Anda di halaman 1dari 64

PERANGKAT LUNAK REKAM

MEDIS ELEKTRONIK
Pertemuan ke- 1

Poltekes Malang, 12 Maret 2017

Basirun, Amd. PK, SKM


KOMPUTERISASI
KEUNTUNGAN :
• EFISIENSI PENGISIAN DATA
• EFISIENSI PENYIMPANAN DATA
• PERCEPAT TRANSFER DATA
• DAPAT DIPAKAI SERENTAK

KELEMAHAN :
• RELATIF TERBUKA
• PENGISI DATA BUKAN DOKTER
Ps 46 (3) UU PRATEK KEDOKTERAN.
• PENJELASAN:
– APABILA DALAM PENCATATAN REKAM MEDIK
MENGGUNAKAN TEKNOLOGI INFORMASI
ELEKTRONIK, KEWAJIBAN MEMBUBUHI
TANDATANGAN DAPAT DIGANTI DENGAN
MENGGUNAKAN NOMOR IDENTITAS PRIBADI
(PIN)
KETENTUAN
• AUTHORIZED PERSONNEL
• SECURITY LEVEL
• ID CODE, PASSWORD
• FOOTPRINT
• KOREKSI ? : ADDENDUM
• PRINT : LIMITED
• RELEASED : PATIENT APPROVAL
• PEMUSNAHAN DATA SEIJIN DOKTER
BIASANYA MASIH DALAM
BENTUK PAPER

• CONSENT
• GRAFIK PEMANTAUAN TANDA VITAL
• GRAFIK TERAPI
• RESEP ( asuransi, pajak, dll)
• KUITANSI
MASALAH HUKUM
– Akibat keragaman bentuk data
• Privacy
– Lebih banyak orang bisa mengakses (?)
• Technology limitation
• Preservation
– Harus mematuhi cara penyimpanan
• Legal Status
UU INFORMASI TRANSAKSI ELEKTRONIK (ITE)
Pasal 5
• 1) Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik dan/atau
hasil cetaknya merupakan alat bukti hukum yang sah.
• 2) Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik dan/atau
hasil cetaknya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan
perluasan dari alat bukti yang sah sesuai dengan Hukum Acara
yang berlaku di Indonesia.
• 3) Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik dinyatakan
sah apabila menggunakan Sistem Elektronik sesuai dengan
ketentuan yang diatur dalam Undang-• Undang ini.
UU INFORMASI TRANSAKSI ELEKTRONIK (ITE)

Pasal 6
• Dalam hal terdapat ketentuan lain selain yang
diatur dalam Pasal 5 ayat (4) yang mensyaratkan
bahwa suatu informasi harus berbentuk tertulis
atau asli, Informasi Elektronik dan/atau
Dokumen Elektronik dianggap sah sepanjang
informasi yang tercantum di dalamnya dapat
diakses, ditampilkan, dijamin keutuhannya, dan
dapat dipertanggungjawabkan sehingga
menerangkan suatu keadaan.
Pasal 11
(1)Tanda Tangan Elektronik memiliki kekuatan
hukum dan akibat hukum yang sah selama
memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. data pembuatan Tanda Tangan Elektronik terkait
hanya kepada Penanda Tangan;
b. data pembuatan Tanda Tangan Elektronik pada saat
proses penandatanganan elektronik hanya berada
dalam kuasa Penanda Tangan;
c. segala perubahan terhadap Tanda Tangan Elektronik
yang terjadi setelah waktu penandatanganan dapat
diketahui;
d. segala perubahan terhadap Informasi Elektronik
yang terkait dengan Tanda Tangan Elektronik
tersebut setelah waktu penandatanganan dapat
diketahui;
e. terdapat cara tertentu yang dipakai untuk
mengidentifikasi siapa Penandatangannya; dan
f. terdapat cara tertentu untuk menunjukkan bahwa
Penanda Tangan telah memberikan persetujuan
terhadap Informasi Elektronik yang terkait.
Pasal 16
(1)Sepanjang tidak ditentukan lain oleh undang-undang
tersendiri, setiap Penyelenggara Sistem Elektronik wajib
mengoperasikan Sistem Elektronik yang memenuhi
persyaratan minimum sebagai berikut:
a. dapat menampilkan kembali Informasi Elektronik
dan/atau Dokumen Elektronik secara utuh sesuai
dengan masa retensi yang ditetapkan dengan
Peraturan Perundangundangan;
b. dapat melindungi ketersediaan, keutuhan,
keotentikan, kerahasiaan, dan keteraksesan Informasi
Elektronik dalam Penyelenggaraan Sistem Elektronik
tersebut;
c. dapat beroperasi sesuai dengan prosedur atau
petunjuk dalam Penyelenggaraan Sistem Elektronik
tersebut;
d. dilengkapi dengan prosedur atau petunjuk yang
diumumkan dengan bahasa, informasi, atau simbol
yang dapat dipahami oleh pihak yang bersangkutan
dengan Penyelenggaraan Sistem Elektronik tersebut;
dan
e. memiliki mekanisme yang berkelanjutan untuk
menjaga kebaruan, kejelasan, dan
kebertanggungjawaban prosedur atau petunjuk.
Bentuk Data
• Terdapat 2 bentuk:
– Born digital data: diketik langsung dalam bentuk
digital, dapat diubah, dapat dijadikan “data base”
– Scanned/image: digital format records: aslinya
paper, kemudian dijadikan digital-format, tak
dapat diubah. Dengan teknik khusus dapat dibuat
menjadi “data base”
DASAR HUKUM
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK
INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 2013 TENTANG
SISTEM INFORMASI MANAJEMEN RUMAH SAKIT
PASAL 1

