Anda di halaman 1dari 21

HIV/AIDS

pengertian
• AIDS dapat diartikan kumpulan gejala atau penyakit yang disebabkan
oleh menurunnya sistem kekebalan tubuh akibat infeksi oleh virus HIV
(Human Immunodeficiency Virus) yang termasuk dalam famili
retroviridae. Penyakit ini ditandai oleh infeksi oportunistik dan atau
beberapa jenis keganasan tertentu. AIDS merupakan tahap akhir dari
infeksi HIV.
• HIV/AIDS dapat juga dapat berupa sindrom akibat defisiensi imunitas
seluler tanpa penyebab lain yang diketahui, ditandai dengan infeksi
oportunistik dan keganasan berakibat fatal. Munculnya sindrom ini
erat hubungannya dengan berkurangnya zat kekebalan tubuh dimana
proses ini tidak terjadi seketika melainkan sekitar 5-10 tahun.
Epidemiologi
• Infeksi AIDS pertama kali dilaporkan di Amerika oleh CDC (Central for
Disease Control) pada tahun 1981 pada orang dewasa homoseksual
sedangkan pada anak tahun 1983. Di Indonesia kasus AIDS pertama
kali dilaporkan pada 1987 yang menimpa seorang warga negara asing
di Bali. Tahun berikutnya mulai dilaporkan adanya kasus di beberapa
provinsi
• Secara epidemiologik yang penting sebagai media perantara virus HIV adalah
semen, darah dan cairan vagina atau serviks. Penularan virus HIV secara pasti
diketahui melalui hubungan seksual (homoseksual, biseksual dan hetero-seksual)
yang tidak aman, yaitu berganti-ganti pasangan, seperti pada promiskuitas.
Penyebaran secara ini merupakan penyebab 90% infeksi baru di seluruh dunia.
Penderita penyakit menular seksual terutama ulkus genital, menularkan HIV 30
kali lebih mudah dibandingkan orang yang tidak menderitanya. Parenteral, yaitu
melalui suntikan yang tidak steril, misalnya pada pengguna narkotik suntik,
pelayanan kesehatan yang tidak memperhatikan sterilitas, mempergunakan
produk darah yang tidak bebas HIV, serta petugas kesehatan yang merawat
penderita HIV/AIDS secara kurang hati-hati. Perinatal, yaitu dari ibu yang
mengidap HIV kepada janin yang dikandungnya. Transmisi HIV-I dari ibu ke janin
dapat mencapai 30%, sedangkan HIV-2 hanya 10%. Penularan secara ini biasanya
terjadi pada akhir kehamilan atau saat persalinan. Bila antigen p24 ibu jumlahnya
banyak, dan/ atau jumlah reseptor CD4 kurang dari 700/ml, maka penularan lebih
mudah terjadi. Ternyata HIV masih mungkin ditularkan melalui air susu ibu6
• Berdasarkan cara penularan, insidensi tertinggi penularan AIDS
melalui hubungan heteroseksual diikuti pengguna narkotika (nafza).
Secara umum ada 5 faktor yang perlu diperhatikan pada penularan
suatu penyakit yaitu sumber infeksi, vehikulum yang membawa agent,
host yang rentan, tempat keluar kuman dan tempat masuk kuman
(port’d entree).
• Pada 10 tahun pertama sejak penderita AIDS pertama ditemukan di
Indonesia, peningkatan jumlah kasus AIDS masih rendah. Pada akhir
1997 jumlah kasus AIDS kumulatif 153 kasus dan HIV positif baru 486
orang yang diperoleh dari serosurvei di daerah sentinel. Pada akhir
abad ke 20 terlihat kenaikan yang sangat berarti dari jumlah kasus
AIDS dan di beberapa daerah pada sub-populasi tertentu, angka
prevalensi sudah mencapai 5%, sehingga sejak itu Indonesia
dimasukkan kedalam kelompok negara dengan epidemi
terkonsentrasi.
