Anda di halaman 1dari 43

PENGERTIAN AGAMA

Kata ”agama” berasal dari bahasa Arab yakni aqaama ( 


) dan yang dimaksud adalah aqaamas sholat (
  ) yang berarti mendirikan sholat.
1. n English Reader’s Dictionary, mengemukakan:
a. “belief in God as Creator and Controller of the universe”
(Kepercayaan kepada Tuhan sebagai pencipta dan
pengawas alam semesta).
b. “system of faith and worship based on such belief” (sistem
kepercayaan dan peyembahan yang didasarkan keyakinan
tertentu
2. The Halt Intermidiate Dictionary of American English, Religion
adalah “belief in and worship of God or the supernatural”
(Kepercayaan dan penyembahan kepada Tuhan atau
kepada yang serba maha).
3. The Encyclopedia Americana, vol.23, mendefinisikan
pengertian agama menurut disiplin ilmunya :
a. Some Philosopher : a supertious structure of
incoherent metaphisical nations (Struktur
kepercayaan dari faham metafisik yang tak ada ujung
pangkalnya).
b. Some Sociolgist: Religion as the collective
expression of human values (Agama adalah sama
dengan ekspresi koletif dari nilai-nilai manusia).
c. Karl Marx: Religion is the opiate of the peoples
(Agama adalah candu bagi masyarakat).
d. Some Psychologist: Religion is mystical complex
surrounding a prefected super ego (Agama adalah
mistik kompleks yang melingkupi sebuah rencana
yang paling tinggi).
Agama, Religi dan Din (pada umumnya) mengandung:
1. sistem credo (tata-keimanan atau tata-keyakinan)
atas adanya sesuatu Yang Mutlak di luar manusia;
2. sistem ritus (tata-peribadatan) manusia kepada yang
dianggapnya Yang Mutlak itu;
3. sistem norma (tata-kaidah) yang mengatur
hubungan manusia dengan sesama manusia dan
hubungan manusia dengan alam lainnya, sesuai
dan sejalan dengan tata-keimanan dan tata-
peribadatan dimaksud
Dalam arti terminologis Agama, Religi dan Din
mempunyai inti makna yang sama, yaitu tuntunan,
aturan, peraturan dalam kehidupan.
Secara garis besar agama
dibagi:
 Agama Thabii, (Agama Bumi, Agama
Filsafat, Agama Budaya, Natural Religion,
Dinu ‘t-Thabii, Dinu ‘I-Ardhi);
 Agama Samawi, (Agama Langit, Agama
Wahyu, Agama Profetis, Revealed
Religion, Dinu’s-Samawi)
FUNGSI AGAMA:
 Pertama, sebagai pedoman hidup umat manusia agar
dalam menjalankan kehidupannya tidak menyimpang dari
maksud dan tujuan diciptakannya umat manusia, yaitu
sebagai khalifah di muka bumi.
 Kedua, untuk menjaga kehidupan yang serasi antar
sesama, tidak saling bersitegang, konflik, saling
menyerobot, maupun saling membunuh.
 Ketiga, untuk memberikan bimbingan dan pendidikan bagi
manusia yang lebih dalam, sehingga manusia tidak saja
dikenalkan dengan fenomena-fenomena kehidupan, tetapi
juga dikenalkan dengan persoalan nomena.
 Keempat, sebagai kontrol sosial. Agama mengontrol
jalannya mekanisme itu menuju pada nilai-nilai universal
yang sebenarnya.
 Kelima, sebagai fungsi transformasi inovasi tata
kehidupan. Dalam fungsi ini agama memberikan petunjuk
dan mengubah setiap sesuatu yang tidak sesuai dengan
missi risalahnya, kemudian ia memperbaharuinya.
 Keenam, untuk menumbuhkan rasa sakinah secara
kontinyu. Keberadaan agama menjadi obat penawar bagi
semua orang, baik mereka yang sedang gundah gulana,
sedih, stress maupun gembira. Agama sebagai balance
dari semua keadaan.
 Ketujuh, untuk menumbuhkan ghirah bagi umat
manusia. Peran agama di sini adalah memberi semangat
kepada mereka agar hidup terus dinamis.
 Kedelapan, sebagai wahana untuk mencari petunjuk
yang benar (hidayat al-haq). Ilmu, sciense, filsafat,
fenomena alam dan gejala sosial merupakan petunjuk
untuk mencari kebenaran. Namun petunjuk-petunjuk
tersebut baru akan memperkenalkan kebenaran nisbi
(relatif), belum sampai pada derajat hidayat al-haq.
Apa itu Islam ?
Jika dilihat dari segi bahasa,
1. Islam  kata dasar Salima yang berarti : selamat, sejahtera,
bahagia, tidak tercela, tidak bercacat.
2. Islam  kata Aslama yang mengandung arti : taat, patuh,
tunduk, berserah diri secara bakti kepada Allah swt.
3. Islam  Silmun, yang berarti : damai dan perdamaian.