AYAT 1.Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan
kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat
jalan, dan gawat darurat
AYAT 2. Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit yang selanjutnya disingkat SIMRS adalah suatu
sistem teknologi informasi komunikasi yang memproses dan engintegrasikan seluruh alur
proses pelayanan Rumah Sakit dalam bentuk jaringan koordinasi, pelaporan dan prosedur
administrasi untuk memperoleh informasi secara tepat dan akurat, dan merupakan bagian
dari Sistem Informasi Kesehatan.
AYAT 3. Sistem Informasi Kesehatan adalah seperangkat tatanan yang meliputi data, informasi,
indikator, prosedur, teknologi, perangkat, dan sumber daya manusia yang saling berkaitan
dan dikelola secara terpadu untuk mengarahkan tindakan Atau keputusan yang berguna
dalam mendukung pembangunan kesehatan
PASAL 2

Pengaturan SIMRS bertujuan meningkatkan efisiensi, efektivitas, profesionalisme, kinerja, serta akses
dan pelayanan Rumah Sakit.

PASAL 3

AYAT (1) Setiap RumahSakit wajib menyelenggarakan SIMRS


AYAT(2) Penyelenggaraan SIMRS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat menggunakan aplikasi
dengan kode sumber terbuka (open source) yang disediakan oleh Kementerian Kesehatan
atau menggunakan aplikasi yang dibuat oleh Rumah Sakit.
AYAT(3) Aplikasi penyelenggaraan SIMRS yang dibuat oleh Rumah Sakit sebagaimana dimaksud pada
ayat (2), harus memenuhi persyaratan minimal yang ditetapkan oleh Menteri.
PASAL 4

AYAT (1) Setiap Rumah Sakit harus melaksanakan pengelolaan dan pengembangan SIMRS.
AYAT(2) Pelaksanaan pengelolaan dan pengembangan SIMRS sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
harus mampu meningkatkandan mendukung proses pelayanan kesehatan di Rumah Sakit
yang meliputi:
a. kecepatan, akurasi, integrasi, peningkatan pelayanan, peningkatan efisiensi, kemudahan
pelaporan dalam pelaksanaan operasional;
b. kecepatan mengambil keputusan, akurasi dan kecepatan identifikasi masalah dan
kemudahan dalam penyusunan strategi dalam pelaksanaan manajerial; dan
c. budaya kerja, transparansi, koordinasi antar unit, pemahaman sistem dan pengurangan
biaya administrasi dalam pelaksanaan organisasi.
PASAL 5

AYAT(1) SIMRS harus dapat diintegrasikan dengan program Pemerintah dan Pemerintah Daerah serta
merupakan bagian dari Sistem Informasi Kesehatan.
AYAT(2) Pengintegrasian dengan program Pemerintah dan Pemerintah Daerah sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan dalam bentuk kemampuan komunikasi data
(interoperabilitas).
AYAT(3) SIMRS harus memiliki kemampuan komunikasi data (interoperabilitas) dengan:
a. Sistem Informasi Manajemen dan Akuntansi Barang Milik Negara (SIMAK BMN);
b. Pelaporan Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS);
c. Indonesia Case Base Group’s(INACBG’s);
d. aplikasi lain yang dikembangkan oleh Pemerintah; dan
e. sistem informasi manajemen fasilitas pelayanan kesehatan lainnya.
AYAT(4) Kemampuan komunikasi data (interoperabilitas) dengan Sistem Informasi dan Manajemen
Barang Milik Negara (SIMAK BMN) sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf a, paling
sedikit mencakup pengkodean barang.
PASAL 6