• Distibusi umur penderita AIDS pada tahun 2008 memperlihatkan
presentasi tertinggi pada golongan umur 20-29 tahun dan penderita
laki-laki lebih banyak daripada perempuan.
Etiologi
• Penyebab AIDS adalah sejenis virus yang disebut Human
Immunodeficiency Virus (HIV). Virus ini pertama kali diisolasi oleh
Montagnier dan kawan-kawan di Prancis pada tahun 1983 dengan
nama Lymphadenopathy Associated Virus (LAV), sedangkan Gallo di
Amerika Serikat pada tahun 1984 mengisolasi (HIV) III. Kemudian atas
kesepakatan internasional pada tahun 1986 nama virus dirubah
menjadi HIV. HIV terdiri dari 2 tipe yaitu virus HIV-1 dan HIV-2.
Keduanya merupakan virus RNA (Ribonucleic Acid) yang termasuk
retrovirus dan lentivirus
Karakteristik HIV :
• Tidak dapat hidup di luar tubuh manusia
• Merupakan virus yang merusak sistem kekebalan tubuh manusia
• Kerusakan sistem kekebalan tubuh menimbulkan kerentanan terhadap
infeksi penyakit
• Semua orang dapat terinfeksi HIV
• Orang dengan HIV + terlihat sehat dan merasa sehat
• Orang dengan HIV + tidak tahu bahwa dirinya sudah terinfeksi HIV
• Seorang pengidap HIV yang belum menunjukkan gejala dapat menularkan
kepada orang lain. Satu-satunya cara untuk mendapatkan kepastian infeksi
HIV yaitu dengan tes darah.
Virus HIV termasuk virus RNA positif yang berkapsul. Diameternya
sekitar 100 nm dan mengandung dua salinan genom RNA yang dilapisi
oleh protein nukleokapsid seperti terlihat pada gambar 2.3.1. Pada
permukaan kapsul virus terdapat glikoprotein transmembran gp41 dan
glikoprotein permukaan gp120. Di antara nukleokapsid dan kapsul virus
terdapat matriks protein. Selain itu juga terdapat tiga protein spesifik
untuk virus HIV, yaitu enzim reverse transkriptase (RT), protease (PR),
dan integrase (IN). Retrovirus juga memiliki sejumlah gen spesifik
sesuai dengan spesies virusnya, antara lain gag (fungsi struktural virus),
pol (fungsi struktural dan sintesis DNA), serta env (untuk fusi kapsul
virus dengan membran plasma sel pejamu)
• Infeksi HIV terjadi saat HIV masuk kedalam darah dan mendekati sel T–
helper dengan melekatkan dirinya pada protein permukaan CD4+. CD4+
berikatan dengan gp120 berupa glikoprotein yang terdapat pada selubung
virus HIV. Setelah terjadi ikatan maka RNA virus masuk kedalam sitoplasma
sel dan berubah menjadi DNA dengan bantuan enzim RT. Setelah terbentuk
DNA, virus menerobos masuk kedalam inti sel. Dalam inti sel, DNA HIV
disatukan pada DNA sel yang terinfeksi dengan bantuan enzim integrase.
Waktu sel yang terinfeksi menggandakan diri, DNA HIV diaktifkan dan
membuat bahan baku untuk virus baru. Virus yang belum matang
mendesak ke luar sel yang terinfeksi dengan proses yang disebut budding
atau tonjolan. Virus yang belum matang melepaskan diri dari sel yang
terinfeksi. Setelah melepaskan diri, virus baru menjadi matang dengan
terpotongnya bahan baku oleh enzim protease dan kemudian dirakit
menjadi virus yang siap bekerja. Keseluruhan siklus hidup HIV dapat dilihat
pada gambar
Patogenesis
• Perkembangan penyakit AIDS tergantung dari kemampuan virus HIV
untuk menghancurkan sistem imun pejamu dan ketidakmampuan
sistem imun untuk menghancurkan HIV. Penyakit HIV/AIDS dimulai
dengan infeksi akut yang tidak dapat diatasi sempurna oleh respons
imun adaptif dan berlanjut menjadi infeksi jaringan limfoid perifer
yang kronik dan progresif. Perjalanan penyakit HIV dapat diikuti
dengan memeriksa jumlah virus di plasma dan jumlah sel CD4+ dalam
darah.