 Dari ketiga kata dasar tersebut, bahwa Islam itu suatu agama yang
membawa manusia menjadi selamat, sejahtera, damai, bahagia
hidupnya secara lahiriyah dan batiniah, dunia akhirat.
 Damai dalam kehidupan secara pribadi, keluarga, masyarakat dan
dunia. Damai, sejahtera, bahagia dan selamat dalam hubungannya
terhadap sesama manusia, lingkungan alam sekitarnya maupun
dengan Tuhannya. Sebagaimana Firman Allah di dalam surat al-
Baqarah ayat 112 yang menegaskan bahwa “Bahkan barang siapa
yang telah meng Islamkan diri kepada Allah, sedangkan dia berbuat
kebajikan, maka baginya pahala di sisi Tuhannya dan tidak ada
kekhawatiran terhadap mereka, dan tidak pula mereka bersedih
hati”. (Al-Baqarah : 112).
Secara istilah Islam : nama bagi suatu agama yang
berasal dari Allah Swt, dibawa oleh Nabi
Muhammad SAW yang disebarkan kepada
manusia. Nama Islam memiliki perbedaan yang
luar biasa dengan nama agama lainnya. Karena
al- Islam tidak mempunyai hubungan dengan
orang, golongan manusia atau dari suatu negeri.
Kata Islam adalah nama yang diberikan oleh
Tuhan sendiri. Hal ini demikian dapat dipahami
dari petunjuk ayat-ayat Alquran yang diturunkan
oleh Allah Swt.
 Islam adalah satu-satunya agama yang benar yang
diridhoi oleh Allah, juga paling sempurna. Hal ini
dapat dilihat di dalam Al-Qur’an surat Ali Imron ayat
: 19 dan 85; Al-Maidah ayat : 3 sebagai berikut :
 Sesungguhnya Agama pada sisi Allah adalah
Islam”.(Q.S. Ali Imron : 19)
 “Barang siapa menganut Agama selain Islam, maka
dia tidak akan diterima dan pada hari Akhirat nanti
termasuk orang-orang yang merugi”. (Q.S. Ali Imron
: 85).
 “Pada hari ini aku telah menyempurnakan bagimu
Agamamu serta telah aku lengkapkan nikmat-Ku
kepadamu, dan Aku ridha Islam dijadikan Agama
(=Dasar Hidup) Mu”.(Q.S. al-Maidah : 3)
Islam sesuai fitrah manusia
Hal ini ditegaskan Allah swt dengan
firmannya “Hadapkan wajahmu lurus-lurus
kepada Agama Allah. Yang telah berkenan
menciptakan fitrah-kejadian manusia sesuai
betul dengan agama(fitrah) itu. Tidak ada
perubahan pada kreasi Allah itu. Itulah
Agama yang lurus; namun kebanyakan
manusia tidak mengetahuinya”. (Q.S. Ar-
Rum : 30).
Islam = Agama para nabi Allah