AYAT(1) Arsitektur SIMRS paling sedikit terdiri atas:


a. kegiatan pelayanan utama (front office);
b. kegiatan administratif (back office); dan
c. komunikasi dan kolaborasi
AYAT(2) Selain arsitektur sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Rumah Sakit dapat mengembangkan
SIMRS dengan menambahkan arsitektur pendukung yang berupa Picture Archiver System
(PACS), Sistem Manajemen Dokumen (Document Management System), Sistem Antar
Muka Peralatan Klinik, serta Data Warehouse dan Bussines Intelegence.
PASAL 7

SIMRS yang diselenggarakan oleh Rumah Sakit harus memenuhi 3


(tiga) unsur yang meliputi keamanan secara fisik, jaringan, dan
sistem aplikasi.

PASAL 8

Penyelenggaraan SIMRS harus dilakukan oleh unit kerja struktural


atau fungsional di dalam organisasi Rumah Sakit dengan sumber
daya manusia yang kompeten dan terlatih.
SISTEM PEMBIAYAAN KESEHATAN

1. Sistem Pembayaran Restropektif

• Pembayaran restropektif sesuai namanya berarti


bahwa besaran biaya dan jumlah biaya yang
yang harus dibayar oleh pasien atau pihak
pembayar, misalnya perusahan majikan pasien,
ditetapkan setelah pelayanan diberikan
SISTEM PEMBIAYAAN KESEHATAN

2. Sistem Pembayaran Prospektif

• Pembayaran prospektif secara umum adalah


pembayaran pelayanan kesehatan yang harus
dibayar, besaran biayanya sudah ditetapkan dari
awal sebelum pelayanan kesehatan diberikan
Sistem Pembayaran Prospektif
1. Diagnostic Related Group (DRG)/Case Base Groups (CBG’s)

• Pengertian DRG/CBG’s dapat disederhanakan dengan cara pembayaran


dengan biaya satuan per diagnosis, bukan biaya satuan per pelayanan medis
maupun non medis yang diberikan kepada seorang pasien dalam rangka
penyembuhan suatu penyakit(5). Dalam pembayaran DRG, rumah sakit
maupun pihak pembayar tidak lagi merinci pelayanan apa saja yang telah
diberikan kepada seorang pasien. Rumah sakit hanya menyampaikan diagnois
pasien waktu pulang dan memasukan kode DRG untuk diagnosis tersebut.
Besarnya tagihan untuk diagnosis tersebut telah disepakati oleh seluruh
rumah sakit di suatu wilayah dan pihak pembayar, misalnya badan
asuransi/jaminan sosial atau tarif DRG tersebut telah ditetapkan oleh
pemerintah sebelum tagihan rumah sakit dikeluarkan
CONTOH APLIKASI INA CBG’s
TAMPILAN APLIKASI INA-CBG’s
TAMPILAN APLIKASI INA-CBG’s
TAMPILAN APLIKASI INA-CBG’s
Sistem Pembayaran Prospektif
2. Pembayaran Kapitasi

• Pembayaran kapitasi merupakan suatu cara


pengedalian biaya dengan menematkan fasilitas
kesehatan pada posisi menanggung risiko,
seluruhnya atau sebagian, dengan cara
menerima pembayaran atas dasar jumlah jiwa
yang ditanggung
Sistem Pembayaran Prospektif
3. Pembayaran Per Kasus

• Sistem pembayaran per kasus (case rates) banyak


digunakan untuk membayar rumah sakit dalam kasus-
kasus tertentu. Pembayaran per kasus ini mirip dengan
DRG, yaitu dengan mengelompokan berbagai jenis
pelayanan menjadi satu-kesatuan. Pengelompokan ini
harus ditetapkan dulu di muka dan disetujui kedua
belah pihak, yaitu pihak rumah sakit dan pihak
pembayar
Sistem Pembayaran Prospektif
4. Pembayaran Per Diem

