Anda di halaman 1dari 15

Nama kawah : Doro Api Toi (dalam kaldera)

nama Kaldera : Tambora


Lokasi Geografi : 08°15,00' LS dan 118°00,00 BT
Lokasi Administrasi : Kab. Dompu dan Bima, Nusa Tenggara
Barat
Ketinggian : 2851 Mdpl.
Kota Terdekat : Dompu dan Bima.
Tipe Gunungapi : Stratovulcano
Kegiatan gunungapi Tambora yang tercatat dalam sejarah, yakni
sejak tahun 1812 hingga tahun 1913.
Letusan paroksimal Tambora tahun 1815, diawali dengan peristiwa gemuruh yang
menggelegar, diikuti dengan lontaran hujan abu pada tanggal 5 April 1815. Letusan
paroksimal terjadi pada tanggal 10 April 1815 dan berakhir pada tanggal 12 April 1815. Letusan
ini diiringi halilintar sambung menyambung bagaikan ledakan bom atom, terdengar hingga
ratusan kilometer jauhnya bahkan terdengar sampai di P. Bangka dan Bengkulu. Gempa bumi
yang diakibatkan oleh letusan ini dapat dirasakan oleh peduduk yang berada di Surabaya. Di
Besuki gelombang pasang sampe mencapai 6 Kaki, asap sangat tebal hingga seluruh P.
Madura gelap selama 3 hari.
Volume material letusan yang dilontarkan ke udara mencapai 100-150 km3 dengan
tinggi payung letusannya diperkirakan mencapai 30-40 km di atas gunungapinya, sedangkan
energi letusan mencapai 1,44 x 1027 Erg atau setara dengan 171.428,60 kekuatan bom atom.
Akibat letusan tahun 1815, Gunung Tambora membentuk kaldera kering terbesar di
Indonesia dan ketinggiannya berkurang dari sekitar 4.000 meter menjadi 2.850 meter hingga
sekarang.
Struktur Geologi, yang berkembang di G. Tambora dan
sekitar, yakni berupa struktur sesar, kelurusan vulkanik, struktur kaldera dan
struktur kawah. Struktur sesar berjenis sesar normal (sesar normal Tambora),
ditemukan di sekitar puncak G. Tambora, berarah utara timurlaut-selatan
baratdaya, mempengaruhi kemasifan morfologi punggungan di bagian
selatan-baratdaya G.Tambora; Sesar Bili, berarah barat-
timur, mempengaruhi kemasifan morfologi punggungan tenggara kaldera
Kawindana Toi; Kelurusan Vuklanik Kadinding Nae-Nangamire-
Sotonda, termanifestasikan oleh adanya pemunculan tiga buah kerucut
(Kadinding Nae, Nangamire dan Satonda) yang berada pada satu garis
lurus berarah hampir utara-selatan; Kelurusan Gubu Panda, berarah
baratlaut-tenggara, diprediksi erat kaitannya dengan pemunculan kerucut
Gubu Panda dan bentuk morfologi lereng Tambora bagian utara, terutama
pada daerah batas dengan morfologi tua Kawindana Toi; Struktur kaldera
(Kaldera Tambora berdiemeter 6x7 km dan Kaldera Kawindana Toi berarah
bukaan ke timurlaut, berbentuk tapal kuda); Struktur kawah,umumnya
terdapat pada kerurut luar berdimensi kecil yang tersebar hampir di seluruh
lereng bawah dan kaki G.Tambora, di antaranya adalah: Kawah Kadinding
Nae,Nangamire, Satonda, Gubu Panda, Doro Peti, Doro MBoha, Doro
Ncanga, Doro MBente dan Doro Tabeh/Doro Kembar.
Gunung tipe strato terbentuk akibat erupsi yang berganti-
ganti antara efusif dan eksplosif sehingga memperlihatkan batuan
beku yang berlapis-lapis pada dinding kawahnya. Batuan yang
berlapis ini berasal dari pembekuan lava dan eflata yang silih
berganti. Hampir semua gunung api di Indonesia merupakan tipe
strato.
Jenis erupsi yang pertama
berdasarkan kekuatan serta kandungan
bahan- bahan material yang ada di perut
Bumi adalah erupsi eksplosif. Erupsi Eksplosif
merupakan erupsi yang mempunyai
tekanan gas magmatis yang sangat besar
yang terdapat di dalam perut Bumi.
Karena tekanan gas yang sangat besar,
maka letusan yang dihasilkan pun sangat
besar. Letusan yang sangat besar ini akan
menyebabkan terbentuknya kawah yang
besar setelah terjadinya letusan. Letusan
eksplosif ini akan mengeluarkan material Tipe Eksplosif
yang berbentuk padat dan juga cair.
Dipisahkan menjadi 4 kelompok produk vulkanik utama,
1 kelompok batuan sedimen dan 1 kelompok endapan
sekunder. Masing-masing kelompok terdiri dari satu atau lebih
satuan peta. Secara umum keenam kelompok produk tersebut
dapat dipisahkan menjadi: Batuan Sedimen Tersier, Produk
Vulkanik Tua Labumbum, Produk Kaldera Kawindana Toi,
Produk Tambora Tua, Produksi Tambora Muda dan endapan
sekunder. Batuan Sedimen Tersier berupa batugamping