Hal ini dijelaskan Allah swt dalam surat al-


Baqarah ayat 136. “Katakanlah : Kami beriman
kepada Allah, dan kepada apa yang telah
diturunkan kepada Ibrahim, Ismail, Ishaq,
Ya’qub serta anak-cucunya, dan kepada apa
yang telah diturunkan kepada Musa, Isa serta
para nabi-nabi dari Rabb mereka. Kami tiada
mengadakan diskriminasi antara yang seorang
dengan lainnya. Dan kami semua adalah
muslimin (berserah diri) kepada-Nya”.(Q.S. al-
Baqarah : 136).
Peranan Agama bagi Kehidupan
 Agama (Islam) sebagai suatu sistem kepercayaan. Ia memberikan
pegangan bagi manusia dalam akidahnya (keyakinannya) sehingga
memiliki kepastian mengenai cita-cita dan tujuan hidupnya. Sekali
dikatakan haram sepanjang masa haram (Seperti : Babi). Sekali
dikatakan benar, halal maka sepanjang masa benar, haq, halal.
 Agama (Islam) sebagai suatu sistem ibadah; yakni memberikan
petunjuk bagi manusia tentang tata cara berkomunikasi dengan
Tuhannya sebagai tempat berserah diri .
 Agama (Islam) sebagai suatu sistem kemasyarakatan; yakni
memberikan pedoman-pedoman dasar bagi manusia dalam
hubungannya secara horizontal terhadap sesama manusia, makhluk,
alam, dst. yang meliputi hak dan kewajiban.
 Agama (Islam) sebagai suatu sumber sistem nilai; yaitu petunjuk
untuk memecahkan berbagai masalah hidup.
AQIDAH
Pengertian aqidah
 Aqidahberasal dari bahasa Arab yakni
“aqada” yang berarti mengikatkan atau
mempercayai/meyakini. Yang dimaksud
aqidah di sini adalah ikatan antara
manusia dengan Tuhannya
Implikasi aqidah
1. Penyerahan secara total kepada Allah
dengan menafikan dari kekuatan-
kekuatan lainnya yang dapat
mendominasi dirinya. Sebagaimana
orang bersyahadat
2. Dapat menumbuhkan keberanian untuk
berbuat, karena bagi dirinya tidak ada
yang ditakuti kecuali hanya kepada Allah
semata.
3. Dapat menumbuhkan rasa optimis dalam
menjalani kehidupan, sehingga mereka
akan terhindar dari putus asa, rasa
gelisah, was-was, malas dan segala
sikap dan perbuatan yang dapat
menghancurkan dirinya.
4. Mampu mengendalikan nafsu
syaitaniyah yang kadang menggelora
dalam kehidupan.
Syari’ah
 Kata syari’ah berasal dari bahasa Arab
yang berarti jalan, aturan, ketentuan atau
undang-undang.
 Sedangakn secara terminologis, syari’ah
adalah aturan atau undang-undang Allah
yang berisi tata cara manusia hidup dalam
melakukan hubungan dengan Allah,
sesama manusia, dan alam semesta
dalam rangka mencapai keridhoanNya
 Dalam syari’ah mencakup dua persoalan
pokok yakni ibadah khusus (mahdhah)
dan ibadah ‘amm. Dalam ibadah khusus
manusia tidak diperkenankan untuk
menambah atau mengurangi dari apa
yang diperintahkan Allah dan dicontohkan
Rasulullah SAW. Dalam kaitan ini ada
sebuah kaidah yang artinya : “Dalam soal
ibadah itu semua haram, kecuali yang
diperintahkan Allah dan dicontohkan
rasulullah”.
Hakekat Tuhan
 Wujud, Ada : (Al Baqarah) : 115; 7; 71;
 Esa, Tidak beranak dan tidak diperanakan
 Tidak terikat oleh ruang dan waktu (2:115);
 Khaliq (Maha Pencipta);
 Maha Pemilik dan Pemberi Rahmat (Ar-Rahman, ar-Rahim).
 Maha hidup dan berdiri sendiri
 Buka jisim (benda),
 Bukan jauhar (substance),
 Tidak berlaku padaNya masa / zaman,
Singkatnya : Tuhan bersifat dengan segala sifat-sifat kesempurnaan
(7:180), Maha Suci dari sifat-sifat kekuranganNya (6:100), Esa dalam
Dzat Nya, Esa dalam sifat-sifatnya dan Esa dalam Af ’alNya.
(Memiliki sifat Asmaul Khusna).
Tuhan : Sesuatu yang mendominasi diri kita, sehingga diri ini diserahkan
seluruhnya kepadaNya.
Tuhan dalam pandangan Sufi