• Pembayaran per diem merupakan pembayaran yang


dinegosiasi dan disepakati di muka yang didasari pada
pembayaran per hari perawatan, tanpa
mempertimbangkan biaya yang dihabiskan oleh rumah
sakit(5). Satuan biaya per hari sudah mencakup kasus
apapun dan biaya keseluruhan, misalnya biaya
ruangan, jasa konsultasi/visite dokter, obat-obatan,
tindakan medis dan pemeriksaan penunjang lainnya
Sistem Pembayaran Prospektif
5. Pembayaran Global Budget

• Merupakan cara pendanaan rumah sakit oleh pemerintah atau


suatu badan asuransi kesehatan nasional dimana rumah sakit
mendapat dana untuk mmembiayai seluruh kegiatannya untuk
masa satu tahun. Alokasi dan ke rumah sakit tersebut
diperhitungkan dengan mempertimbangkan jumlah pelayanan
tahun sebelumnya, kegiatan lain yang diperkirakan akan
dilaksanakan dan kinerja rumah sakit tersebut. Manajemen
rumah sakit mempunyai keleluasaan mengatur dana anggaran
global tersebut untuk gaji dokter, belanja operasional,
pemeliharaan rumah sakit dan lain-lain
CONTOH Pembayaran Restropektif
Biaya langsung kepada pasien adalah biaya yang langsung dipergunakan
untuk keperluan pasien yang harus di biayai, beberapa cotoh biaya langsung
yang terjadi untuk pelayanan tiap-tiap pasien di RS,antara lain:
1. Akomodasi (tarif kamar perawatan)
2. Biaya langsung di instalasi penunjang
3. Biaya bahan habis pakai
4. Biaya jasa pemeriksaan (HR dokter, perawat dll)
5. Biaya makan pasien
6. Jasa Pelayanan petugas instalasi/Unit
7. Dll

Secara umum komponen biaya yang harus ditanggung pasien


di Rumah Sakit terbag dalam tiga (3) komponen yaitu ;
(1) Biaya bahan dan alat,
(2) Biaya Jasa Rumah sakit,
(3) Biaya Jasa Pelayanan

32
(1) Biaya bahan dan alat,
- Obat-obatan
- Penunjang medis
- Alat-alat kesehatan
(2) Biaya jasa Rumah sakit,
- Tarif kamar (listrik, air, ac, dll)
- Makanan pasien
- Ambulans
(3) Biaya Jasa Pelayanan
- Honor Visite doter
- Honor Perawat
- Honor petugas medis lainnya

33
Contoh Biaya yang ditagung oleh pasien dalam RS
RSU. POLTEKES MALANG
JL. IJEN, MALANG
KWITANSI
Telah terima dari: Nama :..............................No. RM: Alamat: ..............................................

I. Ruang Tgl Msk Tgl Kluar Lama Haper Tarif Total biaya

1. Ruang ICU 1 Apr 11 5 Apr11 5 hari Rp. 500.000, Rp. 2.500.000

2. Ruang VIP 6 Apr 11 10 Apr11 5 hari Rp. 300.000, Rp. 1.500.000

II Jasa Visite Dokter


1. Dr. Burhan Hidayat, Sp P 5 Kali Rp. 150.000 Rp. 750.000

2. Dr. Saraswati, Sp J 3 kali Rp. 150.000 Rp. 450.000

III Penunjang Medis

1. Laboratorium Rp. 200.000 Rp. 200.000

2. Radiologi (Ct-scan) 2 kali Rp. 1.000.000 Rp. 2.000.000

3. ECG 4 kali Rp. 50.000 Rp. 200.000

IV Obat-obatan
1. XX Rp. 1.500.000

2. YY Rp. 3.500.000

TOTAL BIAYA Rp. 12.600.000


Terbilang : Dua belas juta enam ratus ribu rupiah

34
MENU PENDAFTARAN (lanjutan)
MENU LIST DATA PASIEN
MENU KUNJUNGAN PASIEN
MENU LAPORAN REKAM MEDIS
TUGAS KELOMPOK

1. BAGAIMANA DENGAN LEGALITAS/ASPEK HUKUM DENGAN


REKAM MEDIS ELEKTRONIK?

2. APAKAH BOLEH MENGGUNAKAN REKAM MEDIS SECARA


ELEKTRONIK, KENAPA?

3. KALAU TIDAK BOLEH, KENAPA?

Anda mungkin juga menyukai