Anda di halaman 1dari 11

• Sulfonamida mempunyai spektrum yang luas, tapi kurang kuat

dibandingkan antibiotika bersifat bakteriostatik.


Kuman yang sensitif terhadap sulfonamida secara invitro adalah:
- Streptococcus pyogenes
- Streptococcus pneumoniae
- Bacillus anthracis
- Corynebacterium diphteriae
- Haemophyllus influenzae
- Vibrio cholerae
- Chlamydia trachomatis
- Beberapa Protozoa
Obat lain yang menghambat kerja sulfonamida:

• Obat lain yang mirip PABA tidak boleh diberikan


diberikan bersama sulfa karena akan meniadakan
efek sulfa.

• Contoh:
- prokain
- benzokain
- para amino salisilat
Klasifikasi Sulfonamida
Berdasarkan kecepatan absorpsi dan ekskresi:
Efek samping
1. Kristaluria
penumpukan Kristal dalam ginjal yang menyebabkan iritasi dan obstruksi.

2. Reaksi Alergi
• Gangguan pada kulit seperti eritema, dermatitis, fotosensitivitas , dan demam.
Pemberian obat pada bayi dapat menimbulkan kelainan bilirubin.

3. Mual dan muntah: pada 2% penderita

4. Anemia hemolitik (jarang terjadi)


- Sulfadiazin menimbulkan reaksi ini 0,05%.
- Sulfadiazin menimbulkan agranulositosis 0,1%.
Interaksi
Sulfonamid dapat berinteraksi dengan:
- antikoagulan oral,
- antidiabetik sulfonil urea
- fenitoin
Penggunaan Klinik
a. Infeksi saluran kemih
 Bukan merupakan obat pilihan tetapi sulfisoksazol masih efektif.
 Obat untuk infeksi sal. kemih yang lain adalah trimetoprim- sulfametoksazol,
antiseptik sal.kemih, derivat kuinolin, dan ampisilin.
b. Disentri basiler
 Trimetoprim-sulfametoksazol masih merupakan obat pilihan yang efektif
dengan dosis 160 mg:800 mg setiap 12 jam selama 5 hari.
c. Toksoplasmosis
• Paling baik diobati dengan pirimetamin.
• Lebih baik obat tersebut dikombinasi dengan sulfadiazin, sulfisoksazol, atau
trisulfapirimidin.
Penggunaan Klinik
e. Kemoprofilaksis
• Untuk mencegah kambuhnya demam rematik, faringitis, disentri
basiler dan meningitis.
• Sulfisoksazol 1 g 2kali sehari sebagai pengganti bagi yang
hipersensitf terhadap penisilin.
Spektrum Antimikroba
Mikroba yang peka terhadap kotrimoksazol:
- Streptococcus pneumoniae
- Corynebacterium diphtheriae
- Nisseria meningitides
- Staphylococcus aureus
- Staphylococcus epidermidis
- Streptococcus pyogenes
- Escherichia coli
- Proteus mirabilis
- Salmonella
Siswandono dan Soekardjo B, 2008, Kimia Medisinal, Airlangga University Press,
Surabaya.
Penggunaan Klinik
Infeksi saluran kemih
• Efek terapi kotrimoksazol terhadap infeksi karena enterobacteriaceae lebih
kuat daripada komponen tunggalnya.
Infeksi saluran nafas
• Tidak dianjurkan untuk pengobatan faringitis akibat Strep. pyogenes
karena tidak membasmi mikroba.

https://www.hopkinsguides.com/hopkins/view/Johns_Hopkins
Penggunaan Klinik
Infeksi Saluran Cerna
• Efektif untuk infeksi shigella dan tifoid.
• Kloramfenikol tetap masih merupakan obat terpilih
demam tifoid.
• Carier S. thypii : kotrimoksazol dg dosis 160 mg ;
trimetoprim 800 mg 2 kali sehari selama 3 bulan.
• Diare akut karena E. coli dapat dicegah oleh
kotrimoksazol

https://www.hopkinsmedicine.org/healthlibrary/prevention/
Peritonitis tersier Pengobatan

1. pasien dengan Continuous - gabungan dari golongan penicillin/ ?-


Ambulatory Peritoneal Dialysis (CAPD), lactamase
2. pasien imunokompromise. inhibitor (ticarcilin/clavulanate 4x 3,1
Organisme penyebab biasanya gram intravena),
organisme yang hidup di kulit, yaitu - golongan fluorokuinolon (levofloksasin
coagulase negative 1x 750 mg intravena),
- Staphylococcus, - sefalosporin generasi ketiga
- S.Aureus, (ceftriaxone 1×2 gram intravena),
- gram negative bacili, metronidazole 3×500 mg intravena
- candida, (pada pasien yang masuk Intensive
- mycobacteri Care Unit dapat diberikan imipenem
4x 500 mg intravena atau meropenem
3x 1gram intravena).

https://www.hopkinsmedicine.org/healthlibrary/prevention/

Anda mungkin juga menyukai