1. Faham Hulul, juga sering disebut "peleburan antara Tuhan dan
manusia" . Tokohnya Mansur al-Hallaj. Paham ini menyatakan
bahwa seorang sufi dalam keadaan tertentu, dapat melebur dengan
Allah. Dalam hal ini, aspek an-nasut Allah bersatu dengan aspek al-
lahut manusia. Al-Lahut merupakan aspek Ketuhanan
sedangkan An-Nasut adalah aspek kemanusiaan. Sehingga pd
paham ini, manusia maupun Tuhan memiliki dua aspek tersebut
dalam diri masing-masing.
 Dalam sufistik-mistis, orang yang mengalami hulul akan
mengeluarkan syatahat (kata-kata aneh) yang menurut para
mistikus disebabkan oleh rasa cinta yang melimpah. Para sufi yang
sepaham dengan ini menyatakan syatahat itu bukan berasal dari Zat
Allah namun keluar dari roh Allah (an-nasut-Nya) yang sedang
mengambil tempat dalam diri manusia.
 Mansur al-Hallaj menggunakan ayat Al-Quran
semisal surah Al-Baqarah ayat 34 untuk menjelaskan
pahamnya. Dalam ayat itu berbunyi, "Sujudlah wahai
para malaikat kepada Adam...". Al-Hallaj menjelaskan
bahwa mengapa Allah memerintahkan bersujud
kepada Adam padahal seharusnya hanya bersujud
kepada Allah dikarenakan saat itu Allah telah mengambil
tempat dalam diri Adam sehingga Adam memiliki
kemuliaan Allah. Al-Hallaj juga menyebutkan hadits yang
mendukung pendapatnya, seperti, "Sesungguh-Nya
Allah menciptakan Adam sesuai bentuk-Nya," dan juga
menurutnya hulul pernah terjadi pada diri Isa, dimana
Allah mengambil tempat pada dirinya.
2. Faham al Ittihad
1. Tokohnya : Abu Yazid al-Bustami. Ittihad memiliki arti
"bergabung menjadi satu", sehingga paham ini berarti
seorang sufi dapat bersatu dengan Allah setelah terlebih
dahulu melebur dalam sandaran rohani dan jasmani (fana)
untuk kemudian dalam keadaan baqa, bersatu dengan
Allah. Dalam paham ini, seorang untuk
mencapai Ittihad harus melalui beberapa tingkatan yaitu
fana dan baqa'. Fana merupakan peleburan sifat-sifat buruk
manusia agar menjadi baik. Pada saat ini, manusia mampu
menghilangkan semua kesenangan dunia sehingga yang
ada dalam hatinya hanya Allah (baqa). Inilah inti ittihad,
"diam pada kesadaran ilahi".
 Berbeda dengan Hulul, jika dalam Hulul “ Tuhan turun dan
melebur dalam diri manusia", maka dalam Ittihad manusia-
lah yang naik dan melebur dalam diri Tuhan.
3. Faham Wihdatul Wujud
 Tokohnya :Ibnu Arabi. bermula dari hadits Qudsi, "Aku
pada mulanya adalah harta yang tersembunyi, kemudian Aku ingin
dikenal. Maka Ku-ciptakan makhluk, maka mereka mengenal Aku
melalui diri-Ku." Menurutnya, Tuhan tidak akan dikenal jika tidak
menciptakan alam semesta. Alam merupakan penampakan lahir
Tuhan.
 Menurut paham ini, Tuhan dahulu berada dalam kesendirian-Nya
yang mutlak dan tak dikenal. Lalu Dia memikirkan diri-Nya sehingga
muncul nama dan sifat-Nya. Kemudian Dia menciptakan alam
semesta. Maka seluruh alam semesta mengandung diri Allah,
sehingga Allah adalah satu-satunya wujud yang nyata dan alam
semesta hanya bayang-bayang-Nya. Bedasar pikiran tersebut, Ibnu
Arabi berpendapat seorang sufi dapat keluar dari aspek
kemakhlukan dan dapat melebur dalam diri Allah
Agama dan Mitos
Mitos berasal dari bahasa Yunani mythos,
yang berarti “kata”, “ujaran”, “kisah tentang
dewa-dewa”.
Sebuah mitos adalah narasi yang karakter-
karakter utamanya adalah para dewa,
para pahlawan, dan makhluk mitos,
plotnya berputar di sekitar asal-muasal
benda-benda atau di sekitar makna
benda-benda, dan setting-nya adalah
dunia metafisika yang dilawankan dengan
dunia nyata.
Contoh Mitos
Sebelum paham bahwa hujan turun karena
kondensasi(perubahan wujud) dan sebagai
salah satu tahapan dalam siklus air, hujan
dianggap tetesan air mata dewa di atas sana yg
tengah bersedih lalu menangis.
Sebelum paham bahwa matahari, bumi, dan bulan
sesekali berada dalam posisi yang lurus,
sehingga cahaya matahari tidak sampai
menerangi bulan karena terhalang bumi,
manusia menganggap ada raksasa mencoba
memakan bulan saat terjadi gerhana
Demitologisasi
Upaya demitologisasi adalah, pertama: memperkenalkan ilmu
pengetahuan (Barat) dan gerakan puritanisme dalam agama.
Melalui pendidikan, dan ilmu pengetahuan modern dapat
menjelaskan gejala alam semisal gerhana bulan.
Kedua, Puritanisme dalam agama melarang taklid, bid’ah, dan
khurafat. Dalam ajaran Islam, perilaku seperti meminta-meminta di
makam keramat, memberi sesaji, memelihara pesugihan dan
semacamnya termasuk khurafat dan dapat memuncak pada syirik
yg merupakan dosa besar dan tak diampuni Tuhan. Lebih lanjut
puritanisme agama mengadakan rasionalisasi dalam berpikir dan
berperilaku. Bukan memelihara pesugihan, melainkan untuk
menjadi kaya orang dianjurkan kerja keras, berhitung rasional
untung-rugi bisnis, salat, dan berdoa. (Kuntowijoyo, Selamat Tinggal
Mitos, Selamat Datang Realitas, 2002: 95-6)
Perkembangan Agama
 Bahwa benda-benda langit oleh para pendeta kawasan
Mesopotamia kuna selalu mengawasi langit, antara lain
untuk mengetahui perhitungan waktu dan musim (sangat
diperlukan oleh para petani). Karena kehadiran benda-
benda itu langsung atau tidak langsung dirasakan
berpengaruh kepada keadaan di bumi dan kehidupan
manusia, maka benda-benda itu mengesankan
kemahakuasaan, yang kemudian diyakini sebagai “tuhan”.
 Dari situlah kemudian tumbuh praktik menyembah benda-
benda langit tersebut, dan dari situ pula selanjutnya
muncul konsep hari yang tujuh, sebagai akibat praktik
menyembah satu “tuhan” satu hari. Karena itu nama
“tuhan” atau “dewa” yang ada di langit tersebut, masing-
masing (seperti dapat dilihat pada bahasa-bahasa Eropa)
ialah Hari Matahari (Sunday), Hari Rembulan (Monday),
Hari Mars (Tuesday), Hari Merkurius (Wednesday), Hari
Jupiter (Thursday), Hari Venus (Friday), dan Hari Saturnus
(Saturday).
 Di kalangan bangsa-bangsa Semit juga terdapat
praktek pemujaan matahari sebagai dewa
Syamas atau Syams, sehingga ada tokoh suku
Quraisy di Makkah sebelum Islam yang bernama
‘Abdu-Syams (Hamba Dewa Matahari). Oleh
karena itu, dalam bahasa Portugis dan Spanyol,
hari pertama, yaitu “Hari Matahari,” disebut “Hari
Tuhan” (Domingo, yang memberi kita nama “Hari
Minggu” (yang sebenarnya redundant , karena
“minggu” sendiri sudah berarti “hari”). Semuanya
itu dengan jelas menunjukkan adanya sisa-sisa
praktik penyembahan matahari.
 Jadi, hari yang ketujuh adalah suatu sisa dari
praktek kekafiran atau syirik
BAGAIMANA KONSEP “HARI”
DALAM Islam ?
 Hari-hari
seperti Ahad, Senen, Selasa,
Rabu, Kamis, Jumat dan Sabtu, diambil
dari bahasa Arab. Nama-nama itu artinya
sekedar Satu, Dua ,Tiga, Empat, dan
Lima, hari keenam disebut “Jum’at” yang
artinya berkumpul, karena pada hari itu
umat Islam berkumpul di masjid untuk
melakukan shalat tengah hari bersama.
 Bandingkan nama-nama hari yang
tujuh dalam dua bahasa (Arab-
Ibrani) itu: Yawn al-Ahad, Yawm al
Itsnayn, Yawm al Tsulatsa,Yawm al
Arbi’a, Yawn al Khamis, Yawn al
Jumu’ah, Yawn al Sabt-Arab, Yom
Risyon, Yom Syeni, Yom Sylisyi,
Yom Revii, Yom Hamisyi, Yom
Syisyi, Syabat—Ibrani
CONTOH RITUS DALAM Islam
Semua isi alam bersujud

    


  
   
Artinya: “Langit yang tujuh, bumi dan semua yang ada di dalamnya
bertasbih kepada Allah. Dan tidak ada satupun melainkan bertasbih
dengan memujiNya, tetapi kamu sekalian tidak mengerti tasbih mereka.
Sesungguhnya Dia adalah Maha Penyantun dan Maha Pengampun”
(Q.S.Al-Isra : 44)
 Gerakan sholat apabila ditelusuri ternyata
membentuk gerakan berputar hingga mencapai 360
. Hal ini seperti gambar berikut:
 Sholat ketika ruku’ = 90º
 Sholat ketika sujud = 135º X 2 = 270º
 shg jumlah 1 rokaat = 90º + 270º = 360º
 Sholat merupakan orbit seseorang. Jika orang
meninggalkan sholat, maka dia telah keluar dari garis
orbitnya. Dalam hukum alam (sunnatullah), siapapun
yang keluar dari garis orbit, maka dapat dipastikan
akan hancur. Oleh karena itu suatu keniscayaan, jika
seseorang harus menjaga sholatnya agar terhindar
dari kehancuran.
Seburuk-buruk manusia di mata Allah

}55{ ‫ون‬ َ ‫ّللا الَّ ِذ‬


َ ُ‫ين َكفَ ُرواْ فَ ُه ْم الَ يُْؤْ ِِن‬ ِ ‫ ِإ َّن ش ََّر ال َّد َو ه‬
ِ ‫اب ِعن َد ه‬

