hipoglikemia:

• Hentikan semua prosedur

• Beri tahu pasien

• Beri 15 gm karbohidrat (6 jus jeruk atau 3-4 sendok teh gula)

• Jika pasien tidak kooperatif, berikan glukagon 1 mg i.m. diikuti oleh


suplemen glukosa oral atau Dextrose 20- 50 ml i.v.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai