Anda di halaman 1dari 46

Mini C-Ex

ILEUS OBSTRUKTIF
Oswaldus Gratiano Gaudens Binsasi
112017009

Mahasiswa Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah


RS Mardi Rahayu – Kudus
Fakultas Kedokteran UKRIDA
2018
APA ITU ILEUS OBSTRUKTIF???
Adalah…
◦ Ileus  Suatu kondisi dimana terdapat gangguan pasase atau
jalannya makan di usus
◦ Ileus obstruktif  ileus yang terjadi akibat gangguan mekanis,
berupa obstruksi atau sumbatan pada usus (ileus mekanik).
◦ Ileus mekanik  keadaan dimana isi lumen saluran cerna tidak
bisa disalurkan ke distal karena adanya sumbatan yang
disebabkan kelainan dalam lumen usus, dinding usus atau luar
usus yang menekan atau kelainan vaskularisasi pada suatu
segmen usus yang menyebabkan nekrose segmen usus.
Etiologi
Penyebab terjadinya ileus obstruktif beragam jumlahnya berdasarkan umur dan tempat terjadinya obstruksi.

Obstruksi mekanik dari lumen intestinal biasanya disebabkan oleh tiga mekanisme:
1) Blokade intralumen (obturasi)
2) Intramural atau lesi intrinsik dari dinding usus
3) Kompresi lumen atau konstriksi akibat lesi ekstrinsik dari intestinal
Patofisiologi
Patogenesis
Klasifikasi
◦ Sifat sumbatan ◦ Letak sumbatan

obstruksi sebagian (makanan Letak Bila mengenai usus halus (dari gaster
Parsial masih dapat lewat dan masih
bisa flatus dan defekasi) tinggi sampai ileum terminal)

letak Bila mengenai usus besar (


dari ileum terminalis sampai
Terjadi obstruksi tanpa disertai
Simple gangguan vaskularisasi rendah anus)

terjadi obstruksi disertai gangguan


Strangulasi vaskularisasi sehingga timbul
nekrosis, gangren dan perforasi
Lanjutan…
Lanjutan…
◦ Ileus obstruktif dibagi lagi menjadi tiga jenis dasar (Sjamsuhidajat & Jong, 2005) :
1) Ileus obstruktif sederhana, dimana obstruksi tidak disertai dengan terjepitnya pembuluh darah.
2) Ileus obstruktif strangulasi, dimana obstruksi yang disertai adanya penjepitan pembuluh darah
sehingga terjadi iskemia yang akan berakhir dengan nekrosis atau gangren yang ditandai dengan
gejala umum berat yang disebabkan oleh toksin dari jaringan gangren.
3) Ileus obstruktif jenis gelung tertutup, dimana terjadi bila jalan masuk dan keluar suatu gelung
usus tersumbat, dimana paling sedikit terdapat dua tempat obstruksi.
Manifestasi Klinis
◦ Terdapat 4 tanda kardinal gejala ileus obstruktif :
1) Nyeri abdomen
2) Muntah
3) Distensi
4) Kegagalan buang air besar atau gas (konstipasi)

◦ Gejala ileus obstruktif tersebut bervariasi tergantung kepada:


1) Lokasi obstruksi
2) Lamanya obstruksi
3) Penyebabnya
4) Ada atau tidaknya iskemia usus
DIAGNOSIS…
Anamnesis
Iileus obstruktif usus halus, kolik dirasakan di sekitar umbilkus, muntah
kehijauan.
Ileus obstruktif usus besar kolik dirasakan di sekitar suprapubik, onset
muntah lama
Pemeriksaan Fisik
1) Inspeksi
Tanda-tanda generalisata dehidrasi, (kehilangan turgor kulit maupun
mulut dan lidah kering).
Harus dilihat adanya distensi pada abdomen, parut abdomen, hernia
dan massa abdomen.
Pada penderita yang kurus/sedang juga dapat ditemukan “darm
contour” (gambaran kontur usus) maupun “darm steifung” (gambaran
gerakan usus).
Pemeriksaan Fisik
2) Palpasi dan perkusi
Pada palpasi didapatkan distensi abdomen dan perkusi tympani.
Palpasi bertujuan mencari adanya tanda iritasi peritoneum apapun atau nyeri tekan,
yang mencakup ‘defance musculair’ involunter atau rebound dan pembengkakan atau
massa yang abnormal.

3) Auskultasi
Terdengar kehadiran episodik gemerincing logam bernada tinggi (Metalic Sound) dan
peningkatan peristaltik (Borborigmi).
Tetapi dalam beberapa hari perjalanan penyakit dan usus di atas sudah berdilatasi,
maka aktivitas peristaltik biasa tidak ada atau menurun.
Pemeriksaan Radiologi
Foto polos abdomen (foto posisi supine, posisi tegak abdomen atau posisi dekubitus) dan posisi
tegak thoraks. Pada foto abdomen dapat ditemukan beberapa gambaran, antara lain:
1) Distensi usus bagian proksimal obstruksi
2) Kolaps pada usus bagian distal obstruksi
3) Posisi tegak atau dekubitus: Air-fluid levels
4) Posisi supine dapat ditemukan distensi usus dan step-ladder sign
5) String of pearls sign, gambaran beberapa kantung gas kecil yang berderet
6) Coffee-bean sign, gambaran gelung usus yang distensi dan terisi udara dan gelung usus
yang berbentuk U yang dibedakan dari dinding usus yang oedem.
7) Pseudotumor Sign, gelung usus terisi oleh cairan.
Distensi usus, Herring Bone, Ceffee Bean, Step Ladder
Penatalaksanaan
◦ Dasar pengobatan ileus obstruksi adalah
◦ koreksi keseimbangan elektrolit dan cairan,
◦ menghilangkan peregangan dan muntah dengan dekompresi,
◦ mengatasi peritonitis dan syok bila ada, dan
◦ menghilangkan obstruksi untuk memperbaiki kelangsungan dan fungsi usus kembali normal.
Konservativ/resusitasi
◦ Awasi tanda - tanda vital, dehidrasi dan syok.
◦ Pasien yang mengalami ileus obstruksi mengalami dehidrasi dan gangguan keseimbangan ektrolit
sehingga perlu diberikan cairan intravena seperti ringer laktat.
◦ Respon terhadap terapi dapat dilihat dengan memonitor tanda - tanda vital dan jumlah urin yang
keluar.
◦ Pemasangan NGT untuk mengosongkan lambung, mencegah aspirasi pulmonum bila muntah dan
mengurangi distensi abdomen.
◦ Penatalaksanaan konservatif ileus antara lain :
◦ Penderita dirawat di rumah sakit & dipuasakan.
◦ Penderita dipuasakan(tidak makan & minum) sampai krisisnya teratasi, min 3 hari supaya luka operasi pada
saluran cerna dapat sembuh.
◦ Kontrol status ABC
◦ Dekompresi dengan nasogastric tube. (untuk mengurangi tekanan dan peregangan dengan
mengeluarkan gas dan cairan
◦ Intravenous fluids and electrolyte.
◦ Dipasang kateter urin untuk menghitung balance cairan.
Farmakologis
◦ Penatalaksanaan farmakologis ileus antara lain :
◦ Antibiotik spektrum luas untuk bakteri anaerob dan aerob sebagai profilaksis.
◦ Analgesik apabila nyeri.
◦ Antiemetik untuk mengurangi gejala mual muntah.
Terapi Operatif
Pada umumnya dikenal 4 macam (cara) tindakan bedah yang dikerjakan pada obstruksi ileus.
1) Koreksi sederhana (simple correction). Tindakan bedah sederhana untuk membebaskan usus
dari jepitan, misalnya pada hernia incarcerata non-strangulasi, jepitan oleh streng/adhesi atau
pada volvulus ringan.
2) Tindakan operatif by-pass. Membuat saluran usus baru yang "melewati" bagian usus yang
tersumbat, misalnya pada tumor intraluminal, Crohn disease, dan sebagainya.
3) Membuat fistula entero-cutaneus pada bagian proximal dari tempat obstruksi, misalnya pada
Ca stadium lanjut.
4) Melakukan reseksi usus yang tersumbat dan membuat anastomosis ujung-ujung usus untuk
mempertahankan kontinuitas lumen usus, misalnya pada carcinomacolon, invaginasi
strangulata, dan sebagainya.
TERAPI CAIRAN
Komponen cairan tubuh
Terapi Cairan
◦ Prinsip dasar terapi cairan adalah
◦ cairan yg diberikan harus mendekati jumlah dan komposisi cairan yg hilang
◦ Terapi cairan ialah
◦ tindakan untuk memelihara, mengganti cairan tubuh dalam batas-batas fisiologis dengan
cairan infus kristaloid (elektrolit) atau koloid (plasma ekspander) secara intravena.
Tujuan terapi cairan
◦ Untuk mengganti kekurangan air dan elektrolit
◦ Untuk memenuhi kebutuhan
◦ Untuk mengatasi syok
◦ Untuk mengatasi kelainan yg ditimbulkan karena terapi yg diberikan
Jenis cairan dan indikasinya
◦ Cairan pemeliharaan
◦ Cairan pengganti
◦ Cairan untuk tujuan khusus
◦ Cairan nutrisi
Cairan pemeliharaan
◦ Tujuannya adalah untuk mengganti kehilangan air tubuh lewat urin, feses, paru dan
keringat
◦ Jumlah kehilangan air tubuh ini berbeda sesuai dg umur, yaitu:
◦ Dewasa : 1,5-2 ml/kg/jam
◦ Anak-anak : 2-4 ml/kg/jam
◦ Bayi : 4-6 ml/kg/jam
◦ Neonatus : 3 ml/kg/jam
Lanjutan...
◦ Mengingat cairan yg hilang dg cara ini sedikit sekali mengandung elektrolit, maka
sebagai cairan pengganti adalah yg hipotonik, dg perhatian khusus untuk natrium
◦ Cairan kristaloid utk pemeliharaan misalnya dekstrosa 5 % dalam NaCl 0,45 %
◦ Untuk mengganti cairan ini dapat juga digunakan cairan non elektrolit misalnya
dekstrosa 5 % dalam air (D5W)
Cairan pengganti
◦ Tujuannya adalah untuk mengganti kehilangan air tubuh yg disebabkan oleh
sekuestrasi atau proses patologi yg lain (misalnya fistula, efusi pleura, asites, drainase
lambung dsb.)
◦ Sebagai cairan pengganti utk tujuan ini digunakan cairan kristaloid, misalnya NaCl 0,9
% dan RL atau koloid, misalnya dextrans.
Perbandingan antara kristaloid dan
koloid
Sifat-sifat Kristaloid Koloid
Berat molekul Lebih kecil Lebih besar
Distribusi Lebih cepat Lebih lama dalam
sirkulasi
Faal hemostasis Tidak ada pengaruh Mengganggu
Penggunaan Untuk dehidrasi Pada perdarahan
masif
Untuk koreksi Diberikan 2-3 x jumlah Sesuai dengan jumlah
perdarahan perdarahan perdarahan
Cairan untuk tujuan khusus
◦ Yg dimaksud dengan cairan kristaloid yg digunakan khusus misalnya natrium
bikarbonat 7,5 %, kalsium glukonas dll, untuk tujuan koreksi khusus terhadap gangguan
keseimbangan elektrolit
Cairan nutrisi
◦ Digunakan untuk nutrisi parenteral pada pasien yg tidak mau makan, tidak boleh
makan dan tidak bisa makan peroral
◦ Jenis cairan parenteral pada saat ini sudah dalam berbagai komposisi baik untuk
parenteral parsial atau total maupun untuk kasus penyakit tertentu
Jenis Terapi Cairan

◦ Terapi cairan resusitasi ditujukan untuk


◦ menggantikan kehilangan akut cairan tubuh atau ekspansi cepat dari cairan intravaskuler
◦ memperbaiki perfusi jaringan.
Terapi cairan resusitasi dapat dilakukan dengan pemberian infus Normal Saline (NS), Ringer
Asetat (RA), atau Ringer laktat (RL).

◦ Terapi rumatan bertujuan


◦ memelihara keseimbangan cairan tubuh dan nutrisi. Kebutuhan tersebut merupakan
pengganti cairan yang hilang akibat pembentukan urine, sekresi gastrointestinal, keringat
(lewat kulit) dan pengeluaran lewat paru atau dikenal dengan insensible water losses.
◦ Terapi rumatan dapat diberikan infus cairan elektrolit dengan kandungan karbohidrat atau
infus yang hanya mengandung karbohidrat saja.
Terapi cairan perioperatif
◦ Terdapat 3 periode yg dialami oleh pasien apabila menjalani tindakan pembedahan
◦ Prabedah
◦ Selama pembedahan
◦ Pasca bedah
Terapi cairan prabedah
◦ Dapat ditemukan gangguan air dan elektrolit karena pemasukan yang kurang,
muntah, pengisapan isi lambung, adanya fistula enterokutan, adanya penumpukan
cairan pada third space (ruang ekstrasel yang tidak berfungsi) misalnya pada
peritonitis, obstruksi ileus
◦ Cairan yg digunakan
◦ Untuk mengganti puasa diberikan cairan pemeliharaan
◦ Untuk koreksi defisit puasa atau dehidrasi berikan cairan kristaloid
◦ Perdarahan akut berikan cairan kristaloid + koloid atau transfusi
Terapi cairan selama operasi
◦ Pada pemberian cairan selama pembedahan, harus diperhatikan hal-hal sebagai
berikut:
◦ Kekurangan cairan prabedah
◦ Kebutuhan untuk pemeliharaan
◦ Bertambahnya “insensible loss” karena suhu kamar bedah yang tinggi, hiperventilasi
◦ Terjadinya translokasi cairan pada daerah operasi ke dalam ruang ketiga dan interstisial
◦ Terjadinya perdarahan
◦ Cairan yg digunakan adalah cairan pengganti, bisa kristaloid dan koloid atau transfusi
darah
Lanjutan...
◦ Pedoman koreksinya
◦ Mengikuti pedoman terapi cairan prabedah
◦ Beri tambahan cairan sesuai dg jumlah perdarahan yg terjadi + dg koreksi cairan sesuai
perhitungan cairan yg hilang berdasarkan jenis operasi yg dilakukan
◦ Operasi besar : 6-8 ml/kgbb/jam
◦ Operasi sedang : 4-6 ml/kgbb/jam
◦ Operasi kecil : 2-4 ml/kgbb/jam
◦ Koreksi perdarahan selama operasi:
◦ Perdarahan > 20 % dari perkiraan volume darah = transfusi
◦ Perdarahan < 20 % dari perkiraan volume darah = berikan kristaloid sebanyak 2-3 x jumlah perdarahn
atau kolid yg jumlahnya sama dg perkiraan jumlah perdarahan atau campuran kristaloid+ koloid
Terapi cairan pasca bedah
◦ Pengaruh hormonal yang masih menetap beberapa hari pasca bedah dan mempengaruhi
keseimbangan air dan elektrolit tubuh harus diperhatikan dalam memenuhi terapi cairan tersebut
◦ Bila penderita sudah dapat/boleh minum secepatnya berikan per oral
◦ Apabila penderita tidak dapat/boleh per oral, maka pemberian secara parenteral diteruskan
◦ Air diberikan sesuai dengan pengeluaran yg ada (urin +IWL)
◦ Cairan yg digunakan tergantung masalah yg dijumpai, bisa mempergunakan cairan pemeliharaan,
cairan pengganti atau cairan nutrisi

IWL: Insensible Water Loss


Komplikasi IO
◦ Komplikasi ileus antara lain :
◦ Nekrosis usus
◦ Perforasi usus
◦ Sepsis
◦ Syok-dehidrasi
◦ Abses
◦ Sindrom usus pendek dengan malabsorpsi dan malnutrisi
◦ Pneumonia aspirasi dari proses muntah
◦ Gangguan elektrolit
◦ Abdominal Compartment Syndrome (ACS)
◦ Meninggal
Abdominal Compartment Syndrome
◦ ACS  peningkatan hipertensu intra abdominal .20mmHg secara terus menerus
dengan disfungsi organ tunggal atau multiple yang sebelumnya tidak ada.
◦ Etio: ACS Primer (Cedera langsung pada regio abdomen/pelvic). ACS Sekunder
(Terjadi tanpa adanya cedera atau kelainan lain pada obdomen).
◦ GK: Distensi abdomen, peningkatan IAP, oliguria setelah peberian cairan, hiperkarbia,
asidosis metabolik, peningkatan tekanan intrakranial.
◦ Diagnosis  pengukuran tekanan intra-abdomen
◦ Tatalaksana: monitoring serial IAP, Optimalisasi perfusi sistemik, tindakan pembedahan
dekompresi .
Terima Kasih…

Anda mungkin juga menyukai