Sesungguhnya yang paling buruk di sisi Allah : binatang


(makhluk) ialah orang-orang yang kafir, karena mereka
itu tidak beriman (QS. Al Anfal:55)
BAGAIMANA DENGAN ALAM
 Alam nyata adalah alam yang dapat diamati, dilihat,
diselidiki, diteliti, ditelaah,diuji coba, dilakukan
eksperimen, dan oleh karena itu adalah merupkan
lapangan ilmu;
 Alam ghaib nisbi adalah alam yang masuk pada
pengalaman manusia, tetapi masih belum berhasil
diuji coba, diteliti, dieksperimen, sehingga masuk
dalam wilayah filsafat. Namun jika kenisbian
ghaibnya mampu dikuak oleh suatu ilmu, maka ia
masuk dalam wilayah kajian ilmu.
 Alam ghaib hakiki yakni alam yang tak mungkin
diamati, diselidiki, diuji coba, dan atau dieksperimen
oleh manusia, sebagaimana peristiwa sesudah mati,
alam akhirat, dzat tuhan dsb. Maka kajian ini masuk
dalam wilayah agama.
Pandangan Islam terhadap Agama
 Al-Qur’an telah menuturkan bahwa agama merupakan
aturan ideal fitrah manusia (30:30) yang harus diupayakan
dengan prinsip keseimbangan (55:7-9) .
 Operasionalnya meliputi konsep spritual, moral, intelektual,
sosial dan estetika. Ada beberapa hal yang ditekankan:
 Membina kepribadian manusia yang selaras dengan

tuntutan-tuntutan ideal alam manusia.


 Memahami kepribadian manusia, alam dan sejarah

sebagai upaya untuk menyelaraskan umat manusia.


 Memberikan upaya pengabdian dan perombakan masy.

utk menciptakan keselarasan dalam masy. sosial.


 Penaklukan alam semesta melalui kekuatan ilmu.

 Berserah diri kepada Allah sbg pangkal semua yg ada.


Kita lanjut ke materi “MANUSIA”
TERIMA KASIH
IMPLEMENTASI IMAN
1. Sebagai Muslim harus mampu menolak
dan tidak menyembah atau mendewa-
dewakan yang selain Allah Firman Allah
dalam Surat Al-Fatihah (1) : 5.
2. Seorang Muslim Iman dan amalnya akan
semakinkuat dan gemetar hati mereka
jika dibacakan ayat-ayat Nya (Al-Anfaal
(8):2-4).
3. Menjadikan hukum Allah sebagai
pedoman hidup. Sebagaimana firman
Allah dalam Surat Al-An’aam (6):57.
4. Tidak ada yang ditakuti kecuali Allah
Sesuai dengan firman Allah dalam Surat
Al-Taubah (9):19.
5. Tidak mencintai sesuatu atau seseorang
melebihi cintanya kepada Allah dan
berjuang di jalan Allah. Firman Allah
dalam Surat Al-Taubah (9):29.
6. Menyakini bahwa setiap yang hidup pasti
diberi rezeki dan hanya Allah yang
menentukan rezeki. Firman Allah dalam
Surat Huud (11):6)
7. Mengakui kekuasaan Allah yang mutlak
dan kekuasaan yang ada pada manusia
itu nisbi serta ditentukan oleh Allah yang
memberi dan mengambil kembali
kekuasaan itu dari siapa pun yang
dikehendaki-Nya. Sebagaimana firman
Allah dalam Surat Ali Imron (3):26
8. Meyakini bahwa yang menentukan hidup
dan mati itu Allah dan bahwa hidup dan
mati itu hanya untuk Allah. Sebagaimana
firmanNya dalam Surat Ali Imron (3):145.
9. Meyakini bahwa shalat (ibadah dalam
arti kata khusus) pengabdian (ibadat
dalam arti kata luas) hidup dan mati
hanya untuk Allah semata. Sebagaimana
firman Allah dalam Surat Al-An’am
(6):156.

Anda mungkin juga menyukai