terumbu, dianggap sebagai batuan yang mendasari
(basement rock) tubuh G. Tambora dan sekitar, tersingkap di
sekitar pesisir pantai barat dan baratlaut G. Tambora. Rincian
lebih detil mengenai informasi dari keenam kelompok produk
G. Tambora dapat dilihat pada Peta Geologi Tambora dan
Sekitar, Kabupaten Dompu dan Bima, Skala 1:100.000.
Stratigrafi, dipisahkan menjadi 4
kelompok produk vulkanik utama, 1
kelompok batuan sedimen dan 1 kelompok
endapan sekunder. Masing-masing kelompok
terdiri dari satu atau lebih satuan peta.
Secara umum keenam kelompok produk
tersebut dapat dipisahkan menjadi: Batuan
Sedimen Tersier, Produk Vulkanik Tua
Labumbum, Produk Kaldera Kawindana
Toi, Produk Tambora Tua, Produksi Tambora
Muda dan endapan sekunder. Batuan
Sedimen Tersier berupa batugamping
terumbu, dianggap sebagai batuan yang
mendasari (basement rock) tubuh G.
Tambora dan sekitar, tersingkap di sekitar
pesisir pantai barat dan baratlaut G.
Tambora. Rincian lebih detil mengenai
informasi dari keenam kelompok produk G.
Tambora dapat dilihat pada Peta Geologi
Tambora dan Sekitar, Kabupaten Dompu
dan Bima, Skala 1:100.000.
 Kawasan Rawan Bencana Gunungapi adalah kawasan yang pernah
terlanda atau diidentifikasikan berpotensi terancam bahaya erupsi
gunungapi baik secara langsung maupun tidak langsung. Peta Kawasan
Rawan Bencana Gunungapi adalah peta petunjuk tingkat kerawanan
yang berpotensi menimbulkan bencana di suatu kawasan apabila terjadi
erupsi gunungapi. Peta ini menjelaskan tentang jenis dan sifat bahaya
gunungapi, daerah rawan bencana, arah/jalur penyelamatan diri, lokasi
pengungsian dan Pos Penanggulangan Bencana. Peta ini disusun
berdasarkan geomorfologi, geologi, sejarah kegiatan, dan penyelidikan
lapangan.
 Peta Kawasan Rawan Bencana G. Tambora dibagi dalam tiga tingkat
kerawanan dari tinggi ke rendah yaitu Kawasan Rawan Bencana III,
Kawasan Rawan Bencana II dan Kawasan Rawan Bencana I.
SistemPemantauan
Pemantauan kegiatan G. Tambora,
dilakukan dengan sistem pengamatan visual dan
seismik dari Pos Pengamatan Gunungapi Tambora
yang terletak di kampung Doro Peti, Desa Doro
Peti, Kecamatan Kempo, Kabupaten Dompu.
 Visual
 Pengamatan visual berupa pengamatan
permukaan kawah, berupa tinggi, warna,
tekana serta hembusan asap. Pengamatan
langsung di dalam kaldera (solfatara dan
fumarola berikut suhunya) dilakukan secara
berkala.
 Kegempaan
 Pengamatan seismik dilakukan untuk
memantau kegiatan gempa vulkanik dan
tektonik dengan menggunakan alat
seismograf seismik model PS-2 Kinemetrics
dengan sistem telemetri.
Lokasi Seismometer berada pada jarak ± 6,5
km, di sebelah barat puncak G. Tambora
pada posisi geografis : 08o 16' 23" LS dan 117o
53' 18" BT dengan ketinggian 1015 m dpl, data
yang diperoleh selanjutnya dipancarkan ke
Pos Pengamatan Gunungapi Tambora
(Telemetry System) yang terletak di kampung
Doropeti, Desa Pekat, Perwakilan Kecamatan
Kempo, Kabupaten Dompu.
 Adnawidjaja, M.I., dan Chatib, M., 1951, Laporan Kawah G.
Tambora (Jazirah Utara P. Sumbawa) April-Mei-Juni;
Bandung: Direkt. Vulkanol., tidak dipublikasikan.
 Alzwar, M., Barberi, F., Bizouard, H., Boriani, A., Cavalin, A., Eva,
C., Gelmini, R.,Georgei, F., Laccarino, S., Innocenti, F.,
Marinelli, G. and Sudradjat, A., 1981, A Structural
Discontinuity with Associated Potassic Volcanism uin the
Indonesia Island Arc: First Results of the CNRS-VSI Mission to
the Island of Indonesia; Rend. Soc. Geol. t.4 (1981): 275-288.
 Chaniago, R., Effendi, W., Suhadi, D., Yuhan, Budianto, A. dan
Kusdaryanto, 1995, Laporan Interpretasi Fotret Udara G.
Tambora dan Sekitarnya, Kabupaten Dompu dan Bima,
Nusa Tenggara Barat; Bandung: Direkt. Vulkanologi.
 Dahlan, S., 2007 Laporan pemantauan kegiatan Gunungapi
Tambora, NTB. Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana
Geologi.
 Erfan, R.D., 1990, Berita Berkala Vulkanologi, Edisi Khusus: G.
Tambora; Bandung: Direkt. Vulkanologi.
 Hamilton, W., 1979, Tectonics of the Indonesia Region;
Washington: USA Govern. Print. Off.
http://www.vsi.esdm.go.id/index.php/gunungapi/data-dasar-
gunungapi/474-tamboro

Anda mungkin juga menyukai