• Setelah terjadi infeksi primer, sel dendrit di epitel akan menangkap
virus kemudian bermigrasi ke kelenjar getah bening. Sel dendrit
mengekspresikan protein yaitu CCR5 yang berperan dalam pengikatan
HIV, sehingga sel dendrit berperan besar dalam penyebaran HIV ke
jaringan limfoid. Di jaringan limfoid, sel dendrit dapat menularkan HIV
ke sel CD4+ melalui kontak langsung antar sel. Dari jaringan limfoid,
HIV masuk ke dalam aliran darah dan kemudian menginfeksi organ-
organ tubuh. Proses penyebaran HIV dapat dilihat pada gamba
• Beberapa hari setelah paparan pertama dengan HIV, replikasi virus
dalam jumlah banyak dapat dideteksi di kelenjar getah bening.
Replikasi ini menyebabkan viremia disertai dengan sindrom HIV akut
(gejala dan tanda nonspesifik seperti infeksi virus lainnya). Setelah
terjadi penyebaran infeksi HIV, terbentuk respons imun adaptif baik
humoral maupun selular terhadap antigen virus. Respons imun ini
dapat mengontrol sebagian dari infeksi dan produksi virus yang
menyebabkan berkurangnya viremia dalam 12 minggu setelah
paparan pertama.
• Setelah terjadi infeksi akut dilanjutkan dengan fase kedua dimana kelenjar
getah bening dan limpa menjadi tempat replikasi HIV dan destruksi sel.
Pada tahap ini, sistem imun masih kompeten mengatasi infeksi mikroba
oportunistik dan belum muncul manifestasi klinis infeksi HIV, sehingga fase
ini disebut juga masa laten klinis (clinical latency period). Pada fase ini
jumlah virus rendah dan sebagian besar sel tidak mengandung HIV. Kendati
demikian, penghancuran sel CD4+ dalam jaringan limfoid terus berlangsung
dan jumlah sel CD4+ yang bersirkulasi semakin berkurang. Pada awal
penyakit, tubuh dapat menggantikan sel CD4+ yang hancur dengan yang
baru. Namun setelah beberapa tahun siklus infeksi virus, kematian sel dan
infeksi baru berjalan terus sehingga akhirnya menyebabkan penurunan
jumlah sel CD4+ di jaringan limfoid dan sirkulasi.
• Pada fase kronik progresif, pasien rentan terhadap infeksi lain dan r
espons imun terhadap infeksi tersebut akan menstimulasi produksi
HIV dan destruksi jaringan limfoid. Penyakit HIV berjalan terus ke fase
akhir dan letal yang disebut AIDS dimana terjadi destruksi seluruh
jaringan limfoid perifer, jumlah sel CD4+ dalam darah kurang dari 200
sel/mm3, dan viremia HIV meningkat drastis. Pasien AIDS menderita
infeksi oportunistik, neoplasma, kaheksia (HIV wasting syndrome),
gagal ginjal dan degenerasi susunan saraf pusat. Gambaran jumlah
CD+ dalam perjalanan infeksi HIV sampai tahap AIDS dapat dilihat
pada gambar
• Virus HIV yang menginfeksi seseorang dapat menimbulkan gejala
klinis berbeda-beda. Lesi-lesi yang muncul sesuai dengan tahap
infeksi, mulai dari akut sampai dengan gambaran AIDS yang sempurna
(full-blown AIDS). Kecepatan perkembangan penyakit bervariasi antar
individu, berkisar antara 6 bulan hingga lebih 20 tahun. Waktu yang
diperlukan untuk berkembang menjadi AIDS adalah sekitar 10 tahun.
Perjalanan infeksi HIV dapat dilihat pada gambar

Anda mungkin juga menyukai