Anda di halaman 1dari 8

Tindakan Penanganan

Lumpur Lapindo
(sebagai Pemegang Kekuasaan/Pemerintah)

Kelompok 10
1. Imam Baehaqi (24030116120015)
2. Niken Windi S. (24030116120016)
3. Synta Mutiara B. W (24030116130068)
4. Pandu Yoda Putri B. (24030116130069)
5. Widyaningrum Islami L. (24030116130070)
6. Faradina Azahra Z. (24030116130073)
29 Mei 2006, di lokasi pengeboran Lapindo
Brantas Inc. di Dusun Balongnongo
Desa Renokenongo, Kecamatan Porong,
Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur.

Kerugian :
10 pabrik dan 90 hektare sawah serta
pemukiman penduduk tak bisa digunakan
dan ditempati lagi, Mewabahnya penyakit
ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut)
sebagai dampak dari lumpur lapindo.
UU yang berkaitan dengan
Peristiwa Lumpur Lapindo
Pencemaran lingkungan hidup menurut Pasal 1
angka 14 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009
tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup (“UU PPLH”) adalah masuk atau dimasukkannya
makhluk hidup, zat, energi, dan/atau komponen lain ke
dalam lingkungan hidup oleh kegiatan manusia
sehingga melampaui baku mutu lingkungan hidup yang
telah ditetapkan.
Pada dasarnya setiap orang yang melakukan
pencemaran dan/atau perusakan lingkungan
hidup wajib melakukan penanggulangan pencemaran
dan/atau kerusakan serta melakukan pemulihan
lingkungan hidup.
 Penanggulangan pencemaran dan/atau kerusakan
lingkungan hidup dilakukan dengan:[2]
a. pemberian informasi peringatan pencemaran
dan/atau kerusakan lingkungan hidup kepada
masyarakat;
b. pengisolasian pencemaran dan/atau kerusakan
lingkungan hidup;
c. penghentian sumber pencemaran dan/atau
kerusakan lingkungan hidup; dan/atau
d. cara lain yang sesuai dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi.
 Sedangkan pemulihan fungsi lingkungan hidup
dilakukan dengan tahapan:[3]
a. penghentian sumber pencemaran dan pembersihan
unsur pencemar;
b. remediasi (upaya pemulihan pencemaran
lingkungan hidup untuk memperbaiki mutu
lingkungan hidup);
c. rehabilitasi (upaya pemulihan untuk mengembalikan
nilai, fungsi, dan manfaat lingkungan hidup termasuk
upaya pencegahan kerusakan lahan, memberikan
perlindungan, dan memperbaiki ekosistem);
d. restorasi (upaya pemulihan untuk menjadikan
lingkungan hidup atau bagian-bagiannya berfungsi
kembali sebagaimana semula); dan/atau
e. cara lain yang sesuai dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi.
 Selain pidana karena pembuangan limbah, ada beberapa
pidana lain yang bisa dikenakan kepada perusahaan
tersebut:
1. Jika pencemaran lingkungan tersebut terjadi karena
perusahaan sengaja melakukan perbuatan (misalnya
membuang limbah) yang mengakibatkan
dilampauinya baku mutu udara ambien, baku mutu air, baku
mutu air laut, atau kriteria baku kerusakan lingkungan hidup,
yang mana hal tersebut mengakibatkan orang mati maka
diancam pidana dengan pidana penjara paling singkat 5
(lima) tahun dan paling lama 15 tahun dan denda paling
sedikit Rp5 miliar dan paling banyak Rp15 miliar.[5]
2. Jika pencemaran lingkungan tersebut terjadi karena
perusahaan lalai sehingga mengakibatkan
dilampauinya baku mutu udara ambien, baku mutu air, baku
mutu air laut, atau kriteria baku kerusakan lingkungan hidup,
yang mana hal tersebut mengakibatkan orang mati, maka
dipidana dengan pidana penjara paling singkat paling
singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama 9 (sembilan) tahun
dan denda paling sedikit Rp3 miliar dan paling banyak Rp9
miliar.[6]
Upaya yang dilakukan sebagai
Pemegang Kekuasaan /
Pemerintah
 Presiden membuat keputusan pembentukan Tim Nasional
Penanggulangan Semburan Lumpur di Sidoarjo, yang tercantum
dalam Keppres Nomor 13 Tahun 2006. Dalam Keppres itu disebutkan,
tim dibentuk untuk menyelamatkan penduduk di sekitar lokasi
bencana, menjaga infrastruktur dasar, dan menyelesaikan masalah
semburan lumpur dengan risiko lingkungan paling kecil.
 Pemerintah harus berani menyatakan kepada PT. Lapindo untuk
mengganti keruggian semua korban lumpur lapindo. PT. Lapindo
sebagai pihak yang paling bertanggungjawab atas terjadinya
bencana ini menanggung seluruh biaya kerusakan baik masyarakat
maupun pada infrastruktur dan wilayah publik yang terkena dampak
baik dampak langsung maupun tidak langsung.
 Serta dengan menindaklanjuti PT. Lapindo Brantas sesuai dengan
hukum yang berlaku karena telah melakukan pelanggaran Undang-
Undang yang berkaitan dengan pengrusakan lingkungan, dan
penghilangan hak-hak warga negara.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai